Kan, Ada Saya

"Ada masalah?" Garda duduk di samping Nadin. Sejak tadi gadis itu duduk termenung menghadap jendela kamar yang terbuka. Memperlihatkan keelokan langit malam.

"Mas udah selesai kerjanya?" Nadin balik bertanya. Kepalanya menoleh ke samping. Melihat Garda yang duduk tenang di sampingnya. Mata dengan alis tebal sempurna itu terlihat redup. "Udah ngantuk, ya, Mas?" tanya Nadin lagi.

Garda menatap lurus ke luar jendela. Hembusan napasnya terdengar pelan. "Kamu belum percaya sama saya?" tanya Garda tiba-tiba.

Nadin jadi kebingungan mendengar pertanyaan itu. Sekarang badannya dimiringkan hingga bisa menghadap penuh pada suaminya. "Kok suami aku ngomong gitu," ujar Nadin dengan nada manja andalannya.

Garda melirik Nadin sekilas. "Kamu lagi ada masalah, kan?"

"Gak ada, Mas Dana," jawab Nadin dengan suara lembut.

"Tapi ada yang lagi ganggu pikiran kamu?" tanya Garda lagi.

Nadin diam sebentar sebelum menggeleng yakin. "Gak ada kok, Mas. Aku baik-baik aja," jawab Nadin yakin.

"Saya perhatiin setelah pindah kamu jadi sering diem," ujar Garda dengan tatapan datarnya.

Sudah beberapa hari ini semenjak mereka pindah. Garda sering mendapati Nadin yang terlihat merenung. Lalu saat menyadari kedatangan Garda, gadis itu langsung berlagak baik-baik saja.

"Diem karena aku gak tahu mau ngapain, Mas Dana," balas Nadin. Diraihnya tangan kekar suaminya dengan senyum yang tak berhenti mengudara.

"Kalau ada sesuatu yang menganggu bisa bicara dengan suami kamu Nadin," ujar Garda dengan tatapan datarnya.

Nadin tersenyum begitu lebar mendapati kalimat manis itu. "Terimakasih udah perhatian sama aku, ya, Mas," ucap Nadin dengan tangan yang mengenggam erat tangan Garda.

Garda cukup diam tanpa memberikan balasan. Pria itu memilih beranjak dari duduknya hingga genggaman tangan Nadin terlepas. "Tidur, sudah malam," kata Garda sebelum meninggalkan Nadin.

...

Garda keluar dari kamar mandi menggunakan kaus dan celana pendek andalannya. Wajahnya sudah segar karena habis mandi. Rambut hitam legamnya juga terlihat basah.

Bibir menawan milik pria itu sedikit tertarik membentuk lengkungan. Dipandanginya gadis dengan badan ramping yang duduk bersila di atas ranjang dengan mata terpejam.

Jam baru menunjukkan pukul 03.00. Bagi garda bangun di sepertiga malam sudah menjadi hal biasa. Lain dengan iatrinya itu. Sudah beberapa hari Nadin mencoba mengikuti kegiatan Garda. Meski setelah sholat tahajud gadis itu akan tidur dan terbangun ketika subuh.

"Wudhu dulu, Nad," kata Garda sambil memakai baju koko dan sarung.

"Iya udah bangun," balas Nadin masih setengah sadar.

Garda menggelengkan kepalanya heran. Pria itu lantas berjalan mendekati Nadin. Menundukkan kepalanya agar sejajar dengan wajah Nadin.

"Hei, wudhu dulu," ucap Garda dengan suara datar.

Nadin terperanjat dengan mata yang seketika terbuka lebar. Wajahnya tampak terkejut dengan mulut terbuka. "Ngagetin tahu," rajuk Nadin.

"Gak usah mandi, mesin airnya rusak," kata Garda sebelum beranjak untuk mengambil sajadah.

Tanpa menunggu lama Nadin langsung berlari kecil menuju kamar mandi. Gadis itu menggosok giginya sebentar. Biasanya Nadin memilih mandi terlebih dahulu mengikuti kebiasaan Garda. Tapi, kali ini dia angkat tangan. Benar kata Garda, mesin air dirumahnya mati. Jadi tidak ada air hangat untuk pagi ini.

Nadin keluar dengan penampilan yang lebih segar. Gadis itu dapat melihat suaminya sudah duduk di atas sajadah. Sementara di belakangnya sudah tergelar rapi sebuah sajadah dengan lipatan mukena di atasnya.

"Mas tadi mandi?" tanya Nadin sambil mengenakan mukena.

"Iya," jawab Garda seadanya. Pria itu lantas berdiri di depan Nadin. Memulai sholat sunah bersama istrinya.

Setelah selesai melaksanakan sholat tahajut Garda memilih membaca al-quran. Badannya di sandarkan di ranjang dengan Nadin yang duduk manis di sebelahnya. Gadis itu malah semakin dibuat mengantuk mendengar suara merdu Garda.

Tak berselang lama mata beningnya terpejam. Kepala gadis itu tak sengaja miring hingga bersandar di lengan Garda. Membuat lantunan ayat suci al-qurannya terhenti untuk sejenak.

