Hamba sahaya

"Noviaaaa!!!"

Pekikan Kevin terdengar nyaring memekan telinga. Di suatu pagi yang cerah Kevin justru di buat berkabut oleh Novia. Apapun tingkah wanita itu selalu membuatnya naik pitam.

Padahal alasannya sangat sepele, hanya karna Novia membuatkannya teh hijau panas, padahal Kevin meminta teh hangat, jika seandainya Kevin tidak sedang membenci Novia bisa saja dirinya membiarkan teh itu beberapa waktu supaya dingin dengan sendirinya, namun di karnakan Kevin masih memendam amarah terhadap wanita itu, maka sekecil apapun kesalahan Novia selalu Kevin besar besarkan.

"Novia ... Noviaaa ..."

Kevin kembali memanggil Novia dengan suara menggelegar. Membuat Novia yang berada di kamar mandi sebelumnya, berlari menghampiri Kevin dengan tergopoh. Terdapat keringat di kening Novia, juga basah di area mulutnya. Novia baru saja selesai memuntahkan isi perutnya., sepertinya Novia mengalami morning sicknes atau muntah mual di pagi hari yang kerap kali di alami oleh wanita yang hamil muda.

"Ada apa Vin?" Tanya Novia pelan. Ia lemas setelah Kevin menyuruhnya melakukan banyak hal, mulai dari menyemir sepatunya, menyisir rambut pria itu juga mencukur bulu bulu halus yang terdapat di wajah Kevin. Sungguh Kevin benar benar mengerjainya, di tambah lagi Novia habis muntah maka ia semakin di buat tak bertenaga.

"Dari mana saja kau?" Sentak Kevin berang. "Aku memanggilmu berkali kali sampai tenggorokanku serak. Apa kau tuli?" Kevin menatap Novia dengan aura kemarahan.

"Ma-maafkan aku! Perutku tadi mual. Mungkin karna kehamilanku." Novia berkata demikian dengan pelan dan intonasi suara yang rendah, berharap jika Kevin akan memiliki belas kasihan terhadapnya, sehingga Kevin tidak memarahinya lagi.

Di luar dugaan Kevin justru semakin murka dan memaki calon bayi Novia.

"Katakan pada bayimu jangan terlalu manja!" Kevin menunjuk perut rata istrinya. "Dia hanya anak haram yang tidak di inginkan di keluarga ini! Hadirnya karna kesalahan ibunya. Karna kehadirannya di rahimmu, aku harus menunda keinginanku untuk menjadi seorang ayah di waktu dekat." Berang Kevin terhadap Novia yang hanya bisa menunduk dan mengangguk kecil.

"Kau dengar!" Sentak Kevin kembali.

"Ya aku mendengarnya." ujar Novia seraya memejamkan mata. Sumpah demi apapun Novia terus di lukai oleh lidah suaminya sendiri. Setiap hari.

"Katakan sekarang pada bayimu!" Titah Kevin mutlak.

Dari pada membuat Kevin marah kembali Novia menuruti keinginan Kevin, dari pada dirinya kembali di caci maki.

"Kau dengar? Papa menyuruhmu supaya tidak manja." Novia melirih pelan dengan mengusap perut ratanya.

"Jangan mengajari anak haram itu hal yang tidak benar! Karna hadirnya saja adalah sesuatu yang salah. Aku bukan ayahnya! Jika ada yang boleh memanggilku Papa hanya anak yang berasal dari benihku sendiri. Bukan benih haram yang kau bawa tanpa tau jelas siapa pemiliknya."

Entahlah apa mau Kevin. Yang jelas Kevin ingin menunjukan jika ia bukan pria yang lemah, berawal dari penghianatan istrinya.

"Biar ku ulangi." Sergah Novia. " Anak baik. Kau dengarkan apa yang majikan Mama katakan. Jadi Mama tak perlu mengatakan apapun. Semuanya sudah di wakilkan oleh Tuan di rumah ini." Sarkas Novia dengan suara lembut, tapi tujuannya memberitahu janin yang ia kandung.

Kevin merasa tertohok akan kalimat Novia. Ia tak bisa menyaut lagi, wajahnya bahkan perpaling ke sembarang arah. Sungguh ia sudah berlaku terlampau pedas terhadap Novia. Tapi di mata Novia tak ada sedikitpun air mata. Sepertinya Novia mulai terbiasa aats perlakuan Kevin terhadapnya.

Saking ingin melihat Novia tersiksa dan merasakan penderitaannya, Kevin sampai memecat dua pekerja di rumahnya hanya agar Novia merasa kelelahan saat mengerjakan seluruh pekerjaan rumah. Kadang di hati jahatnya Kevin berharap Novia kelelahan dan keguguran. Terdengar sangat jahat memang dari sisi iblis pria itu.

