Suara lonceng berdenting saat pintu toko serba itu dibuka, di dalam sana sudah ada beberapa orang yang juga sibuk membeli beberapa barang. Serena pergi ke sana pagi-pagi sekali karena kehabisan garam untuk memasak.
"Mengerikan sekali, aku bahkan merasa takut untuk pergi ke luar rumah saat sepi,"
"Memangnya monster itu benar-benar ada? Aku masih tidak percaya jika tidak ada bukti berupa gambar atau yang lain,"
"Polisi hanya menghimbau kita agar tidak memasuki area hutan mulai sore hari dan sudah gelap, tidak apa-apa selama kita tidak masuk ke sana bukan?"
Serena cukup terkejut dan juga bingung mendengar sekilas pembicaraan orang-orang yang ada di dalam toko, bahkan sepanjang perjalanan saat menuju tempat ini ia juga sudah mendengar hal yang serupa diperbincangkan orang-orang yang berpapasan dengannya.
Setelah mengambil beberapa barang yang diperlukan, ia langsung menuju tempat pembayaran.
"Aku tidak mengerti dengan yang dibicarakan oleh orang-orang," Celetuk Serena selagi barang belanjaannya sedang dihitung oleh pemilik toko.
"Semua orang tahu soal itu, kau kemana saja?" Sahut si pemilik toko sambil mencatat total jumlah belanjaan Serena serta memasukannya ke dalam kantong belanja.
"Tentang apa? Monster apa yang mereka maksud?" Tanya Serena dengan raut wajah bingung.
Pemilik toko itu tidak menjawab, ia justru menatap serena dengan raut wajah dingin. Ia adalah pria berbadan besar penuh tatto dengan rambut pirang panjang dan mata biru yang mencolok, tatapannya selalu saja dingin dan menusuk. Meskipun begitu Serena sudah terbiasa karena ia mengenal pria tua bernama Harry itu sejak kecil, bahkan bisa dibilang bahwa Harry adalah teman baik ibunya.
"Kau belum menjawabku," Serena melihat ke arah Harry dengan wajah cemberut.
Harry menyodorkan kantong belanja milik Serena dengan sejumlah uang kembalian yang telah dibayar gadis itu tadi, "ada yang melaporkan bahwa ia melihat mahluk aneh di hutan, jadi untuk sementara jauhi saja kawasan itu demi keamananmu." Jelasnya singkat.
Serena menatap Harry cukup lama sebelum akhirnya mengangguk dan segera pergi, ia masih belum percaya dengan apa yang ia dengar. Tetapi itu juga cukup membuat bulu tubuhnya meremang jika mengingat bahwa kemarin ia berkeliaran sendiri di hutan dan bertemu dengan orang gila aneh yang mencuri makanannya.
Sepertinya aku beruntung karena hanya bertemu orang gila.
Celetuknya di dalam hati sambil berlalu keluar dari toko itu untuk segera kembali ke rumah.
*****
Aroma harum dari masakan menguar memenuhi dapur, Serena sedang memasak untuk sarapannya hari ini. Ia makan sambil melamun, pikirannya berkelana dengan kejadian kemarin dan juga tentang apa yang baru saja diberi tahu oleh Harry pagi ini.
"Jangan ke hutan? Padahal aku masih penasaran dengannya...." Gumam Serena.
Ia menatap makanan di atas meja, sepertinya ia memasak terlalu banyak hari ini. Jelas-jelas ia tinggal sendirian tapi Serena malah memasak sepanci besar sup dan juga beberapa potong ayam yang masih tersisa.
"Aku tidak akan sanggup menghabiskan ini, disimpan pun nanti rasanya tidak enak lagi, apa aku bagikan saja pada orang lain?" Gumamnya berbicara sendiri sambil menatap panci sup dan potongan ayam di depannya.
Tiba-tiba ia melotot, otaknya mengingat sesuatu yang bisa dibilang sedikit gila.
"Apa aku berikan saja untuknya?" Gumamnya.
Ya, yang ada di pikirannya sekarang adalah laki-laki yang ia temui dan mencuri makanannya kemarin. Ia benar-benar masih penasaran dengan orang itu, ditambah lagi sebenarnya ada rasa iba yang membuatnya menaruh simpati dan tidak bisa berhenti memikirkannya mengingat bahwa laki-laki itu tinggal di hutan sendirian.
"Aku hanya berbaik hati sebagai sesama mahluk hidup." Ucap Serena sambil membungkus makanan itu dan memasukannya ke dalam tas miliknya.
Namun ia tiba-tiba berhenti, Serena mengingat ucapan Harry tentang polisi yang melarang orang-orang untuk mendekati area hutan. Tetapi bukan hanya ucapan dari pak tua itu yang diingat olehnya, ia juga mengingat salah satu orang di toko yang mengatakan bahwa mungkin itu hanya rumor karena tidak ada bukti yang jelas.
"Cuacanya bagus, sangat cocok untuk melukis. Hahaha." Ucapnya dengan mantap dan tertawa lepas, meskipun begitu tidak lupa juga ia menyelipkan sebilah pisau dan semprotan merica lalu memasukannya ke dalam saku celana miliknya.
Serena berangkat dengan membawa makanan dan beberapa peralatan melukis, walaupun sudah jelas tujuan utamanya pergi ke sana bukanlah untuk melukis pemandangan.
Kali ini ia tidak berjalan kaki, gadis itu mengendari sepeda agar bisa pergi dan pulang lebih cepat, sekalian untuk berjaga-jaga.
"Mari kita nikmati hari ini~" Gumamnya sambil bersenandung.
