Tiger's Bab 13

Keadaan sudah bisa terkendali, para penghuni apartemen kembali ke kediaman masing-masing. Mereka merasa tenang saat petugas keamanan dan pemadam kebakaran berhasil menjinakkan api yang disebabkan oleh ledakan besar tepat didepan gedung apartemen.

Tapi sepertinya ketenangan itu tidak berlaku untuk sepasang remaja yang saat ini tengah menaiki ratusan anak tangga yang membawa keduanya kembali ke unit apartemen. Napas sudah terengah, lutut serta pergelangan kaki terasa sakit bahkan sepertinya bengkak atau lebih parahnya terkena varises setelah mereka sampai nanti.

"Kau meninggalkan aku!" Tukas gadis berambut pendek yang saat ini berjalan mendahului remaja pria yang tadi berulang kali mengangkat tubuhnya.

Belum hilang rasa sakit akibat menendang tubuh penjahat yang menculiknya, Camelia diharuskan menaiki ratusan anak tangga bersama Tiger. Ingin rasanya dia menangis kencang, berteriak sekeras mungkin untuk meluapkan emosinya.

"Sudah aku bilang kunci pintunya!" Balas Tiger tidak mau kalah.

Remaja bertubuh jangkung itu mencebik kesal. Mata tajamnya menatap punggung kecil berbalut baju tidur sederhana yang sudah berjalan mendahuluinya. Tiger tahu kalau Camelia tidak mematuhi ucapannya, gadis itu pasti keluar dari apartemen, atau pintu apartemennya tidak terkunci dengan baik hingga membuat para penjahat itu berhasil masuk dan nyaris saja membawa Camelia pergi.

"Kau memang gadis bebal, kalau seperti ini terus aku akan membiarkan mereka membawamu!" Imbuhnya. Setiap kata yang terucap dari mulut Tiger begitu tajam, Camelia yang sedari tadi tidak peduli terlihat menghentikan langkah, gadis itu menoleh bahkan berbalik menatap pada Tiger yang tidak jauh darinya hanya terpisah beberapa anak tangga.

"Sedari awal juga aku tidak pernah meminta siapa pun bahkan dirimu untuk membawaku kesini. Kalau bukan karena kalian aku juga tidak mungkin terjebak disini, dengan nyawa yang selalu terancam, kau pikir aku juga mau selalu merepotkan orang lain apa lagi dirimu! laki-laki kejam bermulut merecon yang ingin sekali aku dukunin!"

Camelia terus saja mengoceh mengeluarkan sebagian unek-uneknya yang selama ini terpendam dan begitu menyesakkan. Dengan kasar Camelia mengusap pipinya, entah kenapa air matanya turun begitu saja. Rasanya sungguh tidak nyaman, terlebih ada orang yang mengatainya Bebal atau keras kepala, padahal dia sendiri selalu menurut pada remaja pria yang saat ini masih menatap dalam kearahnya.

"Aku akan pulang ke asrama! kau atau siapapun itu tidak perlu lagi mengurusi ku. urus saja urusan kalian sendiri, aku tidak peduli dengan mereka yang ingin mengambil benda yang ada di dalam tubuhku. Kalau memang aku harus mati, aku tidak peduli!" Setelah mengatakan itu Camelia kembali melanjutkan langkahnya. Kali ini kedua kaki telanjangnya menghentak kasar setiap anak tangga yang dia injak, menyalurkan semua emosi yang membuncah.

Dengan air mata yang kembali mengalir Camelia sudah bertekad akan keluar dari apartemen mewah milik Tiger dan kembali ke asrama. Mulai detik ini dia tidak peduli dengan apapun, kalau memang hidupnya cukup sampai disini dia harus rela. Bahkan ulang tahun sweet seventeen yang tinggal beberapa bulan lagi tidak akan bisa dia lewati.

"Maafin Melia Ambu, Abang. Setidaknya kalau hidup Melia memang cuma sampai umur 16 tahun nanti Melia bakalan minta sama mereka buat ngirim jenazah Melia ke Indonesia. Melia nyesel udah kesini, kalau bisa di putar lagi Melia bakalan biarin Rania yang ke Dubai," Gumamnya terus menerus dengan langkah semakin cepat.

💔

💔

💔

"Mau kemana?" Tiger bersidekap dada, bersandar didepan pintu kamar apartemennya dengan mata terus saja tertuju pada seorang gadis yang tengah memasukkan sejumlah barang kedalam koper.

Tanpa ingin menyahut Camelia tetap melakukan aktivitasnya, dia membuang muka enggan untuk melihat pria yang tadi membuat emosinya meledak. Jujur sebenarnya ingin sekali Camelia melemparkan koper kearah Tiger, tapi sayang dirinya tidak seberani itu.

Camelia memilih untuk menulikan pendengarannya, membutakan penglihatannya, mengabaikan keberadaan Tiger yang saat ini mulai terlihat menegakan tubuhnya, Camelia bisa melihatnya dari ekor mata.

Saat ini kedua remaja itu malah terlihat seperti sepasang kekasih yang tengah bertengkar. Sang gadis yang merajuk memutuskan untuk pergi dari kediaman prianya dan remaja pria di belakangnya terlihat acuh tak acuh tapi setiap gestur tubuh yang dia perlihatkan menandakan kalau dirinya melarang sang gadis melangkah dari ruangan itu.

"Aku tidak mengizinkanmu keluar dari apartemen ini!" Putusnya tak ingin di ganggu gugat.

