Tak bisa memaksanya

"Vin, bangun Vin."

Samar samar ku dengar suara Novia membangunkanku. Rupanya ini sudah pagi, tumben sekali, aku sampai di bangunin biasanya juga aku bangun sendiri.

Setelah Novia memastikan aku bangun, wanita hamil itu menuju ke kamar mandi untuk memnyiapkanku air hangat. Novia sudah kembali ke mode istriku. Aku semakin curiga atas perlakuan Novia yang berubah sejak perdebatan di rumah sakit kemarin.

"Mandilah aku sudah menyiapkanmu air hangat." tuturnya lembut, Novia sendiri sudah terlihat rapih, aroma tubuhnya bahkan membuatku salah fokus, bukan aku mesum ditempat yang tidak seharusnya, tapi hormon testosteron seorang pria memang sangat peka saat pagi hari.

"Apa rencanamu?" kalimat sarkasme meluncur begitu saja dari mulutku. Terlihat Novia mengerutkan dahinya untuk beberapa saat, kemudian dengan segera Novia terlihat sudah menguasai situasi.

"Aku tak merencanakan apapun. Aku menyadari kesalahanku, dan berniat memperbaikinya. Tapi jika kau sudah tak menginginkan aku, tak masalah aku akan pergi saat kau memintanya. Aku akan memanfaatkan sisa waktuku untuk melakukan hal hal yang mungkin saja bisa kau kenang suatu saat nanti." ucapnya tenang. "Setidaknya istri jahatmu ini pernah berlaku baik terhadapmu meski kesalahanku akan menutupi setiap kebaikan yang ku lakukan." lirih Novia nyaris tak terdengar.

"Apa yang terjadi sebenarnya? Bagai mana bisa benih itu berada di rahimmu Novia? Apa kau di perkosa? Atau kau sengaja mengobral tubuhmu demi sejumlah rupiah?" Novia hanya menatap tajam diriku, tanpa menjawab jedua opsi yang ku ajukan. Mulutnya selalu saja bungkam saat kutanyai asal usul benih yang kini tumbuh di rahimnya.

Novia melenggang pergi dari hadapanku tanpa mengatakan apapun lagi. Sepertinya ia menghindariku.

Namun aku tak akan membiarkan hal itu terjadi, gegas ku tangkap tubuhnya. Dan ku himpit kedinding kamarnya.

"Siapa ayah dari bayimu?" Sekali lagi ku tanyakan hal itu, namun lagi lagi Novia melengos. Membuang pandangannya.

"Vin, jika kau lelah denganku kau boleh pergi, atau biarkan aku yang pergi. Akupun tak ingin menjadi pion yang menghalangi kebahagiaanmu. Pernikahan kita sudah ternoda, sudah ku cacati dengan bayi yang kini tumbuh di rahimku. Akupun tak kuasa merubah takdir yang sudah terjadi."

"Aku bertanya ayah bayimu sialan! Bukan membahas takdhir atau perpisahan. Atau otak sialanmu menjadi bodoh dengan seiring bayi haram itu tumbuh di rahimmu." Ku lihat Novia menunduk dengan air mata yang terus menbanjiri wajahnya.

"Aku ingin membalas setiap pesakitan yang kau hadirkan kepadaku. Aku ingin memberikan luka juga kesengsaraan untukmu Noviaaa!" Bentakku dengan suara meninggi. Aku dapan merasakan tubuh Novia bergetar dalam himpitan tubuhku.

"Lakukanlah." Lirihnya sembari memejamkan mata.

Kutinggalkan Novia yang sudah menangis dengan tanpa rasa bersalah. Ini baru awal penderitaanmu Novia!

.

Tubuh Novia merosot ke atas lantai saat Kevin melepaskan himpitan dari tubuhnya. Kudua kaki Novia melemas layaknya sebuah jelly yang tak kuat menopang tubuhku sendiri.

Kevin selalu mempertanyakan siapa ayah dari benih yang kini tumbuh di rahim istrinya. Noviapun tak tau siapa nama pria itu, ia tak mengetahui siapa namanya. Tapi dia memiliki wajah dan bentuk tubuh yang hampir sama persis dengan suaminya Kevin, inilah yang membawa masalah dalam awal kehancuran keluarga mereka.

Novia tak berani mengakui jika dirinya telah menghabiskan malam dengan seseorang yang nyaris serupa dengan suaminya. Sepertinya Kevin juga tak akan mempercayai apa yang Novia katakan. Jadi Novia lebih memih membungkam mulutnya, dari pada mengkatakan kejadian sebenarnya yangia lalui yakin jika Kevin tak akan mempercayainya.

