Di Alun-Alun Kota

Nadin dan Garda menikmati semangkuk wedang ronde di alun-alun kota. Sesuai permintaan Nadin tadi, Garda membawa istrinya untuk makan malam di luar. Setelah itu, barulah Garda mengajak Nadin singgah di wedang ronde langganannya.

"Mas Dana," panggil Nadin. Wanita itu tengah mengamati beberapa balita yang tengah bermain di komedi putar di sana.

Alun-alun kota yang Nadin dan Garda kunjungi memang lumayan ramai. Ada beberapa wahana permainan untuk anak-anak, tapi tidak sebesar yang ada di pasar malam.

"Jadi orang tua itu tanggung jawabnya besar banget, ya," ujar Nadin setelah Garda menoleh ke arahnya. Garda mengikuti arah pandang Nadin. Mendapati beberapa anak kecil yang terlihat tersenyum bahagia.

"Mulai dari mengasuh, mendidik, melindungi anaknya," gumam Nadin setelahnya. "Apa aku nanti bisa jadi orang tua yang baik, ya, Mas?" tanya Nadin setelahnya.

Garda beralih menatap istrinya dari samping. Ada guratan kesedihan yang Garda lihat. "Tentu saja bisa. Kamu wanita hebat dan kuat Nadin. Kamu juga pasti akan menjadi ibu yang hebat dan kuat," ujar Garda yang membuat seulas senyum bertengger manis di wajah istrinya.

"Aku gak mau apa yang aku rasain dulu terulang ke anak kita nanti, Mas," ucap Nadin. Gadis itu menoleh sampai kedua matanya beradu dengan bola mata tajam milik Garda.

"Tidak akan Nadin. Kita akan lalui ini sama-sama," kata Garda menenangkan. Garda sangat tahu bagaimana isi kepala Nadin saat ini. "Kamu pernah merasakan menjadi seorang anak yang jauh dari kedua orang tuanya. Kamu bisa belajar dari sana, apa yang seharusnya seorang anak dapat dari orang tuanya," lanjut Garda.

Nadin mengangguk mendengar ucapan Garda. Benar kata suaminya. Dari pengalamannya dulu Nadin dapat belajar. Bagaimana rasanya diabaikan, tidak di dipedukikan, dan dipaksa mengikuti kemauan orang tuanya.

"Selain pendidikan agama, moral, dan karakter memberikan edukasi seksual juga sangat penting ternyata," ujar Garda. Pria itu menatap Nadin yang terlihat begitu fokus menatapnya.

"Dari cerita kamu kemarin saya jadi memikirkan tentang itu. Banyak orang tua diluar sana yang menganggap pendidikan seksual bagi anak tidak penting. Atau mereka sendiri yang kurang paham soal itu," jelas Garda membuat Nadin mengangguk setuju.

"Sekecil apapun hal yang orang tua ajarkan sama anaknya bakal membekas, ya, Mas? Meskipun tidak merinci tapi setidaknya anak tahu apa yang menjurus kedalam tindak kejahatan seksual," balas Nadin dengan menggebu. Dia berjanji akan mengajarkan hal itu pada anaknya nanti. Setidaknya anaknya tidak merasa tabu dengan hal yang berbau seksual. Nadin takut apa yang pernah dia alami akan kembali ke anaknya.

Garda yang melihat wajah serius Nadin malah ingin tertawa. Rasanya wajah polos seperti anak kecil yang Nadin miliki kurang cocok dengan apa yang dia sampaikan.

"Ih! Kok malah ketawa, sih!? Aku, kan, lagi serius," rajuk Nadin.

"Kamu gak cocok serius begini," ledek Garda. Nadin langsung menatap Garda dengan tatapan tak terima.

"Mas Dana, mah, ngerusak suasana aja. Padahal aku lagi pinter-pinternya, loh, ini," ujar Nadin lagi. Gadis itu dibuat sebal karena Garda malah tertawa sampai matanya menyipit.

"Iya maaf, udah terusin," titah Garda.

Nadin langsung melengos. Menunjukkan bahwa saat ini dia sedang marah. Garda tersenyum simpul mlihat kelakuan Nadin. Pria itu membawa tangan Nadin untuk digenggam di atas meja.

"Banyak sekali yang harus kita pelajari sebelum menjadi orang tua," ujar Garda mebuat Nadin menoleh.

Pria itu mengusap tangan Nadin pelan. "Hal sekecil apapun yang kita berikan akan menjadi kontribusi besar bagi anak. Karena orang tua adalah tempat belajar pertama bagi anak."

"Kita belajar sama-sama, Nadin. Jangan takut tidak bisa menjadi orang tua yang baik. Semua keberhasilan pasti berawal dari kata tidak bisa," ujar Garda lagi.

Nadin tersenyum mendengar penuturan Garda itu. Kedua mata beningnya bahkan sampai menyipit saking lebarnya senyum Nadin. "Mas Dana tahu, ya, apa yang aku takutin?" tanya Nadin.

Garda mengangguk pelan. Pria itu semakin erat mengenggam tangan kurus istrinya. "Saya juga pasti akan takut kalau melaluinya sendiri. Beda lagi kalau berdua dengan kamu," jelas Garda.

