Tok ...
Tok ...
Pintu rumah mereka di ketuk dari luar, entah siapa yang datang dan menghentikan pertengkaran hebat mereka.
"Vin. Aku punya penawaran untukmu. Ini akan sangat menguntungkanmu."
"Aku tak tertarik."
Kevin masih mengatur nafasnya yang masih menderu deru karna amarah yang baru saja selesai. Padahal ia belum pernah seperti ini sebelumnya, pintu utama masih berbunyi, menandakan ada seseorang yang masih mengetuknya di balik pintu sana.
"Aku yakin kau akan setuju." Novia menunduk dengan putus asa.
"Aku akan pergi. Aku tak akan membawa apapun, sepeser hartapun aku tak akan membawanya. Aku hanya akan pergi membawa bayi ini dan pakaian terakhir yang kukenakan. Kau pasti akan tersenyum puas setelah kepergianku." entah makna apa yang tersirat di kalimat Novia, yang jelas senyuman yang tergelincir di sudut bibir wanita itu terlihat sangat mengerikan.
Novia berjalan dengan terpincang pincang menuju kamar miliknya, sedangkan Kevin menuju pintu utama rumahnya.
"Ada apa?" Kevin bertanya malas kepada asistennya.
Ya Ari ke sana untuk menemui sang tuan, karna ada hal penting yang harus ia sampaikan. Setelah berbincang beberapa saat, Kevin pergi bersama Ari meninggalkan Novia dalam keadaan ke kalutan.
Saat suara mobil terdengar meninggalkan rumah besar itu, Novia mengintip kepergian suaminya di balik tirai rumahnya.
Novia sudah benar benar putus asa, dan ingin mengakhiri hidupnya, Ya Novia sudah berencana melenyapkan dirinya sendiri hanya untuk memberikan kata puas terhadap Kevin suaminya.
"Aku akan pergi tanpa membawa apapun, hanya bayi ini yang selalu kau katakan bayi haram yang akan ku bawa."
Karna putus asa, Novia mendengarkan bisikan bisikan yang terus menyongsong di dekat telinganya, menyampaikan ide ide lain untuk mengakhiri hidupnya sendiri.
Ia bisa saja menenggak cairan pembersih, tapi ia takut gagal dan justru yang akan tiada hanya bayinya saja, ini bukan cara efektif untuk mengakhiri hidup.
Jika ia memotong urat nadinya yang ada, ia akan tak sadarkan diri terlebih dahulu di saat ajalnya belum datang, itu juga berpotensi gagal.
Novia nemikirkan cara lain untuk mengakhiri hidupnya. Ia sungguh lelah dengan Kelakuan Kevin, semoga dengan matinya Kevin bisa berdamai dengan keadaan.
"Ayo Novia berpikir, selagi Kevin tak ada. Ini kesempatan emas. Jika setelah bertengkar Kevin pasti pulang sangat larut, ini adalah waktu yang panjang untukku meregang nyawa." Novia menggigit kuku kukunya sendiri.
Senyum Novia merekah saat melihat lubang angin di atas pintu kamarnya, gegas Novia mendatangi lemari miliknya, ia meraih satu syal panjang untuk ia pergunakan.
"Ini adalah cara terbaik."
"Maafkan Ibu!" Novia mengusap perut ratanya, ia juga mendorong kursi meja rias ke arah pintu untuk ia gunakan sebagai pijakan.
"Astagha. Aku harus mengunci pintu terlebih dahulu." Novia beranjak untuk mengunci pintu utama takutnya ada seseorang yang menggagalkan upayanya bunuh diri.
Dengan sehelai Syal di tangannya Novia menaiki kursi meja rias dan mengikat syal itu di pentilasi kamar, Novia membuat simpul simpul untuk mengantarkan dirinya ke neraka.
Ya Novia sadar betul jika apa yang akan ia lakukan adalah laknatullah, tapi ia tak memiliki cara lain dari pada ia terus menerus di sakiti suaminya dari berbagai sisi lebih baik ia mengakhiri hidupnya yang tak seberapa.
Bisikan bisikan mulai kembali terdengar, seakan mengharuskan Novia mencoba wahana pengantar ke neraka itu sekarang.
"Pesan apa yang harus ku tulis untuk suamiku? Ah rasanya tak perlu. Dia akan bahagia saat aku pergi."
Novia mulai membuka setra menahan pintu kamarnya dengan lebar, ia menaiki kembali kursi meja rias yang sempat ia duduki barusan.
Secara penuh perhitungan Novia memasukan lehernya di antara syal yang ia buat simpul.
"Maafkan aku Tuhan."
