Tiger's Bab 20

Camelia menatap ngeri pada wanita berkacamata yang saat ini tengah berdiri tegap dihadapannya dengan ekspresi datar.

"Jauhi putraku, akan aku beri 5 milyar untuk mu!"

Kalimat itu berhasil membuat tubuh Camelia menegang, mata bulatnya berkedip cepat, susah payah gadis itu menelan salivanya. Ekor matanya melirik pada remaja pria yang tengah menunduk dalam seakan takut pada wanita dewasa dihadapannya.

'5 milyar? Itu beneran duit semua?' Batinnya.

Entah mengapa senyuman samar Camelia terbit, matanya berbinar cerah, Camelia merasa kalau dirinya sedang mendapatkan jackpot besar dari situasi ini.

"Eemm...i-itu semua-,"

"Kenapa, apa masih kurang? Kalau kau merasa kurang baiklah aku tambah menjadi 10 milyar, tapi segera tinggalkan putraku!"

Mata bulat Camelia semakin membulat, senyumannya kian melebar bahkan terlihat berjingkrak senang tanpa peduli dengan sekitarnya. Kenapa harus tidak senang, dirinya akan mendapatkan uang dengan jumlah yang tidak sedikit dari wanita yang belum dia kenal.

Lagian dirinya dan remaja pria yang terlihat terkejut sama sepertinya itu tidak memiliki hubungan apapun, jadi tidak ada ruginya bukan. Tidak perlu dia menangis dan memohon agar tidak dipisahkan dari putra wanita cantik itu. Seperti sebuah adegan yang pernah dia lihat bersama Ambunya dulu saat ada tetangganya yang di labrak oleh ibu mertuanya sendiri dan ditawari perkebunan sawit tapi dengan bayaran yang setimpal, dia harus meninggalkan suaminya dan menjadi janda.

Sungguh terlalu.

"A-aku ma-,"

"KAMU APAIN ANAK GADIS ORANG, TIGER?!" Suara menggelegar itu sontak membuat Camelia tersentak. Gadis itu mengerjap pelan, menelisik sekitar, menatap satu persatu orang-orang yang saat ini sudah berada di hadapannya.

Sejak kapan dirinya ada disini?

Mata bulat Camelia terus saja bergulir, dahinya kian mengerut dalam melihat tempat yang saat ini dia injak dan masuki.

'Ini istana apa museum?' Tanyanya dalam hati.

Diantara orang-orang yang belum pernah dia lihat ada Tiger yang sedang menunduk dihadapan seorang wanita cantik yang tadi menawarkan sejumlah uang agar dirinya mau meninggalkan putranya.

Astaga, apa tadi itu cuma khayalan?

Camelia menggaruk pipinya yang tidak gatal, ekor matanya menatap satu persatu wajah asing yang terlihat tengah menatap padanya. Belum hilang rasa terkejut didalam dirinya, Camelia kembali harus disuguhkan oleh sesuatu yang membuat tubuhnya menegang.

Wanita dewasa berwajah cantik rupawan yang tadi menawarkan sejumlah uang padanya dan sayangnya itu hanya khayalan semata kini sudah berdiri dihadapannya, menegang kedua bahunya bahkan kini pipi miliknya menjadi sasaran kedua.

"Kamu baik baik saja, Sayang? Apa yang sudah Tiger lakuin sama kamu bilang sama tante!"

Tubuh Camelia berguncang, otak genius nya tiba-tiba saja blank, dia tidak tahu harus memberikan respon seperti apa. Bibir cerewetnya terkunci rapat, hanya bola matanya yang terlihat bergerak mencari remaja pria yang membuat dirinya dalam posisi seperti sekarang.

'TIGEREEERRR...!' Raungnya dalam hati.

Camelia berusaha menenangkan hati dan tubuhnya, dia berdehem pelan guna menghilangkan rasa serak yang masih menempel kuat di tenggorokannya. Selang beberapa menit berlalu dirinya baru menyadari kalau wanita cantik yang tadi menggoncang tubuhnya fasih berbahasa Indonesia.

Tunggu, jangan bilang kalau wanita ini masih berdarah Indonesia sama sepertinya. Dahi Camelia kian mengerut, dia menelisik penampilan lawan bicaranya walaupun sedari tadi dirinya belum bersuara sedikitpun.

'Mukanya bule, tapi kok,' Batinnya.

"Tidak terjadi apapun Ma, astaga, aku dan gadis ini tidak pernah melakukan apa-,"

"Diam kamu anak singa! Sudah kita kekamar saja, biarkan anak singa nakal ini diadili oleh Bapaknya." Dahliara membawa Camelia masuk walaupun tanpa izin dari gadis bertubuh mungil yang dibawanya.

Tiger mengusap wajahnya kasar, dia melihat anggota keluarganya sudah menatap meminta penjelasan termasuk pria matang yang memiliki rupa yang hampir sama dengannya.

"Papa ingin berbicara dengan mu," Lionel menarik kerah seragam yang dipakai Tiger. Membawa si anak singa menjauh dari anggota keluarga Albarack yang hari ini memang sengaja menyambut kedatangan Anyelir di istana ini. Sang princess baru saja pulang setelah beberapa pekan berada di kediaman calon suaminya.

Akhirnya pertemuan yang tidak terduga ini membuat Lionel dan Dahliara tidak bisa menemui keponakannya tersebut karena harus menyelesaikan urusan mereka dengan si anak singa.

Didalam kamar yang sangat luas itu Camelia hanya bisa terdiam dengan mata terus saja bergerak luar menelisik setiap sudut ruangan yang ditempatinya saat ini. Kamar ini luasnya bisa mencapai tiga atau empat ruangan rumahnya di Indonesia, pasti sangat merepotkan kalau membersihkannya.

