Pertengkaran hebat

"Noviaaa ..."

Teriakan itu memekan telinga, Kevin kembali dengan asistennya juga bersama seorang tamunya.

"Kau mengacau di kantorku?" ucap Kevin pelan, dengan semua tekanan di setiap pertanyaannya.

"Panas, panas." Rara mengaduh serta menghosok tubuh serta wajahnya yang terkena kopi yang di siramkan Novia padanya.

Panas? Bagaimana bisa kopi tinggal separuh itu menyebabkan tubuh Rara kepanasan, padahal pemilik kopi itu sudah meminum separuh kopi tersebut hingga tersisa setengah, tak mungkin kan pemilik kopi itu memiliki kekuatan extra yang dapat meminum kopi dengan air nendidih, kecuali jika orang itu adalah Mr, Limbad.

"Ayo pulang!"

Kevin melihat para pekerjanya sudah berkerumun di sana, mungkin karna teriakannya tadi.

"Kevin. Jelaskan dulu mengapa wanita ini ada di kantormu?" Novia menepis cekalan tangan suaminya.

Novia memang meninggikan suaranya karna emosi terhadap wanita bernama Rara, sedangkan Kevin marah lantaran Novia sudah mengacau di kantornya, juga berani meninggikan suaranya di hadapan orang banyak. Kevin merasa di rendahkan di hadapan para karyawannya atas ulah Novia.

Kevin yang tersinggung semakin kuat mencekal dan menarik pergelangan tangan Novia, seakan tangan kokoh itu hendak mematahkan serta meleburkan tangan Novia yang rapuh.

Langkah Kevin terayun lebar, bahkan Novia tergopoh gopoh mengimbangi langkah suaminya, beberapa kali Novia tersandung dan hendak terjatuh, bahkan satu sepatu hilsnya terlepas entah di mana, Novia terpincang pincang karna Kevin tak mendengarkan suaranya.

"Lepas Vin sakit!"

Berkali kali Novia berujar, tapi Kevin tak memperdulikannya, beberapa pasang mata bahkan menatap ke arah pasangan itu dengan tatapan yang tak tertebak.

Sumpah demi apapun tangan dan kaki Novia terasa sakit, dan Kevin tak memperdulikannya, bahkan kaki Novia tersandung anak tangga, hingga kuku ibu jarinya nyaris lepas, tentu saja itu menyakitkan dan mengeluarkan banyak darah.

"Hiks .. Sakit Vin."

Kevin tetap melangkahkan kakinya menuju parkiran mobilnya dan tak memperdulikan rintihan wanita yang ia geret secara paksa.

Novia merasa jika pergelangan tangan kanannya juga cidera. Sungguh Kevin tidak hanya menyakiti hatinya saja, pria itu juga menyakiti fisiknya.

"Dasar tidak tau diri! Kau berniat mempermalukan aku di hadapan pegawai juga relasiku?" Kevin bahkan memasukan Novia ke dalam mobilnya dengan sangat kasar, beruntung ia tak sampai terjatuh.

"Hiks, sakit." Novia menatap kuku ibu jari kakinya yang mencuat dengan darah yang mengalir.

Tangannya juga terasa sakit, dan sulit untuk ia gerakan. Ia kemudian melepas sepatu satunya di dalam mobil.

Saat Kevin mengitari mobilnya untuk masuk ke kursi kemudi, Novia membuka pintu dan segera keluar juga berlari, dengan kaki terpincang pincang.

Hal itu di luar dugaan Kevin dan membuat pria itu semakin marah.

"Novia!" panggilnya, namun Novia tetap melangkah menjauh meninggalkan Kevin yang bertindak di luar batas menurutnya.

Saat Novia tak kunjung menghentikan langkahnya, Kevin kemudian turut berlari mengejar Novia.

Kaki yang terluka tak dapat berlari dengan capat dan jarak jauh, sehingga dengan mudah Kevin berhasil menangkap kembali Novia.

"Lepasjan aku! Lepas!" Novia terus memberontak.

"Diam!" Bentak Kevin kembali.

"Aku tak mau denganmu! Aku mau pulang ke rumah ayahku!" Novia terus berusaha mencoba melepaskan diri.

"Aku akan mengakui semua kesalahanku kepada orang tuaku, aku yakin mereka bisa menerima dan memaafkan aku. Aku tak mau denganmu, aku tak mau denganmu." Novia terus menerus memberontak saat Kevin membawanya kedalam mobil.

"Aku ingin pulang."

Novia menangis di perjalanannya pulang ke rumah, Kevin tak mengatakan apapun lagi, jiwanya terlalu sibuk tengah memadamkan amarah pada dirinya.

"Hiks, sakit." Novia mengelus tangan kanannya yang mulai membiru dan membengkak, mungkin saja tulangnya retak.

Dan yang paling sakit adalah kuku ibu jari kakinya yang sedikit lagi lepas dari tempatnya, kaki indah itu kini berlumur darah hingga ke sela sela jemarinya. Sungguh meski sudah pernah mengalami kerasnya hidup di negri orang, ini adalah hal tersakit sepanjang hidupnya, terlebih yang melakukan semua ini adalah pria yang sangat ia cintai.

"Hiks, sakit." sepanjang perjalanan pulang Novia terus menangis, sedangkan Kevin terus mematung di tempatnya mengemudi.

Sesampainya di rumah, Kevin melanjutkan marahnya, menurutnya ia sudah cukup sabar dengan tidak memarahi Novia di depan umum.

