...~•Happy Reading•~...
Philemon melihat Maya dengan serius. "Tapi aku ngga bisa antar, karena yang punya motor mau ambil sore ini." Ucap Philemon sambil melihat ke samping, semua temannya sedang sibuk bekerja.
"Tenang aja. Ngga usah, antar. Sopir angkot masih setia mengantar." Ucap Maya sambil tersenyum, lalu berdiri.
"Hati-hati dengan kakinya." Ucap Philemon saat Maya berjalan keluar bengkel dan melihat Maya dari belakang.
"Yoooiiii...!" Maya berkata sambil tersenyum, karena dia menggunakan gaya pamit ala Philemon.
"Ngopiii, paaiiiit...!" Philemon berkata dengan volume nada sedikit lebih tinggi.
^^^Maya jadi tertawa mendengar ucapan Philemon, karena dia copy gaya pamit Philemon. Maya mengangkat tangan membentuk tanda OK tanpa menengok. Dia yakin, Philemon masih melihatnya dari belakang.^^^
Maya tidak langsung pulang ke rumah, tapi naik angkot menuju salah satu Mall terdekat dengan bengkel Philemon. Dia ingin cuci mata dan makan siang, karena sudah seminggu tidak keluar rumah.
^^^Tadinya dia mau mengajak Philemon untuk makan siang, tapi karena Philemon sudah mengatakan harus selesaikan pekerjaannya, Maya tidak enak hati mau mengajak makan siang di luar. Nanti Philemon serba salah untuk menolaknya lagi, atau kesannya jadi negatif. Dia tidak mau merusak image nya, seakan sedang melakukan pendekatan, padahal iya.^^^
Setelah puas cuci mata dan makan siang, Maya berjalan keluar Mall lalu menuju halte bus. Tidak lama kemudian, angkot yang melewati tempat tinggalnya tiba, lalu perlahan Maya naik angkot dan duduk dengan hati tenang, karena penumpang hanya sedikit, tidak terlalu penuh.
Tidak lama kemudian, semua penumpang termasuk Maya terkejut dan menjerit, karena angkot tiba-tiba rem. Mereka mengira terjadi kecelakaan. Ternyata ada mobil berhenti mendadak di depan angkot yang mereka tumpangi.
^^^Sopir angkot memaki dan sumpah serapa, karena ada mobil yang memotong angkotnya tiba-tiba dan berhenti di depannya. Sehingga dia sangat terkejut, emosi dan marah. Jika dia tidak cepat rem, angkotnya bisa menambrak mobil tersebut dan bisa terjadi kecelakaan.^^^
Seorang lelaki tinggi besar dan tegap, berkaos hitam turun dari mobil tersebut, lalu berjalan ke arah angkot. Maya berpikir, akan terjadi keributan dengan sopir angkot.
Tetapi orang tersebut berjalan ke arah pintu naik penumpang, lalu melihat ke arahnya. "Nona, ikut kami...!" Pria tersebut berkata tegas, sambil memegang pinggiran pintu angkot.
"Saya...?" Tanya Maya sambil menunjuk wajahnya karena tidak mengerti.
"Iya, Nona...!" Ucap pria itu lagi dengan nada suara tegas.
"Sudah, turun. Kami buru-buru..." Ucap sopir angkot yang memang sudah emosi, tapi tidak jadi memaki pria tersebut, karena melihat postur tubuhnya. Begitu juga dengan para penumpang ikut mengiyakan apa yang dikatakan sopir, meminta Maya turun mengikuti pria tersebut.
"Eeeeh, mengapa Pak sopir suruh saya turun? Saya tidak kenal orang ini. Kalau saya diculik, gimana? Bapak harus tanggung jawab dengan penumpangnya." Maya jadi emosi kepada sopir angkot yang tidak memikirkan keselamatan penumpangnya.
"Bapak ibu juga... Jangan begitu sama sesamanya. Kalau saya diculik dan disembelih gimana?" Maya melihat dengan serius dan kesal kepada para penumpang yang sedang menatapnya. Dia agak emosi kepada para penumpang yang tidak perduli dengan keselamatan sesamanya.
"Astaghfirullah... Amit-amiiittt, jangan sampai, Neng. Maaf, tadi kami ngga pikirkan itu." Ucap seorang ibu dari penumpang yang mengingat putrinya. Membuat seorang ibu yang lain mengetuk dengkulnya berkali-kali sambil mengatakan amit-amit.
"Ooh, iya Mba'. Jangan ikut. Nanti aku telpon polisi." Ucap seorang anak muda dari para penumpang angkot.
Mendengar itu, hati Maya sedikit lega, lalu mdlihat pria yang mau mengajaknya dengan berani dan galak. "Iya, saya juga akan telpon polisi." Ucap Maya yang baru teringat.
"Maaf, Mama Nona minta kami menjemput Nona." Ucap pria itu buru-buru, agar tidak berurusan dengan polisi.