Gerakan tangan Camelia terhenti, dia menoleh, alisnya menukik tajam, bola mata coklat bulatnya menatap tak suka pada Tiger yang ternyata sudah berbalik dan mengunci pintu.

Kekesalan yang dirasakan Camelia bertambah kadarnya, dia bangkit dengan wajah yang tidak bersahabat, kedua tangannya terkepal erat seakan kepalan tinju itu ingin segera dia layangkan.

"Memangnya kau siapa huh?! Kau bukan siapa-siapa yang bisa mengatur hidupku, kau bukan saudaraku, kakakku, adikku, Ayahku, kau juga buka suami yang bisa mengatur semua hidupku!" Raung Camelia.

Matanya kembali memerah, dadanya naik turun, dia sudah lelah, Camelia ingin segera terbebas dari semua masalah ini dan kembali pulang ke negara dan kampung halamannya. Tapi sayang masa pertukaran pelajar yang dia ikuti belum sampai tahap akhir, baru awalnya saja. Butuh beberapa bulan lagi untuk menyelesaikan semua tanggungjawabnya sebelum dia pulang, tapi rasanya setelah adanya masalah ini tidak butuh waktu berbulan-bulan untuknya pulang ke Indonesia.

"Apa aku harus menjadi suamimu agar kau bisa menurut?" Cetus Tiger tanpa beban.

Remaja itu mendudukkan diri di kursi meja belajar yang tidak jauh dari tempat tidur. Meja belajar yang selama hampir satu pekan ini ditempati oleh Camelia, mata tajamnya terus saja menatap dalam pada gadis berambut sebahu yang terlihat memalingkan wajahnya kearah lain.

Gadis cerewet itu salah tingkah!

Sudut bibir Tiger terangkat, berkedut samar, dia membawa tubuhnya bangkit mendekat pada Camelia yang masih enggan melihatnya. Perlahan kedua tungkai kokohnya mendekat, merapatkan jarak hingga tersisa beberapa belas centimeter. Tiger berdiri menjulang dihadapan Camelia, mata tajamnya terus saja menelisik raga mungil di dekatnya.

Ternyata spekulasi yang selama ini dia gaungkan dalam hati serta pikirannya itu benar adanya, tubuh gadis bermata bulat bertubuh cebol ini memang hanya sebatas dadanya saja.

Tiger jadi penasaran berapa tinggi gadis cerewet ini sebenarnya. Setahunnya Jiddah dan juga sang Mama yang masih memiliki darah Indonesia tidak sependek ini, apa benar gadis ini tumbuh dengan benar?

"Ihhh... Apasih deket deket, jauh jauh sana!" Tanpa sadar Camelia mendorong dada Tiger dan mengatakan kalimat dengan aksen Indonesia yang kental.

Satu alis Tiger terangkat saat mendengarnya, baru kali ini dia mendengar Camelia berbicara dengan bahasa Indonesia, bahas negara asal Jiddah nya. Sudah sering Tiger mendengar wanita sepuh yang masih terlihat cantik itu berbicara dengan aksen bahasa Indonesia yang kental, jadi Tiger tidak merasa asing bahkan sebenarnya dia cukup fasih berbicara dengan bahasa negara asal sang Jiddah.

'Kalau mereka kumpul jadi satu bisa meledak istana Jiddi,' Batin Tiger meringis.

"Aku tidak mau tahu, tetaplah disini jangan bebal. Aku tahu kau tidak memiliki keberanian sebesar itu, jadi menurutlah walaupun aku bukan saudara, Kakak Ayah ataupun suamimu demi keselamatan dirimu sendiri. Jadi jangan keras kepala atau aku akan-,"

"Akan apa huh?!" Tantang Camelia. Dia sudah mendongakkan wajahnya, menatap tidak takut pada pria muda bertubuh jangkung layaknya tiang listrik ini.

Tinggi sekali! Batin Camelia.

Tiger terdiam, dia membalas tatapan berani yang diberikan oleh Camelia. Netra keduanya bertemu, saling terpaut dan mengalami tanpa ekspresi.

Tanpa menjawab Tiger berbalik, otaknya tiba-tiba saja blank saat melihat mata bulat Camelia terus saja menatapnya. Padahal didalam otak geniusnya tadi sudah tersusun sebuah kalimat ancaman untuk membuat gadis keras kepala itu terdiam dan menurut kembali.

"Atau kau akan apa? Apa kau pikir aku bakalan takut dengan ancaman-,"

"Aku akan menciummu sampai mati kalau kau tetap mengoceh!" Ancam nya serius dan ternyata itu berhasil membuat Camelia bungkam. Bibir gadis itu sedikit terbuka, dengan ekspresi shock, dia tidak lagi bisa berkata-kata, hingga keduanya terdiam cukup lama bahkan Tiger terlihat menepuk bibirnya tanpa sadar sebelum sebuah sepatu sekolah berwarna putih melayang menimpa kepalanya.

"DASAR MACAN MESUMMMM...!" Teriaknya membabi buta.

BERSAMBUNG...

SEE YOU TOMORROW 😘😘😘

Terpopuler

Comments

Dia Amalia

Dia Amalia

getokkan kepalanya biar gk jadi medum anak singa 😂🤣😂🤣

2023-11-05

0

mommy neng

mommy neng

jd kgn jiddi and jiddah deehh thor

2023-09-12

1

Ratna Anggraeni

Ratna Anggraeni

wkwkwkwk, 🤣🤣🤣🤣

2023-09-06

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 69 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!