Novia pun tak ingit betul bagaimana malam itu terjadi. Setengah sadar kala itu, dan melihat kehadiran Kevin tepat di atas tubuhku. Novia pikir itu semuanya hanya mimpi saja, salahkan Novia memang bodoh seperti yang Kevin katakan. Samar samar Novia mengingat justru dirinya menyambut sentuhan pria itu. Sepertinya wanita itu mabuk malam itu padahal Novia tak meminum alkohol sama sekali, entahlah ia juga tak ingat pastinya penyebab mabuknya.

Saat menyadari keadaan di pagi harinya, baru Novia mengerti sosok yang semalam menghabiskan malam denganku bukanlah Kevin suaminya. Meski serupa namun mereka bukan orang yang sama, keduanya berbeda jika di perhatikan secara seksama. Terdapat tahi lalat kecil di ujung hidung pria ini, juga di beberapa bagian tubuhnya terdapat beberapa tato.

Ya Tuhan. Apa yang telah Novia lakukan. Novia menggosok seluruh tubuhnya menggunakan kedua belah tanganku, sebentar lagi wanita itu akan pulang ke tanah air, dan kesetiaan yang ku lakukan selama enam tahun sia sia saja hanya karna satu kesalahan malam ini, menyesal yang Novia rasakan menghadiri pesta karna di paksa majikannku.

Tapi rasanya sampai mulut Novia berbusa mengatakan hal sebenarnya Kevin tak akan mempercayai. Pasti Kevin akan menganggap sebagai pembual, menghabiskan satu malam dengan pria misterius yang mirip suaminya, hal itu justu akan menjadi lelucon.

Aku memang bodoh dan sangat sangat bodoh.

Menyesal tentu saja. Novia merasa sangat berdosa atas apa yang terjadi terhadapnya. Bukan hanya Kevin yang terluka atas kehamilan ini, Novia juga lebih terluka karna menyakiti cintanya sedemikian rupa.

Novia dapat melihat setiap kesakitan di mata suaminya. Rasa sakit yang tak mungkin dapat ku obati dengan beribu untaian maaf yang di ucapkan beribu ribu kali.

Sempat terlintas di hati ini untuk mengakhiri hidup, tapi saat ku bayangkan janin yang tak berdosa di rahimnya harus tiada karna dosaku aku tak sanggup. Sadar janin ini tak pernah di beri pilihan oleh Tuhan ia harus berada di rahim wanita seperti apa. Jika janin ini di beri pilihan Novia yakin bayi ini akan menolakku sebagai ibunya.

Setiap perlakuan Kevin juga menyayat hati ini, namun Novia tau rasa sakit hatinya tidaklah sebanding dengan luka yang ia torehkan padanya.

Novia dapat melihat kehancurannya saat mendengar kabar kehamilanku. Tapi Kevin terlihat lebih terkejut dan terluka saat Novia meminta pisah darinya. Terlihat kemarahan sesungguhnya pada pria itu, aku juga tak mengerti apa inginnya. Namun baru aku mengerti Kevin hendak melukaiku setara atau bahkan lebih dari sakit yang pernah Novia berikan.

Ya Kevin mengatakan jika dia akan membalasku. Membalas apa yang istrinya lakukan, Novia tak kuasa untuk melarangnya karna ia lebih dulu mencacati pernikahan mereka.

Cintalah yang membuat Kevin masih ingin denganku, aku sangat yakin akan hal itu.

Hingga saat ini Novia masih di buat penasaran tentang siapa pria yang memiliki wajah menyerupai Kevin. Benihnya kini tumbuh di rahimku, menciptakan masalah juga akan menjadi penyebab utama kehancuran rumah tangga kami. Tidak, tolong jangan. Meski mulut ini berkali kali meminta cerai darinya atas bentuk penyesalan, tapi perasaanku tak bisa begitu saja melepaskan Kevin yang sudah Novia cintai sejak beberapa tahun lalu.

Kevin pula yang menjadi penyemangat Novia untuk tetap berjuang. Dialah obat sekaligus penawar di saat wanita itu hendak menyerah.

Tapi aku juga tak bisa memaksanya untuk tetap tinggal, di saat diri ini sudah menghancurkan perasaannya.

Terpopuler

Comments

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

ngomng aja blum dah berasumsi seperti itu.......

2023-10-21

0

Usermaatre

Usermaatre

atau mungkin kah Kevin punya kembaran yg dia gak tau ya..

2023-08-05

1

ani surani

ani surani

Ooohhh.... jadi mungkin dia kira suaminya, pdhl bkn 🤦‍♀️

2023-08-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!