Bertemu Rara

Sreek ... Sreek ...

Kevin mengobek foto serta kertas tersebut dan membuangnya ke tempat sampah yang ada di kamarnya.

Kevin bahkan mengutuk kecerobohannya yang tak ingat mengenai foto Rara di masa lalu yang ia simpan lemari pakaian miliknya, di tumpukan yang paling bawah. Padahal di sana sudah tak ada barang maupun baju lamanya, karna sudah di buang ibunya saat dirinya di usir karna menghamili Novia di masa lalu.

Tapi bagaimana bisa? Surat serta Foto-foto itu masih berada di sana?

Kevin melirik Novia yang meringkuk di ranjangnya dengan selimut berwarna abu abu muda yang Novia ambil sebelumnya, selimut itu terlihat menggulung membungkus tubuh istrinya.

"Ya Tuhan." desah Kevin prustasi, ia heran mengapa dirinya begitu bebal, dan begitu keras kepala?

Padahal jika ia masih sangat mencintai Novia dirinya bisa saja memaafkan dan menerima Novia serta kandungannya serta menganggap bayi itu sebagai anaknya.

Tapi bagaimana Kevin menjelaskannya pada dirinya sendiri? Sebagai manusia biasa tentulah Kevin memiliki sisi lain, yaitu sisi ego yang tidak dapat Kevin jelaskan secara rinci mengenai rasa itu.

"Hah."

Kevin mendongak menatap langit langit dengan tangan yang ia letakan di antara kedua pinggangnya.

"Rumah tanggaku sangat rumit. Aku juga meragukan kesetiaannya."

Kevin mendekat ke arah Novia meringkuk, secara tiba-tiba hasratnya meninggi.

Kevin membalik tubuh Novia yang sebelumnya membelakangi sisi kosong di sampingnya, menjadi terlentang.

"Persetan mengenai istri haram di sentuh, nyatanya Novia masih istriku." Ke egoisan Kevin muncul begitu saja menguasai hasrat yang tengah meninggi di ubun ubunnya.

Kevin membenamkan ciuman juga menyentuh titik titik kesukaannya. Yang ada di pikirannya adalah tentang bagai mana menyalurkan hasratnya yang sudah beberapa minggu tertahan, karna sejak kedatangan Novia 7 minggu lalu, Kevin baru mendatangi istrinya saat di malam tragedi pendarahan itu terjadi.

Novia yang sebelumnya tengah berkelana mengarungi mimpi, tiba tiba tidur nyenyaknya merasa terusik akan sentuhan demi sentuhan yang membuatnya terbuai. Bukan Novia menjadi wanita murahan, hanya saja sebagai seorang wanita normal tentu saja Novia menikmati sentuhan itu, apa lagi di tambah dengan hormon kehamilannya.

Saat Novia sudah mulai sadar sepenuhnya, ia segera mendorong bahu Kevin untuk menjauh dari tubuhnya.

"Apa yang kau lakukan Vin?"

"Kau yakin bertanya seperti itu pada suamimu sendiri?" Kevin menatap leher Novia yang sudah di hiasi beberapa bercak merah keunguan hasil dari karyanya.

Kevin meraih kedua tangan Novia dan menempatkan kedua tangan lentik itu di antara kepala Novia.

"Sadar Vin. Aku adalah istri yang haram di sentuh! Kau berdosa jika mendatangiku." Bukan Novia menolak keinginan suaminya, hanya saja Novia memperingati Kevin, barang kali suaminya lupa jika dirinya tengah mengandung benih pria lain.

Yang Novia takutkan adalah jika seandainya Kevin sudah sadar dari perbiatannya, pria itu akan memaki dan kembali menghinanya.

"Aku tengah hamil anak pria lain." Tegas Novia.

"Aku tak perduli!"

"Akan kutanggung semua dosa dosaku! Aku juga akan semakin berdosa jika malah mencari wanita lain di saat aku ingin menuntaskan hasratku. Akan lebih baik kau yang menjadi penyebabku berdosa." Kevin terus memaksakan kehendaknya meskipun Novia mencoba menolak.

"Jangan menolakku, atau kau akan sama berdosanya dengan diriku. Mau seperti apapun kau menyangkal kau tetap istriku, jangan gunakan bayi haram itu sebagai alasan." Novia sudah mulai terbiasa atas ucapan pedas suaminya.

Kevin melucuti pakaian Novia juga pakaiannya sendiri, mulai mendaki ke pusat nirwana, tak ada satupun celah yang terlewat olehnya, semua Kevin sentuh dengan keinginannya juga hasrat liarnya. Biarlah Tuhan mengutuknya karna hal ini, tapi meski ada benih lain yang tumbuh nyatanyanya dirinya tak mau di salahkan karna Novia memang istrinya.

Sekitar setengah jam Kevin menuntaskan hasratnya kepada istrinya sendiri, meskipun di akhir permainan ia membuah seluruh benihnya di atas permukaan perut Novia, kemudian dirinya merebahkan tubuhnya di samping Novia, membiarkan cairan itu menggenang di antara perut istrinya yang masih terlihat rata hingga cairan putih itu memenuhi pusar sang istri.

Nafas keduanya terdengar saring bersahutan, setelah berlomba menuju syurga. Tangan Novia terulur mengambil beberapa helai tissue di atas nakas dan membersihkan jejak percintaan mereka sendiri.

Tak ada ucapan terimakasih ataupun ungkapan sederhana lainnya sebagai bentuk penghargaan jika dirinya baru saja mengantarkan sang suami kepada kenikmatan dunia. Meski Novia tau dirinya bersalah tapi entahlah ia masih berharap jika Kevin akan berbaik hati menanyai perasaannya, namun itu hanya inginnya saja faktanya Kevin tak mengucapkan hal baik apapun padanya.

