...~•Happy Reading•~...
Mendengar teriakan Maya memanggil Papanya, Mama Maya memukul lengan suaminya.
"Kau apakan dia, Pa. Kakinya belum pulih..." Tanya Mama Maya saat melihat susminya makin tersenyum senang mendengar Maya memanggil 'Papaaaa' dari dalam kamar.
"Aku melarang dia keluar rumah dan minta kerja di pabrik. Supaya tidak berpikir untuk keluar dari rumah ini untuk cari pekerjaan lagi." Papa Maya menjelaskan apa yang dikatakan kepada Maya, agar Mama Maya bisa mendukungnya.
"Kalau begitu, Papa mandi, supaya kita bisa makan malam." Kemudian Mama Maya berjalan masuk ke kamar Maya untuk mengajaknya makan malam.
"Ayoo, bangun. Sudah besar, masih teriak-teriak. Malu sama umur dan kuliahmu." Ucap Mama Maya sambil menarik selimut, agar Maya bisa lekas bangun dan tidak bermalas-malasan di atas tempat tidur.
"Abis Papa juga, main maksa... Putri ngga mau kerja di pabrik, tapi maksa. Kalau mau kerja di pabrik Papa, untuk apa pake kuliah segala?" Maya berkata dengan wajah yang ditekuk. Mamanya melihat dia dengan serius dan menggelengkan kepalanya.
"Jangan katakan itu di depan Papamu, jika tidak mau melihatnya marah dan bersedih. Kau kira Papamu kerja di pabrik dan tidak kuliah? Kau kira karyawan di pabrik tidak ada yang kuliah?" Mama Maya bertanya dengan serius sambil merapikan selimutnya.
"Kakekmu kasih kuliah Papamu, agar bisa kelolah pabrik lebih baik dan maju dari Kakek. Sekarang kau bisa lihat hasilnya. Kau bisa kuliah di Universitas yang bagus dengan biaya besar. Pabrik Kakek sudah lebih maju di tangan Papamu." Mama Maya menggunakan kesempatan untuk menasehati putrinya.
"Sekarang Papamu bisa mempekerjakan banyak orang di kota ini, bahkan ada banyak orang dari luar kota yang datang melamar kerja di pabrik kita." Mama Maya terus memberikan penjelasan dan gambaran, agar putrinya bisa berpikir dari arah yang berbeda.
"Kau adalah anak kami yang akan meneruskan pabrik kita. Jadi harus belajar dengan bekerja di sana, agar bisa tau cara mengembangkan pabrik itu." Mama Maya mendukung permintaan suaminya, agar putri mereka tidak pergi lagi dari rumah.
"Mama tidak mau dengar lagi kau ribut dengan Papamu. Setiap kali bertemu, pasti ada saja yang diributkan. Apa kalian ada yang mules, jika bertemu dan tidak ribut?" Mama Maya menggelengkan kepalanya.
"Mandi lalu pikirkan itu. Kita akan makan malam, jadi jangan buat kami menunggu. Mama tidak mau ada perang mulut di meja makan karena kau terlambat." Ucap Mama Maya lalu keluar meninggalkan Maya yang terdiam memikirkan apa yang dikatakan Mamanya.
...~•••~...
Setelah makan malam bersama Papa dan Mamanya, Maya menyadari apa yang diminta Papanya sudah pada tempatnya, karena dia sebagai putri tunggalnya. Suatu permintaan yang wajar, agar dia bekerja di pabrik pengelohan kelapa sawit milik Kakeknya yang sekarang sudah diwariskan kepada Papanya.
^^^Papa Maya minta Maya mulai bekerja dengan membereskan keuangan pabrik, agar lebih rapih sesuai dengan ilmu yang diperoleh dari kuliahnya. Dan mungkin bisa memperbaikii cara kerja pegawai keuangan.^^^
^^^Tetapi dia belum mengiyakan permintaan Papanya, karena dia masih berharap bisa bekerja di Jasi atau Moro sebagai konsultan keuangan atau auditor seperti Riska.^^^
^^^Sehingga selesai makan malam dia langsung ke kamar, menghindari pembicaraan dengan Papanya. Karena dia belum bisa berikan keputusan yang pasti.^^^
Hatinya juga sedang bertanya-tanya tentang rencana perjodohan Kakeknya. Walaupun dia merasa lega, tetapi dia agak heran. Kedua orang tuanya tidak menyinggung atau membicarakan tentang rencana atau acara perjodohan yang dia tinggalkan.
'Apa mereka khawatir aku kabur pagi?' Tanya Maya sendiri di dalam kamar. 'Tetapi aku sudah berjanji tidak akan kabur lagi.' Maya kembali berkata sendiri.
