Merasa bersalah

Aurora berhasil menghasut satu sekolah untuk membenci Keyla. Bahkan sekarang Keyla yang bangkunya di barisan depan sekarang, pindah ke barisan paling belakang. Tak ada satupun murid yang ingin berdekatan nya. Padahal Maira memiliki rabun jauh makanya dia memilih duduk di depan. Dia juga belum mampu untuk membeli kacamata, karena semua uangnya ia gunakan untuk membeli obat untuk aba nya.

Tentu saja Aurora tahu Keyla punya rabun jauh, jadi Keyla duduk di meja paling belakang itu juga salah satu rencananya. Dengan begitu Keyla tidak bisa menyimak pelajaran dengan jelas dan nilai nya akan turun. Aurora sempat menyesal kenapa tidak melakukan ini dari dulu. Ternyata sangat gampang untuk membuat orang-orang membenci Keyla.

"Oh jadi itu yang kamu bilang kejutan untuk aku dan Keyla?" tanya Aksa pada Aurora, sekarang ia dan teman-temannya sedang berkumpul di ruang musik lama yang sudah tidak terpakai.

Aurora mengangguk sambil tersenyum senang, "Iya, gimana? Bagus gak kejutannya."

"Iya bagus, karena itu kejutan ya aku beneran terkejut. Tapi kenapa kamu ngelakuin itu?"

Aurora menyenderkan kepalanya di bahu Aksa, "Salah dia meluk-meluk kamu. Ke ganjenan bener jadi cewek. Padahal dia tau kalau semua ini bohong, malah sosoan mau main secara totalitas apalah itu. Kamu jangan mau deh di bego-begoin sama dia."

Bohong itu semua bohong. Karena Aurora melakukan itu semua karena ia memang sangat membenci Keyla.

Aksa terkekeh pelan, "Iya iya sayang."

"Eh tapi seru juga sih ngeliat dia di bully satu kelas. Gue juga agak gedek sebenarnya ngeliat dia yang sok baik dan alim itu. Mana selalu di puji-puji sama guru lagi. Selama ini gue juga baikin dia cuma supaya bisa nyontek doang, soalnya kalau di jadiin temen gak asik anaknya," ucap Keysa seraya memainkan rambut Arkana yang baring di pahanya.

"Yaa sayang kita gak sekelas ya, jadi gak bisa deh nontonin dia di bully," ucap Arkan lesu.

"Iya ya, pindah kelas aja yok!" ajak Marvin.

Reihan memukul pelan kepala Marvin, "Lo pikir ini sekolah bapak lo. Seenak jidat mau pindah kelas."

"Hehe siapa tau bisa kan," ucap Marvin terkekeh.

"Gak perlu satu kelas buat ngeliat dia di bully, karena yang benci dia bukan cuma satu kelas tapi satu sekolah," jelas Aurora.

Arkana mendudukkan tubuhnya menatap semua teman-temannya serius, "Tapi kalian gak ada merasa bersalah apa? Ini semua kan berawal gara-gara kita, dia gak salah apa-apa."

"Kenapa? Lo merasa bersalah?" tanya Aksa. Sejujurnya di lubuk hati yang paling dalam, ia merasa bersalah pada Keyla. Namun itu semua ia tutupi demi sesuatu yang ia bilang cinta.

"Emang lo gak? Emang kalian gak?" tanya Arkana.

Serempak teman-temannya menggeleng.

"Gue gak sama sekali," jawab Aksa.

"Gak lah, ngapain merasa bersalah sama dia," ujar Aurora santai.

"Salah dia kenapa waktu itu masuk ke kantin, kan jadi sasaran mainan kita berikutnya," jelas Keysa, "Emang kamu merasa bersalah sama dia? Kasian? Iya?"

Cepat-cepat Arkana menggelengkan kepalanya takut pacarnya itu marah.

"Gak dong ayang ngapain aku kasian sama dia."

"Lagian dia bukan mainan kita yang pertama kan? Jadi kita gak perlu mikirin dia, emang nasib dia aja yang lagi sial sekarang haha," jelas Aurora seraya menghidupkan sebatang rokok dan menghisapnya.

"Tapi gue rasa kali ini kita udah keterlaluan deh," ucap Arkana lirih namun masih bisa di dengar oleh teman-temannya.

"Gak ada yang keterlaluan. Ini namanya hukum alam yang kuat menindas yang lemah," ucap Aurora.

...💍...

Keyla memasuki rumahnya dengan pakaian yang sudah acak-acakan, bau dan kotor. Hari ini ia benar-benar di hajar habis-habisan dengan teman-temannya. Bukan dengan pukulan tapi dengan perkataan yang menyakitkan di tambah mereka melemparkan Keyla dengan sampah-sampah yang sangat busuk. Namun ia terus berusaha untuk tersenyum dan bersabar. Selagi ia masih bisa bersabar ia akan menahannya.

