07. Tidak Terduga.

...~•Happy Reading•~...

Philemon berjalan mendekati Maya. "Ini dipakai untuk kompres supaya cepat turun bengkaknya. Yang ini dioles sebelum tidur. Untuk sementara, kakinya jangan banyak digerakin." Ucap Philemon sambil meletakan semua yang dikatakan di dekat tempat duduk Maya.

^^^Maya tersentak dan sontak melihat Philemon sambil menutup mulutnya dengan tangan kiri, tangan kanan memegang dada dan menekannya.^^^

^^^Hembusan nafas Philemon yang hangat dan harum saat berbicara dengannya membuat jantungnya berdegup bertalu-talu. Sehingga dia harus menekan dadanya dengan kuat, agar bisa tenang.^^^

"Ada apa lagi? Ini rambutku sudah diikat." Philemon melihat Maya yang menatapnya sambil menutup mulut. Dia jadi teringat pada ucapan dan reaksi Maya saat pertama kali melihat rambutnya.

Maya hanya menggelengkan kepala sambil terus melihat ke arah Philemon. Membuat Philemon menautkan alisnya, tidak mengerti. Dia menengok ke belakangnya, seakan ada orang lain di belakangnya, jadi Maya bukan melihatnya, tapi orang yang ada di belakangnya.

"Sikapmu, membuat horor. Aku kira ada orang di belakangku." Ucap Philemon, protes.

Maya meminta Philemon mundur dengan tangannya, agar tidak mendengar detak jantungnya. 'Ada apa dengan jantungku ini? Memalukan sekali di malam yang sepi begini.' Maya ngebatin, takut Philemon mendengar detak jantungnya. Dia menghembuskan nafasnya dengan kuat, saat Philemon telah mundur.

Philemon hanya bisa menggelengkan kepalanya, karena tidak mengerti dengan apa yang dilakukan Maya. Tapi dia sendiri tersentak saat melihat mata Maya dari dekat. Matanya sangat bening dengan bulu mata panjang yang lentik, asli. Apa lagi masih ada sisa air mata, matanya bagaikan telaga yang bening di antara barisan bulu hitam berjejer rapi.

Maya yang belum bisa menenangkan detak jantungnya, mancoba mengalihkan perhatian pada apa yang dibawa oleh Philemon dan tidak lagi menatapnya.

Ketika melihat semua yang dibawa Philemon untuk mengobati kakinya, Maya kembali melihatnya dengan tertegun. "Kau dokter?" Tanya Maya seakan tidak percaya dengan semua yang dibawa Philemon.

"Eemangnya dokter doang yang bisa tau itu? Gunakan semua dengan teratur, supaya tidak usah duduk nangis malam-malam." Philemon berkata sambil menjauh sebagaimana yang diminta Maya. Dia berpikir, tadi Maya masih duduk di kursi sambil menangis karena kakinya sangat sakit.

^^^Tadi saat turun dari tangga, Philemon sempat melihat ke arah dalam rumah yang ada di lantai bawah. Dia mengira ada orang yang tinggal di lantai bawah, sehingga dia pergi meninggalkan Maya.^^^

^^^Tetapi setelah diperhatikan dengan serius, lampu rumah hanya menyala di luar. Sedangkan di dalam rumah hanya satu. Pertanda orang rumah sedang pergi.^^^

^^^Sehingga dia tidak sampai hati meninggalkan Maya dengan kaki yang sedang bengkak. Dia duduk di atas motor lalu googling, mencari obat yang cocok untuk kaki bengkak karena salah berpijak. Kemudian dia ke apotik untuk beli dan tanya pada apoteker yang ada di apotik.^^^

^^^Saat tiba dia senang melihat Maya masih duduk di kursi bambu, belum masuk ke kamarnya. Jadi dia bisa segera pulang setelah memberikan obat yang di bawa. Tetapi saat melihat Maya menangis, dia jadi tertahan.^^^

"Jadi kau lakukan aku sebagai kelinci percobaan untuk gunakan ini?" Maya bertanya sambil mengangkat bawaan Philemon ke arahnya.

"Iyaa, kalau kakimu ada empat." Jawab Philemon dengan wajah serius, membuat Maya melototinya. Philemon jadi tertawa dalam hati melihat pelototan Maya.

"Iiiiisss... Kalau kakiku empat, aku kelinci sakti. Bisa bicara denganmu." Jawab Maya, sambil letakan lagi bawaan Philemon di atas kursi bambu dengan kesal.

"Ngga usah bertukar kata. Masuk ke kamar lalu kempesin kakimu, sebelum semua badanmu ikut kembung, karna angin malam." Philemon masih berbicara serius, karena melihat Maya duduk di luar dan sudah malam dengan hanya mengenakan dress tanpa jacket atau baju hangat.

"Emang kakiku seperti ban motormu?" Maya jadi kesal, karna Philemon bisa membalasnya dengan asal dan kocak.