Jangan harap wajah pria itu akan dihiasi senyum manis atau semacamnya. Garda akan tetap menjadi Garda yang berwajah datar dengan kelakuan dingin.

Nadin spontan memukul lengan kiri Garda dengan wajah menahan malu. "Mas Dana bisa aja, sih, bikin aku baper," ucap Gadis itu.

"Jangankan bikin baper, bikin kamu jadi ibu aja bisa," balas Garda dengan wajah dan suara yang datar.

Nadin seketika menormalkan raut wajahnya. Wanita itu memandang Garda dengan wajah polos. "Emang gimana caranya?" tanya Nadin menggoda.

"Kamu serius nanya sama saya?" tanya Garda menanggapi pertanyaan Nadin. Pria itu menatap wajah istrinya dengan satu alis yang terangkat. Tentu saja Nadin langsung mengangguk.

"Sok-sokan nanya, padahal kalau lagi buat aja kamu yang lebih aktif," sindir Garda.

Nadin langsung memukul lengan Garda lagi. Kali ini pukulannya lebih keras sampai suaminya meringis. "Mana ada kayak gitu," ujar Nadin tak terima.

"Yakin gak ngaku?" tanya Garda dengan satu alis yang terangkat.

Nadin kembali merapatkan bibirnya yang akan berbicara. Gadis itu melihat sekeliling. Mencari tahu apakah ada yang kemungkinan mendengar pembicaraannya dengan Garda. "Diem aja, deh, Mas! Rahasia berdua ini," bisik Nadin.

"Loh, tadi kamu yang mulai," kata Garda tak terima disalahkan.

"Iya-iya! Sekarang udah ngaku kalah aku," jawab Nadin dengan wajah pasrah.

Garda tersenyum tipis menyambut pengakuan kalah dari Nadin. Tangan kekarnya bergerak meuju puncak kepala Nadin yang tertutup jilbab pasmina. "Kamu sendiri sudah siap menjadi orang tua belum?" tanya Garda tiba-tiba.

Nadin agak terkejut mendengar pertanyaan itu. Namun sebisa mungkin dia menetralkan wajah terkejutnya. "Siap gak siap kalau Allah kasih kita rezeki harus siap, kan, Mas," jawab Nadin yang diangguki Garda.

"Kita belajar sama-sama biar bisa jadi orang tua yang baik, ya," ucap Garda menyambut jawaban Nadin. "Berarti kita tidak perlu menunda, kan?" tanya Garda.

"Kita, kan, memang gak pernah menunda, Mas," jawab Nadin.

Beberapa kali Garda terus dibuat memikirkan ucapan ibunya. Dia tahu bagaimana sosok Anita yang selalu menuntut kesempurnaan. Garda takut wanita itu akan turut andil dalam rumah tangganya jika tidak kunjung mendapat kabar kehamilan Nadin.

"Ada yang ganggu pikiran, Mas," ucap Nadin melihat keanehan Garda malam ini.

"Tidak ada," jawab Garda singkat.

"Aku memberi pernyataan, Mas. Bukan pertanyaan," jelas Nadin dengan kedua bola mata yang menyorot pas pada manik tajam suaminya. "Ada yang ganggu pikiran, Mas," ujar Nadin megulang ucapannya.

Garda tersenyum simpul. Berusaha menutupi apa yang sedang dia pikirkan. "Saya mikir, kira-kira enak punya anak 5 atau 10 sekalian, ya?"

Mata bening Nadin seketika melotot mendegar pertanyaan Garda. Gadis itu menatap wajah suaminya lekat-lekat. "Serius Mas Dana mau punya anak sebanyak itu?" tanya Nadin menggebu.

"Kenapa? Kurang banyak, ta?" tanya Garda mencoba menggoda Nadin.

"Kalau punya anak banyak emang Mas Dana sanggup nafkahin?" tanya Nadin menantang.

Garda mengulas senyum mendengar jawaban itu. Pria itu langsung mengeluarkan dompet yang ada di saku celananya. Membuka dompet kulit mikiknya sampai Nadin bisa menjangkau benda apa saja yanga ada di dalam sana.

Mata Nadin membola melihat beberapa kartu asing yang tidak pernah ia jumpai di dunia nyata. "Waw! Banyak sekali," gumam Nadin.

Garda terkekeh melihat respon Nadin. Tangannya lantas menutup dompet kulinya dan memasukkan kembali kedalam saku celana. "Ada sebagian yang tidak saya bawa," ujar Garda tenang. Nadin semakin memasang wajah terkejut.

"Kapan-kapan saya ajak ke rumah makan dan penginapan saya," ucap Garda lagi.

"Mas udah, ih! Aku nantang sekali langsung diulti gini," protes Nadin dengan wajah memberengut.

Garda terkekeh mendengar ucapan Nadin. Kembali diusapnya kepala Nadin yang masih memberengut. "Makanya jangan main-main sama suami kamu," canda Garda.

Terpopuler

Comments

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

wehhhhhhh
horang kaya rupanya.
..
👌👍👍👍👍

2023-11-25

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 59 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!