Dipandanginya wajah sang istri yang terpejam. Jika melihat wajah pulas Nadin selalu membuat Garda merasa bersalah. Dia selalu memikirkan tindakannya pada Nadin.

Apakah sikap datarnya membuat istrinya itu sakit hati. Atau Garda yang tidak bisa melakukan hal romantis membuat Nadin kecewa. Apalagi gadis itu yang belakangan itu selalu melamun. Jujur Garda sering memikirkan hal itu. Tapi, untuk keluar dari zona nyaman juga bukan hal mudah.

...

Nadin menyajikan sepiring nasi goreng dan segelas susu hangat. Sesuai permintaan suaminya, hari ini menu sarapan Garda adalah nasi goreng.

"Suami aku makan sendiri dulu, ya. Istrimu mau nyiapin bekal dulu," ujar Nadin dengan nada manjanya.

Garda menerima sepiring nasi goreng itu dengan diam. Langsung saja menyantap masakan istrinya. Rasanya selalu sama, tidak pernah mengecewakan lidah Garda.

Nadin yang sudah hafal dengan kebiasaan Garda langsung beranjak begitu saja. Gadis itu langsung mengambil wadah bekal milik suaminya. Menata beberapa lauk dan juga nasi. Untuk bekal suaminya Nadin memasak tumis jamur dan ayam kecap.

Setelah bekal suaminya siap. Gadis itu kembali menghampiri Garda. "Bekal untuk dosen ganteng sudah siap," kata Nadin ceria.

Garda mendongak melihat kehadiran Nadin. Mulutnya yang masih sibuk mengunyah tetap tertutup. Kali ini kepalanya mengangguk sebagai jawaban.

"Mas Dana," panggil Nadin sambil memegang lengan suaminya.

"Apa?" tanya Garda yang masih menikmati sarapannya.

"Aku mulai bosen di rumah terus," keluh Nadin manja.

Garda menghentikan kunyahannya sejenak. Lantas menatap wajah Nadin yang terlihat lebih cantik. "Mau kuliah lagi?" tanya Garda setelah menelan makanannya.

"Mas kenapa, sih, bawa-bawa kuliah terus?" tanya Nadin dengan kerutan di dahi. "Bener, ya, Mas malu punya istri gak berpendidikan," tuduh Nadin setelahnya.

"Kalaupun ada yang malu harusnya kamu," kata Garda tajam.

Nadin sedit terkejut dengan kalimat Garda. Tangannya perlahan menjauh dari lengan suaminya. "Mas Dana kok ngomongnya gitu," ujar Nadin. Wajah cerianya seketika redup untuk pagi ini.

"Tidak ada hambatan untuk kamu bisa kuliah. Tapi kamu malah menyia-nyiakan itu, dan memilih menikah dan jadi ibu rumah tangga. Padahal banyak dari orang yang ingin kuliah tapi tidak bisa." Ucapan panjang lebar dari Garda cukup menusuk bagi Nadin.

Tanpa ada yang meminta. Mata bening yang biasanya berbinar itu sekarang memerah. Nadin menatap Garda dengan mata berkaca-kaca. Ada sedikit rasa sakit yang menjalar di hati Nadin sekarang.

"Mas gak tahu apa-apa," ucap Nadin sarat akan kekecewaan.

Garda balas menatap mata berkaca-kaca milik Nadin. Pria itu memamerkan wajah datar dengan tatapan tajamnya. Ditatapnya wajah putih Nadin yang sudah memerah dengan lekat.

"Kamu tahu sendiri. Saya gak tahu apa-apa soal istri saya sendiri," kata Garda dengan tenang. "Saya butuh tahu soal kamu," lanjut Garda.

Nadin mengalihkan tatapannya dari Garda. Gadis itu mengusap kasar air matanya yang hampir menetes. Malu rasanya meneteskan air mata di depan pria itu.

"Saya tahu banyak hal yang kamu sembunyikan dari saya, Nadin," ujar Garda lagi.

Tangannya meraih jemari mungil Nadin. Membawa jemari itu untuk digenggam di pangkuannya. "Saya sedih kalau kamu terus-terusan diam seperti ini. Saya merasa gak berguna. Saya suami kamu, Nadin. Kamu bisa berbagi semua kesulitan kamu dengan saya. Saya bingung, saya gak tahu ada apa dengan istri saya."

Nadin jadi semakin terisak mendengar penuturan panjang suaminya. Tangisnya semakin pecah ketika pria itu membawa Nadin ke dalam dekapan hangatnya. Saat itu juga Nadin menangis lepas. Menumpahkan rasa sakit dan kebingungannya selama ini.

"Maafkan perkataan saya. Saya kesal karena kamu selalu berusaha baik-baik saja di depam saya," ucap Garda pelan. Tangan kekarnya mendekap Nadin dengan erat.

"Kamu bisa berbagi dengan saya. Saya gak mau kamu merasakannya sendiri," lanjut Garda lagi.

Perlahan Nadin membalas dekapan Garda. Dekapan hangat yang baru dia rasakan setelah kurang lebih satu bulan menjadi istri pria itu. Rasanya sedikit tenang. Apalagi saat Garda mengusap pelan rambutnya

"Jangan merasa sendiri terus. Kan, ada saya."

Episodes
Episodes

Updated 59 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!