"Di mana otakmu Novia!" Bentaknya sesaat ia tiba di rumah mereka, sedangkan Novia masih merintih kesakitan menatap kakinya yang terluka dan terus mengeluarkan darah, bahkan darahnya mengotori lantai rumahnya.

"Tidak bisakah kau diam! Aku kesakitan Vin." Novia beranikan menatap wajah suaminya dengan keadaan mendongak.

"Kau sakit karna ulahmu sendiri. Kau hamil juga karna kelakuanmu sendiri, lantas mengapa kau menyalahkan aku atas penderitaanmu!" Kevin malah semakin leluasa meninggikan suaranya di hadapan Novia.

"Oke Fine. Aku sakit, aku terluka karna ulahku sendiri. Dan aku ingin mengahkiri semuanya. Aku rasa selama enam minggu ini aku sudah cukup sabar menghadapi tingkahmu yang di luar batas Kevin. Jika kau keberatan denganku, kenapa tidak kau ceraikan saja aku." tantang Novia.

"Cih. Menceraikanmu hanya akan membebaskan penderitaanmu! Aku tak akan membebaskanmu hingga kau mati sekalipun, dan anak haram itu akan selalu ku absen setiap segala sesuatu yang kau lakukan." Kevin menunjuk perut Novia.

"Bunuh saja aku Vin!"

"Apa yang sudah kau lakukan kepada Rara? Kau nenyeduhnya dengan secangkir kopi panas? Kau bisa saja di penjara akan tingkahmu yang psyco itu."

"Aku tidak takut. Justru kau lebih mengerikan di banding penjara." Novia terlihat menantang, ia tak perduli sekalipun Kevin mau membunuhnya hari ini.

"Jika kau tak mengetahui apapun lebih baik bungkam mulutmu itu!"

"Katakan apa yang kau lakukan terhadapnya?"

"Aku menyiramnya dengan kopi sisa karna mulutnya yang lancang." aku Novia jujur tapi sepeetinya Kevin tak mempercayainya

"Katan dengan benar apa yang kau lakukan padanya?" bentak Kevin kembali.

"Aku menjelaskan apa yang terjadi sampai mulutku berbuih atau bahkan buihku menjadi permadanipun kau tak akan mempercayai aku. Mata hatimu sudah terlanjur buta tuli atas kebencianmu terhadapku." Novia meraih kotak p3k dan mengobati luka lukanya srndiri, jika bukan dirinya yang perduli dan mencintainya lantas siapa yang akan perduli terhadapnya.

Kevin melirik sekilas ke arah Novia yang tengah menyiramkan alkohol ke ibu jarinya, ibu jari tangan serta telunjuknya mengapit kuku yang nyaris lepas itu kemudian mencopotnya, Kevin merasa ngilu di buatnya, dan luka itu ada karna dirinya. Tapi itu tak seberapa di banding luka hatinya yang di khianati Novia, selalu itu yang Kevin tekankan pada dirinya.

"Aku sungguh ingin mengakhiri semuanya Kevin. Aku bukan manekin yang bisa kau perlakukan sesukamu, kau bentak, kau caci maki, kau hina, kau sakiti aku bertubi tubi dengan berbagai cara. Aku tau aku bersalah, tapi kau seakan menjadi Tuhan yang menghakimi diriku semaumu." Novia benar benar merasa lelah dengan hidupnya saat ini, fisik serta mentalnya sekarang tengah sekarat dan berdarah darah.

"Kau tak akan ku lepaskan Novia, tidak sampai kau merasakan sakit yang sama sepertiku." Kevin menatap istrinya yang tengah membalut luka di kakinya, tak sedikitpun tubuhnya tergerak untuk membantu Novia.

"Kau dendam padaku?"

"Ya."

"Lalu kau ingin menghamili wanita bernama Rara itu?"

Kevin bungkam, bisa bisanya Novia menuduhnya seperti itu. Tak pernah terbesit di hati Kevin untuk menghamili wanita manapun selain istrinya.

"Bungkammu ku anggap iya." Novia menyimpulkan sendiri.

"Aku cape Vin. Aku sudah mengatakan apapun yang ku lalui, tapi sedikitpun tak membuatmu goyah. Maka lakukan apapun maumu, semoga kau tak menyesal." Novia sudah selesai mengobati luka serta memar di tangannya, ia akan ke kamar untuk menenangkan diri.

"Menyesal? Kau yang akan menyesal Novia!"

Kevin mudah tersinggung dan mereka kembali bertengkar hebat. Hingga Kevin menghancurkan beberapa barang untuk meluapkan emosinya.

Novia hanya menatap nanar Kevin yang tengah mengamuk dan memecahkan beberapa hiasan di rumahnya.

"Ya Vin, hancurkan semuanya. Kau yang membeli semuanya kau memiliki hak untuk menghancurkan apapun." desis Novia, dapat ia lihat perban di tangan Kevin yang kemarin terluka.

Tok ...

Tok ...

Pintu rumah mereka di ketuk dari luar, entah siapa yang datang dan menghentikan pertengkaran hebat mereka.

Terpopuler

Comments

Usermaatre

Usermaatre

Benar kata Novia Kevin seolah sdh seperti Tuhan yang menghakimi Novia kek begitu.. Jangan sampai kamu menyesal krn dendam kebencian yg membutakan segalanya.

2023-08-14

1

Yulianto Kuamang

Yulianto Kuamang

ayok nov Beri pelajaran Kevin... kalau Kevin cinta sama kamu pasti dia cari kamu dan mau terima anak kamu

2023-08-13

1

ani surani

ani surani

good Nov, minta cerai sj, dr pd hidup bersama Kevin tp menderita trs 😢😢

2023-08-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!