19. Ke Moro.

...~•Happy Reading•~...

Papa Maya yang hendak masuk ke ruang keuangan untuk berbicara dengan Maya, tidak jadi meneruskan langkahnya saat mendengar Maya sedang berbicara dengan pegawai keuangan dan juga Kabag gudang yang baru. Hatinya sangat terharu mendengar apa yang dikatakan putrinya tentang pabrik yang telah jadi sumber nafkah bagi banyak orang.

^^^Papa Maya meneruskan langkah ke ruang kerjanya. Walaupun hatinya terharu, hatinya juga jadi tersenyum mengingat putrinya yang suka bicara sesukanya bisa berkata-kata dengan kalimat serius yang menyemangati dan menginspirasi.^^^

Setelah terjadi ketegangan seminggu terakhir berakhir, suasana pabrik mulai tenang dan semua karyawan mulai beraktivitas seperti biasanya lagi. Hal itu membuat Papa Maya menarik nafas lega dan mulai berpikir untuk kemajuan pabrik.

Menjelang pulang kantor, Maya menemui Papanya untuk mengajak pulang bersama-sama. Sekarang dia tidak perlu menghindari Papanya lagi, karena karyawan pabrik sudah mengetahui siapa dirinya.

"Papa masih kerja, karena masih ada pengepakan dan pengiriman untuk nanti malam. Kau pulang saja, dulu. Nanti Papa minta Karim yang mengantarmu pulang." Ucap Papa Maya yang masih sibuk di balik meja kerjanya.

"Ooh, iya, Pa. Kalau begitu, sekalian Putri mau minta ijin diantar sama Pak Karim ke Moro besok, ya. Biar mobilnya dibawa pulang Pak Karim." Maya teringat dengan rencananya, setelah sibuk di pabrik dua minggu bersama Riska dan temannya mengaudit.

"Ke Moro? Ada apa di Moro?" Tanya Papa Maya heran dengan permintaan Maya yang tiba-tiba.

"Maya mau ke tempat kost untuk ambil barang dan juga bayar kost, sekalian pamit sama yang punya kost, Pa." Maya menjelaskan rencananya, agar Papanya tidak perlu khawatir, dia tidak berencana untuk kabur.

"Mungkin yang punya kost mau sewahkan kamarnya untuk orang lain. Tapi kalau Putri belum keluarin barang dan juga pamit, mereka jadi serba salah." Maya menjelaskan lagi, agar Papanya bisa mengerti.

"Mengapa ngga tunggu lusa saja, supaya Papa dan Mama bisa antar, sekalian kita jalan-jalan ke Moro?" Papa Maya ingin mengantar sekalian melihat tempat kost dan berterima kasih kepada yang punya tempat kost.

"Iiiihhh... Begitu saja, pake diantar. Papa bisa kuat angkat barang Putri dari lantai dua? Ngga usah, Pa. Putri dan Pak Karim aja. Lusa jalan-jalan ke tempat wisata saja. Jalan-jalan ko' di tol, doang." Maya dengan cepat mencegah Papanya mengantar, karena dia punya rencana lain, selain ambil barang-barangnya di tempat kost.

"Yaa, sudah, kalau begitu. Bilang Karim sekalian dibawa mobilnya, atau tinggalkan mobil di rumah. Nanti besok Karim ke rumah untuk pergi ke Moro denganmu." Papa Maya mengalah, melihat Maya ngotot tidak mau diantar.

...~•••~...

Keesokan harinya, pagi-pagi Karim telah datang ke rumah orang tua Maya untuk menjemputnya ke Moro. Maya yang sudah rapi dan menunggu kedatangan Karim, segera pamit, saat Mamanya mengatakan Karim sudah datang.

"Kau rapi dan cantik sekali pagi ini? Hanya mau ambil barang di kost, tapi rambutmu digerai?" Papanya iseng bertanya saat Maya pamit dan melihat dia tidak memguncir rambut seperti biasanya.

"Baru selesai keramas, Pa. Ini ada karet..." Ucap Maya sambil mengangkat tangannya yang ada karet gelang.

"Ngga senang banget liat anaknya tampil cantik dikit. Ya udah, nanti Putri pake masker atau tutup muka biar keliatan mata doang..."  Protes Maya sambil berjalan cepat meninggalkan kedua orang tuanya.

"Papa ini, biarkan saja dia. Mau digerai, atau dikuncir, sama saja. Dia tetap cantik..." Mama Maya protes sambil memukul pundak suaminya.

"Tadi bukan karena rambutnya saja, tapi dia terlihat berbeda. Apa karena belakangan ini sering lihat dia ke pabrik dengan tampilan formal, jadi tadi dia terlihat lain?" Papa Maya masih penasaran dengan tampilan putrinya.

"Biarkan saja, Pa. Hari-hari sudah kerja di pabrik, biar dia bersenang-senang." Ucap Mama Maya lagi, karena memaklumi putrinya.