"Minumlah,"

Lagi-lagi Camelia tersentak, dengan kaku dia menoleh melihat siapa yang menyodorkan gelas berisikan air putih untuknya. Senyum tulus yang dipasang oleh orang yang memberikan dirinya segelas air itu berhasil membuat Camelia tertegun.

Gadis itu mengangguk menerima air itu dengan senang hati sebelum dia meneguknya hingga habis. Rasa kering di area tenggorokannya sedikit teratasi walaupun tidak sepenuhnya, gelas yang sudah tidak ada isinya itu masih berada didalam genggaman Camelia, terlindungi karena gadis itu menggenggam dengan kedua tangannya.

"Ada yang ingin kamu sampaikan? Enggak usah takut, ayo bilang saja sama Tante. Jangan mengira karena Tante adalah Mamanya Tiger Tante bakalan membela anak itu, tentu saja enggak. Kalau memang salah ya tetap salah, enggak peduli dia siapa." Dahliara kembali bersuara, kali ini dia berusaha agar tidak membuat gadis didekatnya ini tegang dan sungkan untuk berbicara dengannya.

Dahliara tahu kalau gadis berambut pendek ini sejak awal bertemu dengannya di sekolah sudah menunjukkan kegelisahan, takut serta khawatir. Semua itu dapat Dahliara lihat dari raut wajah polosnya dan gestur tubuhnya, benar-benar seperti bunga yang baru saja akan mekar.

Camelia

Sudut bibir Dahliara terangkat kala mengingat siapa nama gadis cantik berdarah Indonesia ini. Ya tidak terlalu susah untuk menemukan identitas Camelia, bahkan keluarga dan alamat lengkap daerah asalnya di Indonesia.

"Anggap saja Tante ini teman curhat kamu, jadi kamu bisa bercerita apa aja sama Tante, gimana?" Rayunya lagi.

Oh ayolah Dahliara sangat tidak sabar untuk mendengarkan cerita yang keluar dari bibir tipis Camelia. Kalau benar gadis ini mendapatkan perlakuan tidak baik dan senonoh dari putra semata wayangnya, lihat saja apa yang akan dia lakukan pada anak singa nakal itu nanti.

Senyuman Dahliara merekah saat melihat Camelia mengangkat wajahnya, perlahan mulai menaruh kepercayaan padanya lewat sorot mata. Gadis itu terlihat menghirup napas dalam sebelum memantapkan hatinya.

"A-aku, a-aku bakalan cerita sama Tante." Ucapnya masih sedikit gugup, tapi itu tidak membuat senyuman Dahliara luntur.

Biarkan Camelia perlahan-lahan bercerita, tidak perlu terburu-buru apa lagi dipaksa, pasti nanti rasanya akan tidak nyaman.

Disaat Dahliara tidak sabar menunggu Camelia bercerita, diruangan lain Lionel dan Tiger sedang berhadapan. Sepasang Ayah dan Anak itu hanya terlihat saling tatap, tidak lama karena Tiger terlihat membuang wajahnya kearah lain.

"Katakan!" Titahnya.

Tiger terlihat berdecak, dia tahu kalau kali ini dirinya atau pun Lucas dan Emmir tidak akan bisa menghindar. Dengan terpaksa dia akan menceritakan kejadian yang sebenarnya, bisa panjang kalau terus berbohong.

"Gadis itu menelan microchip yang Papa titipkan padaku, beberapa hari yang lalu ada yang terang-terangan ingin membawanya pergi dari sekolah. Kelompok Kalajengking Hitam sudah bergerak, tapi aku berhasil mencegahnya. Oh ayolah tidak terjadi apapun antara aku dan dia, biarpun gadis itu tinggal di apartemen ku tapi kami tidak segila itu Papa!" Tiger gemas sendiri dibuatnya, dia mengacak-acak rambutnya yang rapih hingga tidak beraturan.

Raut wajahnya terlihat semakin kesal saat melihat sang Papa hanya mengedikan bahu dan bangkit dari duduknya tanpa berkata apapun.

"Semoga Mama mu percaya. Untuk Microchip, aku meminta pertanggungjawaban mu, cari cara agar benda itu keluar dari tubuh gadis itu tanpa harus mengancam nyawanya." Setelah mengatakan itu Lionel berlalu meninggalkan Tiger.

Sang Macan kembali meraup wajahnya, memukul udara mendengar penuturan Papanya yang pasti akan sulit untuk di wujudkan.

"Aku tidak bisa menjamin itu Pa, microchip itu tidak tahu tertanam dibagian mana, bahkan sinar X saja tidak bisa dipercaya bisa menemukannya kecuali dengan cara mencari benda itu disetiap bagian tubuh dalamnya dan itu pasti akan mengorbankan nyawanya." Gumamnya lirih. Otak Tiger tidak bisa berpikir kali ini, dia tertunduk lesu berusaha mencari solusi terbaik agar bisa melaksanakan perintah Lionel Papanya.

BERSAMBUNG....

SEE YOU TOMORROW 😘😘😘😘😘

Terpopuler

Comments

Yuliana Purnomo

Yuliana Purnomo

hadeeehhh bahaya ternyata mengancam nyawanya Camelia gara gara chif yg tak sengaja tertelan lewat jus yg ia minum di kafetaria sekolah

2025-01-08

0

Rifa Endro

Rifa Endro

huh ... sebahaya itu ...

2023-12-02

1

🍊 NUuyz Leonal

🍊 NUuyz Leonal

hahahaha sepertinya Kamu kebanyakan melihat sinetron ya Mel tapi kalau ada tawaran seperti itu pasti Kamu bakalan langsung terima 😂😂

2023-11-13

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 69 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!