Sabar

"Bacot," ucap Aurora dan langsung beranjak pergi meninggalkan Aksa yang terdiam karena mendapatkan kata-kata seperti itu dari Aurora.

"Eh Ra tungguin gue!" ucap Keysha seraya pergi mengikuti Aurora.

Detik berikutnya Aksa baru tersadar dan hendak menyusul Aurora, namun lengannya di tahan oleh Reihan.

"Lepasin gue! Gue mau nyusul Aurora," ucap Aksa.

"Jangan Sa!" ucap Reihan sama sekali tidak berniat melepaskan lengan Aksa, "Lo mau dia tambah marah sama lo? Lo tau sendiri kan Aurora gimana? Dia bakalan tambah marah kalau lo susul."

Aksa terdiam ia hampir lupa kalau Aurora itu sangat pemarah. Jika Aksa menyusulnya sekarang untuk membujuknya. Bukannya reda amarah Aurora malah semakin besar.

"Udah Sa. Istirahat aja nanti lo nyamperin dia," ucap Arkana.

Marvin mengangguk setuju, "Iya lagian bentar lagi bel masuk udah mau bunyi."

Aksa menghela nafasnya gusar, ya lebih baik jam istirahat nanti saja ia membujuk pacar nya itu.

...💍...

Keysha berlari menghampiri Aurora yang sedang berjalan di lorong sekolah dengan penuh amarah. Ia yakin Aurora pasti akan mendatangi perempuan bernama Friska Adelicia, yang telah mengirimkan Aksa dan Reihan surat cinta dan hadiah. Pasalnya ini bukan sekali dua kali, Aurora melabrak adik kelas hanya karena mereka mengirimkan surat cinta untuk Aksa.

"Ra tungguin gue! Lo mau kemana?" tanya Keysha memastikan, ia melirik sekilas kelas mereka yang mereka lalui.

"Nyamperin cewek gatel. Lo kalau cuma mau ngalangin gue, mending pergi deh," jawab Aurora tanpa melirik Keysha yang sudah berdiri di sampingnya.

Keysha menghela nafas pelan, kan benar apa yang ia pikirkan. Aurora pasti akan mendatangi si Friska itu. Keysha juga tidak bisa berbuat apa-apa sekarang, anak itu sendiri yang mencari mati.

Tak butuh waktu lama Aurora sudah menemukan adik kelasnya itu. Setelah bertanya dengan beberapa murid. Ternyata Friska Adelicia adalah murid kelas X IPS 1.

Aurora menghampiri Friska yang sedang bersenda gurau dengan teman-temannya di dalam kelas.

"Lo yang namanya Friska Adelicia?" tanya Aurora dingin.

Gadis berambut sebahu dengan dandanan yang cukup menor itu mengangguk.

"Gila ini anak sekolah atau tante-tante. Tebal bener tuh bedak," batin Keysha seraya memperhatikan Friska dari atas ke bawah.

"Iya gue Friska Adelicia. Kenapa?" tanya Friska bingung.

"Ikut gue," ucap Aurora yang langsung menarik lengan Friska.

"Eh mau kemana?" tanya Friska kaget karena tiba-tiba di tarik.

Tanpa ba-bi-bu Aurora langsung menarik Friska dan membawa gadis itu ke toilet, tanpa meminta persetujuan Friska terlebih dahulu.

...💍...

Keyla menghela nafas pelan, seraya menatap seragam dan jilbabnya nanar. Lagi-lagi teman-temannya mengerjainya. Kali ini mereka melempar Keyla dengan telur, bau amis telur mentah menyeruak menembus hidung Keyla. Keyla hampir muntah di buatnya. Keyla terus beristighfar berusaha untuk sabar, entah sampai kapan ia bisa menahan ini semua. Setidaknya Keyla harus bertahan sampai ia lulus nanti.

Ia masuk ke dalam bilik toilet dan melepaskan seragam serta jilbabnya. Berniat untuk membersihkannya. Semoga saja baunya bisa berkurang. Keyla menyiram bagian yang terkena telur dan mengelap nya dengan tisu. Saat ia sedang fokus membersihkan seragamnya, tiba-tiba terdengar suara beberapa orang yang masuk ke dalam toilet dengan suara yang sedikit ribut.

"Lepasin gue! Ngapain bawa gue ke sini sih?"

"Diem jangan banyak bacot! Tutup pintunya Key!"

"Okay."

Keyla mengernyit sepertinya suara ini tidak asing. Seperti suara Aurora dan Keysha, tapi salah satunya Keyla tidak tahu. Apa yang mereka lakukan ribut-ribut di dalam toilet. Ah biarlah Keyla tidak mau ikut campur, lebih baik Keyla cepat-cepat membersihkan seragamnya dan kembali ke kelas.

Brak

Aurora mendorong tubuh Friska ke dinding toilet dengan kasar yang membuat sang empu meringis kesakitan.

"Lo apa-apaan sih kak?" tanya Friska tidak terima.

"Heh bajing," Aurora mencengkram kerah baju Friska, "Seharusnya gue yang nanya sama lo. Apa-apaan lo ngirim-ngirim surat cinta dan hadiah segala ke Aksa dan Reihan?"

"Mau ngegatel lo?" lanjut Aurora.

"Apaan sih cuma ngirim surat doang. Lagian bukan cuma gue yang ngirim. Kenapa cuma gue yang di marahin? Atau lo merasa tersaingi sama gue?" ucap Friska tidak ada takut-takut nya.

