Orang yang patut di salahkan

Sesuai apa yang Kevin katakan sepulang dirinya dari kantor, Kevin mengantarkan Novia untuk pergi berbelanja.

"Vin aku mau makan di restoran cepat saji. Apa boleh?" Novia bertanya saat Mobil yang mereka tumpangi memasuki kawasan parkiran sebuah pusat perbelanjaan.

"Hm. Kau boleh membeli apapun uangku juga uangmu." Meski terkesan acuh saat Kevin mengatakan itu, tapi Novia mampu menangkap ketulusan di setiap ucapan suaminya.

"Kau tau? Saat majikanku membawaku untuk makan di tempat enak, maupun restoran cepat saji aku selalu mengingatmu. rasa masakan di negri orang tak seenak yang ku pikirkan, rasanya hambar, lebih enak kepala chiken yang kerap kali kau belikan saat pulang dari pasar. Hingga kinipun makanan itu menjadi favoriteku." Sudut mata Novia mengeluarkan air, saat mmengingat semua tentang kepedihan hidup mereka.

Kevin yang kerap kali membawa kepala ayam yang sudah di chiken untuk lauk Novia makan. Karna jika Kevin membeli chiken bagian dada atau paha ayam maka uangnya tak akan cukup untuk kebutuhannya yang lain.

Mata pria di sebelah Novia pun kini sudah mengembun, bagai mana kerasnya hidup di masa lalu mengharuskan Novia berada dalam serba kekurangan.

"Aku juga masih mengingat saat kita berhenti di tenda rumah makan pinggir jalan yang menyediakan pecel ayam. Dan kita hanya membeli tahu tempenya saja." Novia menunduk air mata wanita hamil itu berjatuhan membasahi pangkuannya sendiri, punggungnya sampai terguncang pelan.

Kevin juga tak kuasa menahan laju air matanya, alih alih mendekap Novia pria itu justru berpaling ke arah luar jendela. Punggung tangannya dengan cekatan mengusap bulir bulir bening yang selalu datang saat mengingat kebersamaan mereka di masa lalu.

"Cepat turun! Kita akan makan di tempat yang kau inginkan. Nanti setelah berbelanja."

Novia segera mengseka air matanya menggunakan tissue yang ada di dasboard mobilnya.

Kevin membeli banyak bahan makanan juga cemilan. Buah dan sayur juga ia pilihkan untuk ia beli.

"Ambil saja setiap hal yang ingin kau beli, tidak usah meminta ijinku. Asal kau ingin dan ada kegunaan maka belilah." Ujar Kevin seraya memasukan beberapa bungkus sosis dan nugeth kesukaan Novia.

"Vin, ini adalah mimpiku sejak lama. Berbelanja tanpa melihat dan memikirkan harga. Terimakasih, kau belum membuangku hingga hari ini." Novia berlalu tanpa lebih dulu menanggapi ucapan Kevin selanjitnya.

"Siapa juga yang akan membuangmu,? kau sendiri yang terlihat mencapakkan aku." Gerutu pria berumur 29 tahun itu.

Novia berjalan menuju rak susu yang yang tersedia di supermarket itu.

Kevin yang mengekori langkah Novia dari belakang segera mengambil merk susu yang menurut sepengetahuaannya adalah yang paling baik, harganya juga paling mahal di antara yang lain.

"Ambil yang ini. Merk ini menjadi rekomendasi para dokter di indonesia." Kevin meletakan beberapa kotak susu di troli miliknya.

Hatinya berdenyut ngilu saat, di masa lalu ia tak pernah bisa membelikan calon anaknya susu, hingga ia bertekad saat Novia hamil kembali ia akan memberikan susu hamil yang terbaik untuk istrinya, karna ia mengira jika Novia akan hamil anaknya. Namun perkiraannya salah, Novia justru hamil benih pria lain.

Novia tersenyum teduh saat Kevin menunjukan perhatian untuknya.

"Terima kasih kasih karna-"

"Jangan salah sangka! Aku bukan perduli kepada anak haram itu, aku hanya memperdulikan apa kata orang jika mereka tau aku tak perduli kepada kau dan anak haram itu? Orang lain taunya bayi itu milikku." Kevin membuang pandang saat menangkap kilatan air mata di manik Novia.

"Ya aku tau." ucap Novia parau, setelah itu Novia tak mengatakan apapun lagi.

Saat makan malam di salah satu restoran cepat sajipun Novia hanya diam. Dia hanya akan mengeluarkan suaranya saat di tanya saja sisanya dia hanya akan mengatupkan mulutnya.

.

"Vin. Hari ini adalah jadwal pemeriksaan kehamilanku-"

"Jangan memintaku untuk mengantarmu. Bayi itu bukan milikku, aku tak berkewajiban untuk melakukan apapun." Sarkas Kevin semakin ketus, posisinya tengah menyeruput teh hijau yang di buatkan oleh Novia.

"Kau tenang saja. Aku juga Tak akan menuntut macam macam darimu, aku hanya mengatakannya saja. Tak ada maksud apapun, aku juga sudah terbiasa melakukan apapun sendiri. Sekalipun aku melahirkan aku janji tak akan melibatkanmu dalam hal apapun." Novia berlalu dengan hati teriris, Semakin hari tindakan Kevin semakin menyakiti hati Novia. Jika saja Novia tak memikirkan akar masalah ada pada dirinya, mungkin saat ini juga ia sudah angkat kaki dari tempat itu. Tempat mewah yang setiap harinya hanya mampu memberikan penderitaan bathin untuknya.

Pandangan Novia mengabur, maniknya di penuhi air mata yang terkumpul.

