Siapa Mr, Ken?

"Aaaaa ..."

Prang ...

Prang ...

Kevin menghancurkan beberapa barang di kamar yang kini ia tempati, mulai dari botol parfum serta beberapa benda lainnya.

Pyar ...

Kepalan tangan Kevin mengudara dan mendarat di cermin meja rias yang ia siapkan untuk Novia, sampai kepingan kaca itu berhamburan di atas lantai.

Tidak hanya itu, tangan Kevin juga terluka cukup parah, dengan beberapa luka robekan di buku buku tangannya. Amarah, sakit serta kecewa terlihat jelas diatanya yang merah membara.

Seujung kukupun Kevin tidak mempercayai apa yang Novia katakan. Bagai mana bisa Kevin mempercayai apa yang Novia katakan? Sedangkan ia tak memiliki saudara kembar.

Apa yang Novia katakan seakan terdengar sebagai dongeng malam yang kerap kali di bacakan sebagai penghantar sebelum tidur, ya isinya hanya bualan semata.

"Mengapa kau harus menancapkan luka sedalam ini terhadapku Novia?" rintihan Kevin terdengar memilukan, tubuh jangkungnya kini melutut di atas lantai kamarnya.

Darah segar mulai menggenang di lantai kamarnya, diantara kekalutannya ponselnya kini berbunyi.

 Rupanya telepon dari sang ibu yang menyuruhnya untuk menginap di rumahnya.

"Lain kali saja, Bu. Aku sibuk." Ujar Kevin datar, namun sang ibu tetap memaksa di sebrang sana dengan beberapa alasan.

"Novia sedang hamil. Aku tak bisa meninggalkannya sendiri di rumah." Kevin berdecak, karna rumah ia dan ibunya cukup jauh, membutuhkan sekitar waktu dua jam untuk tiba di rumah ibunya. Juga suasana hatinya yang tengah memburuk.

"Apa Novia hamil?" tanya ibu Kevin girang, di sebrang sana wanita itu meloncat-loncat saking senangnya akan kehamilan sang menantu, karna ibu Kevin pikir Novia tengah mengandung calon cucunya.

"Iyaa, Bu. Novia hamil." ucap Kevin dengan suara lemas, rasa sakit itu kembali terasa saat membahas kehamilan sang istri.

"Ya sudah. Jika seperti itu biar kami yang mengunjungi kalian." ujar sang Ibu.

Kevin yang tak ingin rahasianya terbongkar mengenai perlakuannya kepada Novia, yang sengaja memecat para pegawai di rumahnya hanya demi menghukum Novia, dan setelah itu Kevin sangat yakin jika ibunya akan bertanya banyak hal padanya. Dan Kevin tak ingin hal itu terjadi, atau urusan mereka akan semakin runyam nantinya.

Bagai mana jika ibunya menyuruhnya bercerai saat mengetahui Novia hamil benih pria lain?

"Tidak usah Bu. Kami yang akan ke sana sore nanti, sekalian nginep, Novia kan memang belum pernah menginap di rumah ibu." Kevin segera mengakhiri panggilannya. Ia ingin mandi dan membersihkan diri, bau amis darah menguar dari tubuhnya, bukan hanya bau darah dari tangannya saja melainkan bau darah yang berasal dari pakainnya. Ya noda darah bocah yang Kevin tolong kini mengotori sebagian besar tubuhnya.

Selesai membersihkan diri, juga membalut lukanya. Kevin segera membereskan kekacauan yang di sebabkan oleh dirinya. Pecahan kaca juga beberapa barang yang ia rusak kini ia tempakan di dalam sebuah kotak sebelum ia taruh ke sebeleh tong sampah untuk ia buang nanti.

Kevin juga menyapu serta mengepel lantai yang kotor. Dari kamarnya menguar aroma parfum mahal yang tadi sempat Kevin banting, sehingga botol parfum itu terurai dan isinya berceceran membaui seluruh sudut kamar.

Setelah selesai membereskan semuanya, Kevin hendak keluar. Dia ingin mebuat makanan, perutnya mulai terasa keroncongan, energinya seakan terkuras habis atas amarah yang baru saja ia luapkan.

Saat Kevin membuka pintu, ia langsung terjengkit kaget saat mendapati Novia sudah berdiri di hadapannya, tepat saat pintu kamar terbuka.