...~•••~...

Menjelang siang, Maya yang diantar Karim tiba di Moro. Karim memarkirkan mobilnya di jalan raya, lalu mengikuti Maya masuk gang ke tempat kost.

Sebelum naik tangga, Maya mengetuk pintu yang punya kost untuk berpamitan. "Selamat siang, Bu. Maaf, mengganggu." Sapa Maya ramah, saat melihat ibu kost keluar dari rumah.

"Eeh, Maya. Selamat siang. Kau sudah datang rupanya. Ngga papa..." Ucap ibu kost senang dan ramah, tapi heran melihat Maya datang dengan pria yang sudah lebih tua darinya.

"Begini, Bu. Saya datang untuk bayar tunggakan uang kost yang sudah lewat waktu seminggu lebih, sekalian mau pamit." Ucap Maya sambil menyerahkan amplop berisi uang kost yang sudah disediakan dari rumah.

"Ooh, Maya tidak kost lagi? Kalau begitu tidak usah dibayar. Biarkan saja, buat Maya." Ucap ibu kost yang terkejut mengetahui Maya sudah tidak melanjutkan kost lagi.

"Ngga papa, Bu. Terima kasih. Sekarang Maya sudah bekerja, tapi tidak bekerja di sini. Jadi sekarang baru sempat datang ambil barang yang masih ada di atas." Ucap Maya sambil mendesak ibu kost menerima amplop yang diberikannya.

"Terima kasih, ya. Semoga sukses." Ibu kost menerima amplop dan Maya mengaminkan harapan ibu kost, kemudian mengajak Karim naik ke kamar kostnya.

^^^Setelah semuanya sudah dibawa Karim ke mobil, Maya pamit kepada bapak dan ibu kost yang sudah menunggunya di bawah, lalu dia menyerahkan kunci kamar kostnya. Dia salim kepada dua orang tua yang disayang dan dihormatinya. Ibu kost menepuk pelan pundaknya sambil berpesan untuk berhati-hati.^^^

"Pak Karim, kita ke bengkel dulu, ya... Saya mau pamit dengan teman juga." Ucap Maya, setelah berada dalam mobil.

"Siap, Nona...!" Jawab Karim, tapi hatinya bertanya-tanya, siapa teman di bengkel. 'Seorang montir atau pegawai administrasi di bengkel?'

"Masuk ke bengkel saja, Pak Karim. Itu ada tempat kosong, dari pada di pinggir jalan." Ucap Maya, saat melihat ada tempat kosong di bengkel kerja Philemon.

"Siap, Nona...!" Karim melakukan yang diminta Maya tanpa bertanya.

^^^Saat melihat ada mobil yang belok masuk ke bengkel, montir yang pernah memarkirkan mobil mantan Philemon keluar dan mengarahkan mobil yang dikendarai Karim.^^^

Maya segera turun, lalu menyapa karyawan tersebut. "Selamat siang, Mas. Maaf mengganggu. Kami tidak perbaiki mobil, hanya mau bertemu dengan Mas Philemon sebentar saja." Maya langsung mengatakan tujuannya, agar mereka tidak mengganggu jika ada mobil atau motor yang mau masuk ke bengkel.

"Mas Philemon... Ooh Mba' yang waktu itu, ya." Dia jadi teringat dengan peristiwa yang pernah terjadi dengan Philemon dan mantannya.

"Iyaa... Saya ada perlu sebentar saja." Ucap Maya lagi, khawatir mengganggu.

"Begini, Mba'... Mas Philemon sudah ngga kerja di sini lagi. Sudah seminggu ini tidak di sini." Ucap karyawan bengkel, membuat jantung Maya langsung berdegup tidak teratur.

"Ooh, apa saya bisa minta nomor telponnya?" Maya berusaha tenang menutupi rasa malunya, karena minta nomor telpon Philemon yang dia bilang sebagai tunangannya pada saat itu.

"Maaf, Mba'... Kami di sini tidak punya nomor telponnya. Mas Philemon tidak punya ponsel. Jika mau telpon atau terima telpon, dia pakai telpon bengkel." Karyawan bengkel menjelaskan membuat harapan terakhir Maya untuk bertemu Philemon pupus seketika.

...~•••~...

...~●○♡○●~...

Terpopuler

Comments

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Stargirl✨

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Stargirl✨

Siapa yang tak haru melihat pemadangan seperti itu, anak yang sudah besar dan mampu bekerja dengan baik

2023-10-29

4

𝐙⃝🦜🍁 comink 🍁🦜

𝐙⃝🦜🍁 comink 🍁🦜

udah jauh " mau pamitan dan dandan cuantikkk phile ndak ketemu kacian maya 😭 di tambah nomer ponsel ndak punya 😮‍💨

2023-09-04

3

🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

kayak nya Maya lagii merindukan seseorang nich🤣🤣

2023-08-31

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!