Novia membungkuskan bekal untuk Kevin, ia bertingkah seolah tidak terjadi apapun.

"Vin. Ini bekalmu!" Novia memberikan bekal yang ia buat di hadapn pria itu. "Jika kau tak mau kau boleh membuangnya."

"Memuakan." Maki Kevin.

"Semoga harimu menyenangkan." Novia tersrnyum sembari menunduk, sesak rasanya tapi ia tak ingin berlarut larut, akhirnya Novia bersiap untuk kerumah sakit.

Novia memeriksakan kehamilannya sendiri. Dokter menegurnya karna berat badan Novia yang semakin lama bukannya menambah justru semakin berkurang. Tidak Novia pungkiri ia setres juga merasa terbebani dengan apa yang terjadi padanya. Juga sikaf Kevin semakin menambah beban pikiran Novia.

Saat hendak pulang Novia berpaspasan dengan Kevin yang tengah menggendong seorang anak perempuan yang berlumuran darah di sekitar wajah bocah itu, juga dengan di ikuti wanita dewasa di samping suaminya.

"Papa, sakit Pa." Anak itu terus bergunam berkali kali.

"Kevin."

Kevin seketika menengok ke arah Novia yang berjalan di lorong rumah sakit itu sendirian dengan menggengam buku KIA juga sekantung obat.

Kevin tak menanggapi penggilan Novia karna panik, melihat banyaknya darah dari kepala anak perempuan itu. Pria itu segera memanggil dokter dan petugas kesehatan di rumah sakit itu. Bahkan darah anak itu mengotori sebagian besar baju yang Kevin kenakan.

Sedangkan Novia berlalu dari sana tanpa menunggu penjelasan atau apapun dari mulut Kevin.

"Anak itu memanggil Kevin dengan sebutan Papa. Mungkin dia benar anak Kevin dari wanita lain." Novia terus berjalan menuju mobilnya ia menyetir sendiri dengan pikirannya yang semakin bertambah.

Novia ingat jika Kevin terus mewanti wanti dirinya supaya bayi dalam rahimnya tidak memanggil Kevin Papa atau sejenis panggilan lain yang merujuk ke panggilan sebagai ayah. Tapi Kevin membiarkan anak itu memanggilnya ayah.

"Sepertinya aku harus segera mengaku jika, aku tak sengaja tidur dengan seorang pria yang menyerupai dirinya. Aku tak tahan jika dugaanku benar terjadi." Novia menghentikan mobilnya saat merasa kram di perutnya.

"Ya Tuhan apa yang terjadi?"

Novia berhenti tapi belum menepikan mobilnya. Tak lama seseorang mengetuk kaca mobilnya.

Seorang pria dewasa sekitar 30 tahun mengetuk kaca mobilnya. Novia membuka kaca mobilnya tanpa keluar, ia terlihat meringis kesakitan.

"Tindakanmu berhenti di sembarang tempat membahayakan pengendara lain Nona." ujar pria itu.

"Maafkan aku. Aku kram perut, aku tengah hamil." Aku Novia jujur.

"Tunggu sebentar." Pria itu berlari ke arah mobilnya dan kembali menghampiri Novia dengan sebotol air mineral di tangannya.

"Minumlah lebih dulu." Pria otu menyodorkan sebotol air yang sudah di buka tutupnya.

Novia meraih air itu dari genggaman pria asing itu.

Namun tiba-tiba.

Seseorang menarik Pria itu dari belakang dan-

Bugh ...

Bugh ...

"Jadi pria ini ayah dari bayi haram itu?!" tuduh Kevin secara sembarangan, entah dari mana Kevin tiba tiba berada di sana.

Duak ...

Pria itu berhasil menendang perut Kevin hingga mundur beberapa langkah.

"Siapa kau tiba tiba memukulku!?" Pria itu bertanya dengan nada membentak. Ia tak terima saat ada orang yang memukulnya tanpa alasan yang jelas.

"Aku suaminya!"

"Suami macam apa? yang membiarkan istrinya menyetir sendiri dalam keadaan hamil."

"Jangan memutar balikan fakta. Aku membiarkannya sendiri karna anak yang dia kandung adalah anak haram. Kau kan yang menghamili istriku!" tuduh Kevin dengan marah.

Novia semakin terluka. Kevin membuka aibnya di hadapan orang yang tidak ia kenal.

"Jangan memfitnah diriku! Aku bisa saja menuntutmu karna pencemaran nama baik, penganiayayaan juga perbuatan yang tidak menyenangkan. Harusnya Yang patutnya di salahkan atas apapun yang terjadi pada istrimu adalah kau sendiri bukan orang lain. Kau yang berkewajiban menjaganya. Aku tak ingin ikut campur masalah kalian, aku menemukan istrimu yang tengah kram perut dan membertinya minum. Itu saja tidak lebih." Pria itu berlalu menuju mobil miliknya sendiri dan melanjutkan perjalanannya.

Setelah merasa lebih baik Novia melanjutkan mobilnya. Ia mengabaikan Kevin yang terlihat mematung di belakang mobilnya.

"Benarkah aku adalah orang yang patut di salahkan atas apa yang terjadi pada Novia?" Kevin belum menyadari jika Novia telah berlalu.

Terpopuler

Comments

Usermaatre

Usermaatre

Aq tau rasanya diabaikan "Sakiiiiitt".. jadi bingung juga mau gimana gimana nya

2023-08-09

1

Ayas Waty

Ayas Waty

ya ampyuunnnn ikut merasa sakit hati jd Novia tp ya gimana.... semoga semua segera berdamai dengan keadaan

2023-08-08

1

Aan Putra Ranto

Aan Putra Ranto

ayok novia.. semangat..

2023-08-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!