"Jangan ngaku-ngaku, ya. Mama saya tidak tau, saya ada di sini." Maya tidak terima untuk ikut, karena dia yakin Mamanya tidak tau dia ada di kota Moro.
"Benar, Nona." Ucap pria itu sambil mengeluarkan ponsel dari saku celananya lalu menelpon. Semua penumpang dan sopir melihat ke arah Maya, penasaran.
📱"Iya, Bu. Kami sudah temukan, tapi Nona tidak mau ikut kami..." Sebagian ucapan pria tersebut di telpon dan menceritakan kejadian juga perihal ada yang mau lapor polisi.
"Nona, Mama Nona mau bicara." Ucap pria itu sambil memberikan ponselnya kepada Maya. Maya menerima ponsel pria itu dangan tangan yang agak gemetar.
📱"Aa llooo..." Maya ragu berbicara, setelah memegang ponsel pria tersebut.
📱"Segera ikut dia..." Ucap Mamanya dengan suara keras dan galak. Mendengar ucapan dan yakin itu suara Mamanya, Maya jadi melunak.
📱"Iiiiihhh... Mama... Bikin kaget saja. Main ma'pia, ma'pia segala." Maya berkata dengan suara pelan, karena tidak enak hati pada penumpang dan sopir.
📱"Cepat ikut mereka. Atau Papamu yang datang menyeretmu?" Mamanya berkata dengan galak.
📱"Iya, Mamaaa... Ini mau ikut. Tapi jangan galak-galak, nanti rambut Mama spike semua." Ucap Maya untuk menenangkan Mamanya, lalu menyerahkan ponsel pria tersebut kepadanya.
^^^Maya yakin, Mamanya sedang marah, jadi dia tidak berani melawan atau mau susun rencana untuk kabur lagi dari pria yang menjemputnya. Apa lagi kakinya belum lama sembuh, tidak bisa berjalan cepat atau berlari.^^^
^^^Penumpang yang mendengar percakapan Maya dan Mamanya jadi senyum-senyum.^^^
"Pak sopir dan semua penumpang, maaf, yaa... Saya memang tidak kenal bapak ini, tapi bapaknya kenal orang tua saya. Maaf, sudah mengganggu dan menghambat perjalanannya." Maya berkata sambil mengatup kedua tangan di dadanya ke arah penumpang dan sopir.
"Pak sopir, ini saya bayarin semua penumpang, yaa. Kembaliannya untuk Pak sopir." Maya mengeluarkan uang Rp. 50.000,- dari dalam tas kecilnya. Kemudian turun mengikuti pria yang masih menunggunya. Mereka tidak mau kecolongan, jadi tetap menunggu Maya sampai masuk ke dalam mobil. Semua penumpang mengucapkan terima kasih dan hati-hati kepada Maya.
"Sejak kapan bapak mencari saya?" Tanya Maya setelah berada dalam mobil.
"Sudah hampir enam bulan ini, Nona. Tapi di Jasi." Ucap pria yang menjemput menjelaskan apa yang dilakukan saat mencarinya di Jasi. Maya jadi menyadari, selama ini orang tuanya tetap mencarinya.
"Ko' tadi bisa ke sini dan tau saya ada di angkot itu?" Maya jadi penasaran, bagaimana mereka bisa tau dia ada dalam angkot.
"Ooh... Hari ini kami mau kembali ke Asiri, tapi tidak lewat tol. Kami ingin lewat jalan biasa. Tadi dari jauh, dia lihat Nona naik angkot. Jadi dia ngebut untuk mengejar angkot tadi." Pria yang jemput Maya menjelaskan, mengapa mereka juga memotong jalan angkot, karena khawatir kehilangan Maya.
"Ooh... Ternyata tidak sengaja. Aku kira, bapak sudah buntuti saya." Maya berkata pelan. 'Mungkin ini jawaban Tuhan, atas pertanyaanku untuk pulang atau tidak.' Maya berkata dalam hati, mengingatkan dirinya sendiri.
"Pak, ke tempat kost untuk ambil barangku dulu, yaa." Maya menyadari, dia sudah tidak bisa mengelak dan tidak bisa bersembunyi lagi.
Dia hanya membawa barang pribadi seperlunya, lalu pamit kepada bapak kost yang sudah pulang ke rumah. Saat hendak meninggalkan tempat kost, dia melihat tangga dan jadi teringat pada Philemon. Dia hanya bisa menepuk dahinya, karena lupa bertukar nomor telpon dengan Philemon.
...~•••~...
...~●○♡○●~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Stargirl✨
Hahaha iya bener banget kamu Maya Pintar, kalau para Sopir angkot pada pensiun itu yang bahaya Yo
2023-10-29
4
☠ᵏᵋᶜᶟ 𝑪𝒐є"s
waduuuuh.... masa ma pasangan sendiri ga tukeran no hp siiih..... kan kan susah sendiriiii.....
2023-08-21
4
🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️
kenapa bisa lupa sih kan jadi gk bisa lelepon 😂😂😂😂
2023-08-21
3