Keduanya cukup lama dalam keheningan, yang mereka lakukan hanya menatap langit langit kamar.

"Sialan! Karna bayi haram itu aku menderita! Selama kau hamil aku harus terus membuang semua benihku di luar, tidak tau diri sekali pria itu! Aku yang suaminya malah benihnya yang kau tumbuhkan!" Maki Kevin seraya mengenakan pakaiannya.

"Itu di luar kuasaku Vin. Maafkan aku!" Lirih Novia sambil terus menatap langit langit kamar, ia tak berani untuk sekedar menatap suaminya.

"Ingin rasanya aku meledakan perutmu Novia! Melenyapkan janin itu hingga benar benar mati!" ucap Kevin sembari berlalu ke bilik mandi untuk membersihkan diri.

"Tidakkah kau memandanggu sebagai wanita yang kau cintai Vin? Tidak bisakah kau bungkam? dan tidak terus menerus menyakitiku dengan perkataanmu yang setajam belati. Seandainya bisa, aku juga ingin bayi ini lenyap." Novia kini terisak, ia berkali kali menyebut nama Tuhannya untuk memohon ampun, karna merasa menjadi ibu yang buruk yang menginginksn hal buruk terjadi pada bayi dalam kandungannya.

"Maafkan Ibu! Maafkan ibu Sayang. Ibu tarik kalimat ibu yang berharap buruk tentangmu, Ibu menyayangimu meskipun kau bukan benih dari pria yang Ibu cintai." Novia berulang ulang mengelus perutnya sendiri.

Novia merasa sendirian sekarang, tak ada satupun orang yang bisa Novia jadikan tempat untuk berbagi. Ia tak memiliki teman akrab yang bisa untuk ia jadikan keluh kesah setiap harinya. Sungguh Novia benar benar tertekan dengan berbagai hal yang kini tengah menghimpitnya dengan berbagai masalah.

Ekonomi keduanya memang sudah berada di puncak kejayaan, namun hubungan mereka tengah di guncang dengan kehadiran benih di rahimnya.

Kevin dan Novia menginap di rumah Ibu Maryati selama semalam, karna Kevin yang buru buru mengajaknya pulang entah karna alasan apa.

Di perjalanan pulang Kevin mengatakan akan mampir ke kantornya sebentar karna ada tamu, Novia meminta kepada suaminya untuk ikut mampir di kantor milik mereka. Namun yang membuat Novia terkejut adalah tentang kehadiran seorang yang bernama Rara ada di kantor milik suaminya, dan Kevin tidak pernah mengatakan ini sebelumnya.

Novia benar benar merasa di bodohi dan ia segera mendekat ke arah wanita yang bernama Rara itu, yang kini tengah mengerjakan sesuatu di laptopnya. Novia tentu saja merasa terusik saat ada seorang wanita yang potretnya ia ketahui di simpan suaminya, dan ternyata wanita itu berada di kantor suami entah sebagai apa. Katakan wanita mana yang tidak cemburu serta curiga? saat kepingan masa lalu suaminya ada di masa kini dengan hubungan yang entah.

Kevin sendiri tengah berada di ruangannya bersama Ari asistennya serta seorang tamu, sedangkan Novia tak sengaja bertemu wanita bernama Rara saat tengah berkeliling di kantor berjumlah enam lantai itu.

"Apa yang kau lakukan di kantor suamiku?" Novia langsung menodong Rara dengan pertanyaan padahal ia tengah berdiskusi dengan rekannya, mengenai masalah pekerjaan.

"Suamimu?"

Rara terlihat heran juga bertanya tanya akan pertanyaan wanita yang baru pertama kali ia lihat, tapi seperti tidak asing untuknya seperti pernah melihat wanita itu tapi di mana?

Rara terlupa jika dirinya pernah melihat foto wanita cantik itu di ruangan Kevin bosnya, yang tak lain pria yang pernah ia tolak cintanya berkali kali.

Janda beranak satu itu bahkan tak tau jika Novia datang bersama atasannya.

"Ya, ini kantor suamiku apa yang kau lakukan di sini? Jangan macam macam dengan suamiku!" Novia terlihat berang, pasalnya tingkah serta raut wanita bernama Rara terlihat menjengkelkan di matanya.

"Suamimu yang mana yang kau maksud? Soalnya banyak suami orang yang bertekuk lutut di hadapanku." Rara dengan sengaja berujar demikian di hadapan beberapa orang, entah apa maksudnya.

"Lancang sekali kau berujar seperti itu di depan sesama wanita!" Novia menggeram marah.

"Jika suamimu menyukaiku, bercerminlah terlebih dahulu! Aku rasa kasta kita berbeda."

Novia tak banyak omong, ia melihat secangkir kopi di salah satu meja karyawan, yang mana cangkir itu menyisakan setengah cairan pekat di dalamnya.

Byur ...

Novia menyiramkan cairan itu di wajah Rara. "Kau yang harus bercermin! Dasar wanita kotor!"

"Noviaaa!"

Terpopuler

Comments

Usermaatre

Usermaatre

Nyeseeeekk banget sih di posisi Novia 😭😭.. itu juga Rara gak tau apa siapa yg punya tempat di kerja..

2023-08-14

1

Ayas Waty

Ayas Waty

waduhhhh masalah gk ya ini

2023-08-13

1

Windarti

Windarti

makin rumit aja vin hubunganmu ama novia.mungkinkah novia mingat ketemu ama laki laki itu

2023-08-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!