"Apa? Merasa tersaingi? Sama modelan tante-tante gatal kayak lo gini? Mimpi!" tajam Aurora.

Keysha menggeleng tidak habis pikir, ternyata nyali adik kelasnya ini besar juga.

Keysha mendorong kepala Friska dengan telunjuknya, "Oy Maimunah anak-anak yang lain gak ada yang berani nulis nama mereka di surat itu. Sedangkan elo terang-terangan nulis nama lo di situ. Terus isi suratnya itu sangat membagongkan. Apa-apaan lo nyuruh-nyuruh Aksa putus dari Aurora. Lo itu gak ada hak bego."

Aurora semakin menarik kerah baju Friska dan menatapnya tajam.

"Udah paham lo sekarang hm?" tanya Aurora pandangannya menusuk tajam ke mata Friska.

Friska tersenyum miring kemudian menggeleng, "Gak, gue gak paham. Terus lo mau apa?"

"Wah nantangin nih bocah, habis dah lu. Gue kagak ikut-ikutan," batin Keysha.

"Gue mau apa?" Aurora tersenyum menyeringai, "Gue mau..."

Plak

Satu tamparan keras melayang di wajah menor Friska hingga kepalanya berpaling ke samping. Belum sempat ia menggerak kepalanya lagi, Aurora kembali menampar pipinya. Aurora terus menampar wajah Friska tampa memberinya kesempatan untuk berbicara. Darah segar mulai mengucur deras di sudut bibir Friska.

"Hahaha ini yang gue mau," Aurora tertawa senang, wajahnya saat ini benar-benar terlihat menyeramkan bagi Keysha. Ia tidak berani mengganggu atau menahan Aurora. Gadis itu benar-benar terlihat seperti psikopat.

Setelah puas menampar wajah Friska, ia beralih membenturkan kepala gadis itu ke dinding. Tawanya menyeramkan nya memenuhi ruangan.

"U-udah kak gu-gue minta maaf!" mohon Friska tangannya berusaha menahan tangan Aurora yang mencengkram rambutnya.

"Apa? Gue gak denger."

Pergerakan Aurora terhenti saat tiba-tiba ada satu tangan yang mencekal tangan kirinya. Ia menoleh dan mendapati Keyla sudah berdiri di sampingnya. Wah orang pertama yang membuat ia marah dan sangat ingin ia bunuh sekarang berdiri di sampingnya.

"Berhenti! Lo mau dia mati?" ucap Keyla tangannya menggenggam kuat pergelangan tangan Aurora.

"Lepasin! Iya gue mau dia mati!" Aurora berusaha sekuat tenaga melepaskan cekalan Keyla dari tangannya namun ia tetap tidak bisa. Tenaga Keyla jauh lebih kuat dari dirinya.

Keysha yang berada di tengah-tengah mereka sedikit merasa lega karena kedatangan Keyla. Jika tidak Aurora bisa saja membunuh anak orang. Sedangkan Friska meringis kesakitan dengan tubuh yang bergetar, darah mengalir di pelipisnya.

"Istighfar Aurora! Yang lo lakuin ini salah!"

"Gak usah ikut campur deh lo! Urus aja urusan lo sendiri! Lepasin gue!" pekik Aurora meronta masih berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Keyla.

"Gak sebelum lo berhenti mukulin dia!" balas Keyla tajam.

"GUE BILANG LEPASIN ANJ*NG!"

Bersamaan dengan pekikan Aurora yang memekakkan telinga, bel tanda masuk sekolah pun berbunyi.

Keyla melemahkan genggaman tangannya.

"Lepasin!" Aurora menarik tangannya terasa sedikit sakit karena genggaman Keyla yang lumayan kuat. Tanpa berkata apa-apa lagi Aurora langsung pergi keluar toilet dengan amarah yang semakin membara. Niatnya melampiaskan rasa kesalnya kepada Friska, tapi sekarang ia malah semakin kesal karena ulah Keyla yang menggangu kesenangannya.

Keysha menatap Friska dan Keyla bergantian kemudian beranjak mengerjar Aurora yang sudah mulai menjauh. Namun ia menghentikan langkahnya dan membalikan tubuhnya dan menatap Keyla dan Friska tajam.

"Awas aja lo berdua ngelaporin soal ini ke guru! Bisa habis lo pada di tangan Aurora," setelah itu baru lah ia menyusul Aurora.

Keyla hanya menatap punggung Keysha datar dari pada itu ada hal yang lebih penting sekarang. Keyla melirik Friska ia meringis melihat darah yang mengalir di pelipis dan sudut bibir Friska. Kondisi Friska saat ini benar-benar menyedihkan.

"Pelipis lo berdarah. Ayo gue bantu ke UKS," Keyla hendak memapah tubuh Friska namun tangannya di tepis oleh gadis itu.

"Gak usah sok perduli. Lo juga sama ngegatel sama kak Aksa. Gak sudi banget gue di bantuin sama lo," dari pada di bantu oleh Keyla Friska lebih memilih berjalan sendiri, walaupun tertatih-tatih. Sebelum itu ia sempatkan mencuci wajahnya agar tidak ada yang curiga. Ia bersumpah tidak ingin berurusan lagi dengan Aurora. Friska benar-benar kapok.

Keyla sedikit tidak percaya dengan kata-kata yang di ucapkan Friska. Padahal ia hanya berniat untuk membantu, tapi gadis itu malah mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan seperti itu. Hanya satu kata yang bisa Keyla ucapkan.

"Astaghfirullah."

Terpopuler

Comments

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

😷🤒🤕

2023-09-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!