Tapi jika di lihat dari sudut Kevin ini semua tak ada apa apanya, di bandingkan dengan semua pengorbanan dan kesetiaan yang di lakukan Kevin untuk Novia.

"Apa kau sudah selesai memakiku? Apa aku boleh pergi?" tanya Novia hati hati. Ia tak tahan ia butuh air untuk mencuci wajah agar dapat menyamarkan air mata yang sekuat mungkin ia tahan ke hadirannya.

Wanita mana yang tak sakit hati jika suaminya memperlakukannya dengan kejam juga dengan kalimat kalimat yang layaknya belati yang menikam Novia tepat di ulu hatinya. Meskipun awal kesalahan berada pada dirinya.

"Aku kuat. Aku kuat." ujar Novia dalam hati, tak henti hentinya ia memberi semangat pada dirinya sendiri.

"Tehnya terlalu panas. Apa kau ingin membunuhku! Kemudian kau akan merajut asa dengan ayah dari anak haram itu?" Tuduh Kevin tak main main.

Tak masuk akal memang. Hanya karna teh buatan Novia terlalu panas Kevin menuduh Novia ingin mwlenyapkannya. Tapi begitulah kenyataannya, kenyataan dari pria yang tersakiti menurut versinya.

"Biar ku buatkan yang baru." Novia selalu mengalah, tak ingin lagi berdebat dengan suami dakzalnya.

"Kelamaan. Tiupkan aku tehnya sampai benar benar dingin." Kevin memberikan secangkir teh di hadapan Novia. Tetlihat dari cangkir itu asap pekat masih mengepul di dalamnya.

Tak ingin semakin mengundang amar suaminya, Novia menuruti keinginan pria itu, ia meniupi cangkir teh suaminya.

"Hup ... Hup ..."

Terus menerus meniupnya, tanpa memperdulikan tatapan Kevin yang menatapnya di balik cangkir.

"Kau juga melakukan setiap perintah majikanmu di Dubai sana?" Kevin bertanya. Sedangkan Novia masih berfokus akan teh itu, tanpa menjawab pertanyaan Kevin.

"Jawab!"

Novia terkejut saat kevin membentaknya karna hal sepele. Saking terkejutnya sedikit cairan teh itu tumpah membasahi lantai.

"Aku akan membersihkan lantainya setelah ini."

"Ya. Aku bekerja pada bosku." lanjut Novia.

Novia melanjutkan meniup cairan dalam cangkir itu.

"Termasuk memuaskan nafsu bosmu?"

"Bosku seorang wanita. Kau tau itu?" Sanggah Novia.

Kevin tau jika bos Novia seorang wanita, karna Novia tidak menyembunyikan apapun kepada Kevin sebelum insidene malam itu, Novia selalu mengatakan apapun terhadap suaminya. Termasuk tak dapat mengakhiri kontrak kerja sebelum waktunya habis. Bahkan Kevin sempat berbicara beberapa kali dengan bos dari Novia. Dan di karnakan denda yang sangat besar sebagai finalti jika Novia pulang ke nejaranya, akhirnya Novia memilih menyelesaikan kontraknya sebelum kembali, namun hal itu juga di salah artikan olwh Kevin sebagai hal lain. Ini terjadi karna kebungkaman Novia tentang benih pria lain.

"Lalu dari mana kau mendapatkan benih haram itu?" Satu senyuman sinis tergelincir di sudut bibir Kevin.

Meskipun apa yang Kevin katakan benar mengenai bayinya, tapi hatinya tetap memberontak saat bayinya di katakan anak haram.

"Tehnya sudah dingin." Novia meletakan teh itu di atas meja, kemudian dirinya segera berlalu.

"Novia aku belum selesai berbicara." Kevin memanggil. Namun Novia tak menengok sama sekali, ia tetap berjalan menuju dapur, dengan pandangan yang mulai buram dan di samarkan oleh air mata yang tak kuat ia tahan lebih lama.

"Novia!"

"Aku lapar Tuan. Setidaknya ijinkan hamba sahayamu untuk makan lebih dulu." Novia sudah menganggap jika dirinya adalah seorang budak dari suaminya sendiri.

Novia segera memasuki toilet dan segera mencuci wajahnya. Ia tatap pantulan wajahnya di depan cermin.

"Bersabarlah Novia! Hingga delapan bulan kedepan. Berikan Kevin kesempatan untuk membalaskan rasa sakitnya." Hibur Novia untuk dirinya sendiri. Akan sangat tak adil jika Kevin tak membalas dendam.

Terpopuler

Comments

Nurul Boed

Nurul Boed

mewek trus baca ini 🥹🥹

2023-09-03

1

Ayas Waty

Ayas Waty

terlalu kamu Kevin...hadecchh sama sama terluka

2023-08-06

1

Usermaatre

Usermaatre

sumpah thor bikin nyesek banget.. tapi makin penasaran kelanjutannya..

2023-08-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!