^^^Maya terus berpikir tentang keinginan orang tuanya dan juga keinginan hatinya. Dia kembali terbelenggu dengan keinginannya dan keinginan orang tua seperti sebelumnya. Tetapi sekarang perasaannya lebih tenang, tidak seperti sebelumnya yang kesal dan marah, hingga tidak mempertimbangkan orang tuanya dalam mengambil keputusan.^^^
^^^Dia mulai berpikir lebih jernih, tidak gegabah seperti sebelumnya, mengutamakan emosi. Enam bulan lebih tinggalkan rumah, tidak bisa menetap di suatu tempat dalam waktu lama dan was-was ditemukan. Melakukan pekerjaan serabutan untuk bisa bertahan dan mempertahankan egonya.^^^
^^^Maya menyadari, membuat keputusan dalam keadaan emosi atau marah, sangat tidak membawa dampak yang baik. Tidak ada hal positif yang diperoleh, selain bisa bertemu dengan Philemon. Mengingat nama Philemon, dia kembali mencari namanya di sosial media. Sekian lama tidak ditemukan, Maya menyerah lalu meletakan ponselnya.^^^
Maya duduk di tempat tidur sambil merenung, memikirkan janjinya kepada Papanya, bahwa dia akan berikan keputusan di besok malam. Dia akan kerja di pabrik atau tidak, karena ada yang ditunggu untuk memastikan keputusannya. Supaya tidak salah lagi, Maya berlutut di atas tempat tidur lalu berdoa.
...~••Ya, Tuhan, tolong berikan tanda bagiku. Agar aku tidak salah memilih dan membuat keputusan. Jika sampai besok sore tidak ada email dari perusahaan yang sedang aku berikan lamaran, berarti aku akan bekerja di pabrik bersama Papa. Amin.••~...
Setelah berdoa, dia mengambil laptopnya untuk memeriksa emailnya sebelum tidur. Ketika tidak ada email dari yang ditunggu, Maya menutup laptopnya lagi, lalu membaringkan tubuhnya, tidur.
...~•••~...
Dua hari kemudian, Maya bangun pagi-pagi dengan semangat yang baru. Dia telah menepatkan hati untuk bekerja di pabrik, setelah menunggu kemarin sampai malam tidak ada email dari perusahaan-perusahaan yang pernah dikirim lamaran. Dia yakin, itu tanda dari-Nya, agar dia bekerja di pabrik.
Setelah sarapan, dia masuk ke kamar untuk mengganti celana pendeknya dengan celana panjang, lalu mengambil tas dan berjalan cepat ke luar halaman untuk menemui Papanya yang sudah menunggu di mobil.
Saat mencium Mamanya untuk pamit, Mamanya tercengang lalu memanggil namanya yang sudah masuk ke mobil Papanya. "Kau mau pergi ke pabrik atau ke pantai?" Tanya Papanya yang terkejut melihat pakaian yang dikenakan Maya.
"Ke pabrik, laa, Pak. Kalau ke pantai, Putri pakai topi." Ucap Maya yang sudah duduk di samping Papanya sambil tersenyum.
"Pakaianmu santai sekali. Lain kali pakai pakaian selayaknya ke kantor." Ucap Papanya serius, lalu minta sopir segera berangkat, karena hampir terlambat.
^^^Papa Maya lama menunggu, karena Maya kebingungan memilih pakaian yang cocok. Dia bingung mempertimbangkan pakaian apa yang pantas ke pabrik. Akhirnya dia putuskan untuk pakai celana jeans dan kemeja tangan pendek, juga sneakers.^^^
"Siap, Pak..!" Ucap Maya sambil meletakan pinggiran tangan di atas alisnya, seperti aparat sedang memberi hormat.
Papa Maya hanya bisa menggelengkan kepalanya, melihat sikap putri semata wayangnya. Baginya, yang penting dia sudah mau kerja di pabrik. Selanjutnya dia akan belajar. Papa Maya berusaha berpikir positif.
Ketika mendengar teguran Papanya, Maya baru menyadari, Papanya ke pabrik walau pakai kemeja dan dasi, ada jas di mobil. 'Mungkinkah aku salah kostum?' Maya ngebatin.
Tadinya dia berpikir mau ke pabrik, jadi tidak perlu mengenakan pakaian yang berlebihan. Tapi setelah melihat Papanya, dia langsung menyadari ada yang keliru dalam pikirannya tentang pabrik. Dia jadi teringat tentang ucapan Mamanya tentang perkembangan pabrik Kakeknya setelah dikelolah Papanya.
...~•••~...
...~●○♡○●~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Stargirl✨
Pasti kalau orang yang udah biasa gak merem di rumah itu adalah larangan yang sungguh berat, tentunya untuk di patuhi
2023-10-29
4
ɴᴏᴠɪ
Padahal kerja di pabrik juga menghasilkan uang loh Maya, di coba dulu deh kan kamu calon bos nya 🤭
2023-09-04
3
🍭ͪ ͩ🍀⃟ᏽꮲ𐑈•ꪀׁꪱ꯱ׁׅ֒꯱ɑׁ🐅⃫⃟⃤
kerja apa aja dmn aja yg penting halal lah may
2023-08-28
3