Lintasan kisah mereka di masa lalu berputar layaknya kaset usang. Juga wajah kedua orang tua Novia terlintas begitu saja di kelopak matanya yang mulai terpejam.
Tanpa pamit. Tanpa meninggalkan surat apapun Novia akan memberikan kejutan yang manis untuk suaminya.
.
"Bagai mana keadaan Rara? Katakan padanya jangan berbuat macam macam apa lagi sampai melaporkan istriku!" Kevin takutnya Rara melaporkan Novia kepolisi karna insidene penyiraman tadi.
Kevin mengingat jika Rara sempat bereteriak kepanasan.
Ari kebingungan menjawab pertanyaan atasannya, karna sepupunya terlihat tidak Papa, kulitnya tidak melepuh sama sekali, Rara terlihat baik baik saha, karna kopi itu memang sudah dingin.
"Bapak tenang saja, saya sudah berbicara kepada Rara. Dan dia sudah tidak papa." bukan berbicara, lebih tepatnya Ari mengomeli Rara tadi karna sudah menjadi penyebab tuannya dan istrinya bertengkar.
Ari bahkan sangat terkejut saat mendengar suara ribut ribut dari rumah Tuannya, yang ternyata Tuannya menghancurkan beberapa barang di rumahnya.
Pikiran Kevin tak tenang saat meninggalkan Novia di rumahnya sendiri, terlebih mereka habis bertengkar besar juga keadaan rumah dalam keadaan yang luar biasa acak acakan.
Baik Ari maupun Kevin keduanya sama sama membisu, namun di saat perjalan memasuki menit ke 15-
Kring ...
Kring ...
Ponsel Novia rupanya tertinggal di dasboard mobil miliknya, menampilkan ibu Novia yang menelpon.
Ari yang menyetir mobilnya tak bertanya prihal tuannya yang mengabaikan panggilan. Hingga panggilan itu mati dengan sendirinya.
Kring ...
Kring ...
Dua kali panggilan itu masuk ke ponsel Novia dari nomor yang sama yaitu nomor mertua Kevin.
Dengan malas Kevin mengangkat panggilan.
"Hallo ... Novia, sayang. Kau dimana? Ibu sudah berada di depan rumah. Mama ketuk pintu rumahmu berkali kali tapi tak kunjung terbuka juga. Pintunya terkunci dari dalam." Dari sebrang sana Ibu Novia bertanya.
Degh.
Kevin terpaku di tempatnya, dengan gawai yang masih di telinganya.
"Ibu berkunjung, dengan makanan kesukaanmu Novia, tapi Ayah tak ikut karna ada pekerjaan." ujar Ibu Tikah kembali.
Kevin berpikir bagaimana jika ibu mertuanya mengetahui rumahnya yang berantakan usai pertengkaran mereka. Semoga saja Novia tengah menbereskan kekacauan yang ia perbuat, karna Ibu Tikah mengatakan Novia tak membuka pintunya.
"Novia."
"Iya, iya Bu. Ini Kevin Bu, ketuk saja pintu rumahnya, Novia ada di rumah Ko." ujar Kevin gugup.
"Nak Kevin, Ibu sudah berkali kali mengetuk dan memanggil Novia tapi tak ada sahutan dari dalam. Ibu pikir Novia tak ada dirumah."
"Novia ada di rumah ko. Barusan Kevin abis dari rumah ini baru berangkat lagi ke kantor."
"Tidak ada Vin. Novia tak ada di rumah."
"Apa mobil Novia ada Bu?"
"Ibu tak tau."
Tapi mana mungkin Novia menyetir dalam ke adaan kaki dan tangannya yang terluka.
Ibu Tikah mengintip celah jendela anaknya di samping pintu karna penasaran, jika putrinya ada di rumah mana mungkin putrinya tak membuka pintu.
Matanya memincing saat rumah itu berantakan, takitnya sesuatu hal buruk terjadi. Novia adalah wanita pecinta kerapihan, tak mungkin Novia membiarkan rumah mereka berantakan.
"Vin, rumah kalian berantakan! Pulanglah Vin Ibu takut terjadi sesuatu kepada Novia." Naluri seorang ibunya bereaksi.
Kevin ingin mengatakan jika rumahnya berantakan karna ulahnya, namun ia juga takut sesuatu terjadi kepada Novia, karna hingga beberapa waktu Novia belum membereskan kekacauan yang ia buat. Tapi mungkin saja Novia kelelahan.
"Baik Bu!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Usermaatre
Kevin otw menjemput penyesalannya
2023-08-14
2
Densi dama Yanti
lanjut thor
2023-08-14
1
ani surani
nah loh, pdhl tadi Novia akan bunuh diri ...
2023-08-13
1