"Kalau kakimu ban motor, ngga usah pakai obat itu buat kempesin. Putar aja pentilnya." Jawab Philemon serius, tapi hatinya tersenyum bisa membalas ucapan Maya.

"Iiiiiissss... Ngeseliiiinnn..." Maya berkata sambil menekuk wajahnya, kesal.

"Ngga usah kesal... Orang tuamu ngga ada di rumah?" Tanya Philemon untuk menjawab rasa penasaranya, dengan kondisi rumah di lantai bawah.

"Orang tua? Orang tuaku ngga tinggal di sini." Jawab Maya tidak mengerti pertanyaan Philemon.

"Lalu siapa yang tinggal di bawah?" Tanya Philemon lagi sambil menunjuk lantai bawah.

"Ooh, yang punya rumah ini. Tante dan Om sedang kunjungi anak mereka yang mau melahirkan di luar kota." Jawab Maya, pelan. Entah kenapa, aura Philemon membuat dia berkata yang sebenarnya. Dia tidak bisa berpura-pura seakan Om dan Tante ada di rumah.

"Jadi malam ini, kau benar-benar sendiri?" Tanya Philemon sambil melihat Maya dengan serius.

"Iyaa. Seperti yang kau lihat." Maya berkata pelan, sambil membuka kedua tangannya ke samping. Tidak seperti biasanya dengan jawaban asal dan kocak.

"Mana kunci kamarmu, agar aku bisa buka pintunya. Supaya kau bisa meluncur dengan mulus ke dalam kamar." Ucap Philemon sambil mengulurkan tangan untuk meminta kunci kamar Maya dengan serius.

^^^Walaupun tidak mengerti, Maya menurut. Dia mengambil kunci kamar dari tas kecil yang dibawanya, lalu berikan kepada Philemon. Dia berpikir positif, mungkin Philemon tidak mau dia berdiri lama di depan pintu.^^^

^^^Philemon menerima kunci dari tangan Maya lalu berjalan cepat ke arah pintu kamar. Dia hanya membuka kunci, tanpa membuka pintu. Dia merasa tidak sopan melihat kamar wanita yang baru dikenalnya.^^^

"Ini kunci kamarnya. Jangan lupa baca aturan pakai dan ikuti, supaya lekas sembuh." Philemon berkata sambil memberikan kunci kamar ke tangan Maya lagi.

Maya manganguk mengiyakan, lalu memasukan semua obat yang dibawa Philemon ke dalam paper bag, agar bisa dengan mudah dibawa masuk ke dalam kamar.

Melihat itu, Philemon mengambil paper bag dari atas kursi bambu, lalu letakan di depan pintu kamar. Kemudian dengan cepat dia kembali ke tempat duduk Maya.

"Berpeganglah, padaku..." Ucap Philemon sambil memberikan lengannya ke arah Maya yang masih duduk, agar dia bisa memegang sikutnya.

^^^Maya jadi tersenyum dalam hati, saat memegang lengan Philemon. Karena mereka berjalan seperti pengantin baru yang sedang berjalan ke ruang resepsi dan pengantin wanitanya pincang.^^^

"Ok. Lekas masuk dan kunci pintunya. Jangan lupa obatin kakinya." Ucap Philemon saat mereka telah berdiri di depan pintu. Maya masuk ke dalam kamar, lalu Philemon memberikan paper bag untuknya. Kemudian dia kembali ke kursi bambu untuk mengambil helm nya.

"Phileee...!" Panggil Maya cepat.

"Mmmmmm...?" Jawab Philemon, sambil menengok ke arah Maya.

"Makasih, untuk semuanya." Maya berkata pelan saat Philemon menengok ke arahnya sebelum mengambil helm nya.

"Yooiiii... Night." Ucap Philemon sambil mengangkat jempol dan melambaikan helm ke arah Maya, lalu berjalan menuju tangga.

"Nigth... Hati-hati...!" Maya mengucapkan pelan, cendrung berbisik. Seakan dia sedang bicara untuk dirinya sendiri, karena Philemon sudah tidak terlihat lagi di ujung tangga.

...~•••~...

...~●○♡○●~...

Terpopuler

Comments

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Stargirl✨

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Stargirl✨

Susah emang nenangin jantung sialan yang buat fokus jadi sulit, mana perhatian banget lagi lawannya

2023-10-29

4

𝓐𝔂⃝❥Ŝŵȅȩtŷ⍲᱅Đĕℝëe

𝓐𝔂⃝❥Ŝŵȅȩtŷ⍲᱅Đĕℝëe

Bener, ngga cuma dokter yang tahu hal seperti itu kok 🤭

2023-08-31

3

𝐙⃝🦜🍁 comink 🍁🦜

𝐙⃝🦜🍁 comink 🍁🦜

perhatian sekali philee pada maya 😀 apa mungkin ada rasa ya 🤔

2023-08-22

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!