Aksa belum pulang, tadi Keyla melihatnya berboncengan dengan Aurora. Yang berarti Aksa mengantar gadis itu pulang terlebih dahulu. Ah sudahlah dari pada memikirkan Aksa lebih baik Keyla berganti pakaian dan bersih-bersih. Karena ia harus pergi kerja paruh waktu di sebuah kafe.

Setengah jam kemudian Aksa baru pulang ke rumahnya. Saat akan menaiki anak tangga ia berpapasan dengan Keyla, yang sudah bersiap untuk pergi.

Keyla menghentikan langkahnya dan menatap Aksa dengan tatapan sinis.

"Gimana? Seneng udah buat gue di benci sama satu sekolah dengan kebohongan lo itu? Pasti pacar lo dan teman-teman lo itu bahagia banget. Gimana udah buat pesta belum?" tanya Keyla sinis.

Aksa hanya terdiam tidak dapat membalas ucapan Keyla.

"Kenapa diam? Merasa bersalah? Hah?" tanya Keyla lagi.

Aksa tersenyum miring, "Kenapa gue harus merasa bersalah? Kan gue bener lo ngancem gue, kalau gak nurutin kemauan lo. Lo ngancem nyerain gue dan ngelaporin semua ini ke orang tua kita. Tadi gue juga cuma kasih bumbu-bumbu kebohongan sedikit aja."

Keyla tercengang mendengar jawaban Aksa. Alih-alih meminta maaf kepada Keyla, dia malah bilang Keyla yang salah. Wah benar-benar tidak punya hati. Dada dan mata Keyla terasa panas, matanya sudah berkaca-kaca siap menjatuhkan bulir-bulir bening. Hatinya sangat sangat sakit karena Aksa sama sekali tidak memikirkan perasaannya.

Keyla menarik nafasnya panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Mengelus dadanya berusaha untuk bersabar.

"Astaghfirullah sabar Keyla sabar. Nonjok suami sendiri dosa, gak boleh," gumam Keyla tanpa terdengar Aksa.

"Gak punya hati lo. Lo dan teman-teman lo itu benar-benar gak punya hati nurani," ujar Keyla seraya menunjuk wajah Aksa kemudian ia berlalu pergi dengan perasaan kesal bercampur sedih.

Aksa hanya diam berusaha untuk tidak memperdulikan Keyla dan melanjutkan langkahnya menuju kamar.

"Eh tunggu!" ucap Keyla.

Aksa menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Keyla.

"Gue izin mau pergi kerja boleh gak?" tanya Keyla, mau bagaimana pun Aksa adalah suaminya. Dan seorang istri harus mendapatkan izin suami jika ingin keluar rumah.

Aksa mengernyit, "Kenapa lo izin sama gue?"

Keyla menghela nafasnya lelah benar-benar lelah.

"Ya terus gue harus minta izin sama siapa? sama suami tetangga gitu? Kan gak mungkin."

"Ya udah pergi aja. Tapi kenapa lo harus kerja? Nanti gue di kira gak ngasih lo makan lagi," ucap Aksa.

Keyla menarik tali tasnya dan menatap Aksa tanpa minat.

"Gue gak menerima pertanyaan, gue cuma butuh izin lo. Makan siang udah gue siapin. Gue pergi dulu Assalamualaikum."

Aksa menatap kepergian Keyla dengan perasaan yang campur aduk. Ia sangat benci dengan Keyla tapi juga merasa bersalah dengan gadis itu. Tidak biasanya Aksa seperti ini. Padahal sudah banyak anak-anak yang lain yang ia jadikan mainan dan ia sama sekali tidak merasa bersalah. Tapi kenapa dengan Keyla Aksa merasa bersalah?

"Ck sok baik," gumam Aksa.

Terpopuler

Comments

luiya tuzahra

luiya tuzahra

aku kok berharap yaah ada murid baru cowo trus suka ma keyla,biar si aksa tau rasa

2024-02-18

1

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

Astaghfirulloh...
Sdh MajNun, merokok pulak si Aurora...
Maaf ,Thor..
terlalu sakit cerita ini...
tp aq pesanaran, bgmn pernikahan ini slnjutnya..
di satu sisi, pernikahan bukanlah permainan namun coz permainan lah pernikahan Aksa-Key terjadi...
DuariUs, Thor!
Esmosiku sdh di ubun ubun...
Ingin kutampol Genk si Aska tuh..
Toxic friendship!!!!!!!!?

2023-08-24

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!