Entah kenapa rasanya berbeda saat ia memasuki area hutan, mungkin karena ia telah mendengar rumor itu sehingga ada sedikit rasa mencekam yang menghilangkan suasana damai pada tempat yang ia kunjungi sekarang.
Meskipun begitu, semuanya berubah ketika Serena telah sampai di tempat yang biasa ia datangi. Tepat di bawah pohon Ek besar yang teduh, itu juga tempat yang sama dengan kemarin ataupun saat ia masih bersama dengan ibunya.
Suasana mencekam yang tadi mengiringinya kini sudah menghilang seperti disapu oleh angin, yang tersisa sekarang hanyalah suasana damai yang hangat karena di sana memang tempat favoritnya.
"Apa sih yang aku takutkan tadi?" Lirihnya sambil tersenyum tipis.
Serena mengeluarkan bawaannya dari tas, matanya menyapu sekelilingnya dengan seksama. Ya, tujuannya kemari adalah untuk mencoba menemui laki-laki aneh itu lagi. Ia tahu jika ini adalah tindakan gila, tetapi entah kenapa Serena tetap melakukannya.
"Apa kau di sini? Aku bawa makanan enak." Ucapnya lantang.
Sepi. Tidak ada sahutan selain suara kicauan burung dan semilir angin, Serena yang tadinya terlihat antusias kini menjadi lesu dan cemberut.
"Kenapa malah aku yang terlihat seperti orang gila?" Gerutunya, "ah sudahlah, lebih baik aku membuat beberapa lukisan sebelum pulang" Sambungnya sambil menyiapkan peralatan lukis.
Sekarang ia sudah fokus dengan sapuan kuasnya di atas kanvas, benar-benar fokus hingga tak menyadari jika sejak tadi seseorang yang menjadi alasan utama ia berada di sini sedang memperhatikannya dengan seksama.
Karena terlalu fokus dengan sesuatu, Serena memang akan mengabaikan sekitarnya, itu adalah kebiasaannya. Bahkan jika sekarang laki-laki itu adalah seekor harimau, maka pasti ia sudah berada di dalam perut harimau tersebut tanpa sempat mencoba melarikan diri.
"Huh, benar-benar membuang waktuku saj-"
Serena membatu, perkataannya terpotong saat menoleh ke belakangnya karena suara ranting patah.
"Ah..., k-kau di sini...." Ucapnya terbata sambil menatap kaget ke arah laki-laki dengan rambut panjang dan penampilan kumuh acak-acakan serta baju yang sudah robek di sana sini dan juga sangat kotor dengan bercak tanah dan sebagainya.
Laki-laki itu hanya diam sambil berjongkok dengan tangan yang menopang badannya di depan, matanya menatap tajam ke arah Serena yang terlihat kikuk.
"Ah, i-ini... Aku bawa makanan. Silahkan ambil jika kau mau." Ucap Serena sambil menyodorkan wadah berisi makanan.
Laki-laki itu menggeram, tetapi dengan perlahan mulai mendekat ke arah Serena. Dengan ragu ia mengambil salah satu wadah berisi potongan ayam goreng dan membawanya sedikit menjauh dari Serena lalu memakannya dengan buru-buru.
Sesekali laki-laki itu menoleh ke arah Serena yang sedang memperhatikan saat ia sedang memakan ayam-ayam itu.
"Kau suka?" Ucap Serena, "Makanlah ini juga, gunakan sendok itu agar kau mudah memakannya." Gadis itu menyodorkan wadah berisi sup yang ia buat.
Laki-laki itu kembali mendekat dengan ragu dan mengambilnya, hal itu membuat Serena tersenyum lega meskipun berujung disusul dengan wajah masam.
Laki-laki itu melempar sendoknya ke sembarang arah dan mencoba mengambil sup itu dengan tangannya, tentu saja akan sulit hingga ia menggeram marah karena tidak bisa memakannya.
"T-tunggu, bukan begitu...." Ucap Serena sambil mencoba mendekat melihat apa yang di lakukan laki-laki itu.
Namun baru saja Serena bangkit dari tempatnya, laki-laki itu langsung menggeram saat ia mencoba mendekat.
"Ah...., tenanglah, aku akan menunjukkan caranya," Ucap Serena dengan perlahan, "oh, begini....." Gadis itu mengambil sendok lain yang ia bawa dan mencontohkan bagaimana cara menggunakannya.
Rasanya seperti mengajari anak-anak.
Batin Serena.
Laki-laki itu memperhatikannya dengan tajam, tanpa diduga ia mengambil kembali sendok yang telah ia lemparkan tadi dan mencoba mengikuti apa yang Serena lakukan.
Serena terkejut sekaligus kagum, "Ya, begitu baru benar!" Ucapnya riang, ia merasa seperti baru saja berhasil mengajari anak-anak.
"Kau anak pintar rupanya." Ucap Serena sambil kembali duduk dan memperhatikan laki-laki itu memakan sup nya.
Belum habis ia memakan sup itu, suara keras dari senapan membuat laki-laki itu kaget dan langsung menggeram keras melihat sekelilingnya.
Serena juga tak kalah terkejut, sepertinya itu adalah suara senapan dari pemburu.
"Ah mengagetkan saja...." Ucapnya, "cepatlah habiskan makanan-"
Serena mematung mendapati laki-laki itu sudah menghilang saat ia membalikan badan.
"Dia sudah pergi?" Gumam Serena, entah kenapa terlihat raut kecewa dari wajahnya.
"Sedang apa kau di sini?!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
notKnown
Mamammm
2023-08-13
0