"Ada apa? Kau mengagetkanku!" Kevin mengusap dadanya berkali kali.

"Aku menunggumu keluar sejak tadi." Novia tersenyum kikuk menunjukan deretan giginya yang tertata dengan rapi.

"Menungguku? Untuk apa?" Kevin menaikan salah satu alisnya dengan terheran heran.

"Itu." Novia menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Kau berhutang penjelasan tentang wanita serta anak perempuan yang kau bawa kemarin kerumah sakit." Ucap Novia takut takut.

"Menurutmu ada hubungan apa aku dengannya?" Kevin melipat kedua tangannya di atas perut.

"Aku tak ingin menebak nebak. Sehingga aku bertanya langsung terhadapmu." Novia menatap wajah Kevin, ia tak menyadari jika suaminya terluka.

"Aku tak tau mereka siapa. Aku hanya menolong mereka saja." ucap Kevin datar. Novia segera mengangguk mengerti.

"Tapi, Tapi dia memanggilmu dengan sebutan Papa. Kupikir-"

"Kau pikir apa Hah?" Kevin tersinggung oleh kalimat yang keluar dari mulut istrinya. "Aku bukan dirimu yang tidur dengan sembarang pria, hingga menumbuhkan benih haram di rahimmu." Kevin selalu emosi saat tengah membahas apapun yang menyangkut kehamilan istrinya.

Tidak Novia pungkiri, hatinya kerap kali berdenyut nyeri saat Kevin selalu memaki dan merendahkannya dengan banyak kalimat yang tak pantas.

"Iya. Laki pula hakmu untuk melakukan apapun." Novia kembali pergi ke kamarnya. Terserah Kevin akan melakukan apapun sungguh Novia tak perduli.

"Noviaaa,"

"Noviaaa!"

Kevin memanggil istrinya denga suara menggelegar. Bukan Novia tidak mendengar panggilan suaminya tapi ia hanya membiarkan saja, rasanya ia amat enggan untuk menyaut.

"Kau tuli?" Kevin langsung membentak sesaat setelah pintu kamarnya di buka Kevin dari luar.

"Vita suaramu apa masih aman? Saat kau berteriak nyaring seperti itu." Novia segera mengubah posisinya menjadi duduk.

"Tidak usah banyak tanya. Cepat bersiap! Kita akan mengunjungi rumah Mamaku, kita akan menginap di sana."

"Aku lelah Vin. Kau pergi sendiri saja." Renggut Novia, ia tak berbohong mengenai kelelahannya.

Kandunga Novia sudah berjalan sepuluh minggu.

"Aku tak ingin mendengar alasanmu. Cepat bersiap, kita akan pergi sekarang!" Kevin tak ingin mendengar alasan apapun dari Novia.

"Vin, mampir di super market depan ya." Ujar Novia seraya memijat kakinya sendiri menggunakan minyak kayu putih.

"Apa lagi yang ingin kau beli?" Kevin membelokan mobil miliknya kearah supermarket.

"Aku ingin membeli beberapa barang juga makanan untuk ibu dan ayah Vin, cukup dulu aku merasa minder dan tak berguna sebagai menantu, dulu aku tak bisa memberikan apa apa kepada mereka." Novia menuruni mobil lebih dulu di bandingkan Kevin suaminya.

Tidak kah ada sedikit kebencian di hati Novia kepada ibu dan ayah Kevin? Padahal di masa lalu kedua orang tua Kevin kompak mencaci juga memaki Novia, dan tak memberikan restu mereka kepada keduanya.

"Ibuku menyukai tas, mengoleksi beberapa di antaranya." berharap Novia mengerti maksudnya, ia ingin Novia membelikan ibunya sebuah tas agar wanita yang berjasa melahirkannya terkesan akan perhatian Novia. Karna selama ini juga Kevin kerap kali memberikan hadiah kepada ibunya, dengan mengatas namakan dari Novia. Dan berhasil lama kelamaan ibunya luluh dan mulai merestui hubungannya dengan Novia.

"Belikan tas saja." ujarnya datar.

Alih alih memberikan ibu mertuanya tas, Novia lebih tertarik membelikan satu set perhiasan emas untuk ibu mertuanya.

Kevin mendengkus saat Novia tak menuruti ucapannya.

"Vin, kita berpikir pahitnya saja. Jika seandainya sesuatu yang buruk terjadi tiba tiba, atau ibu membutuhkan uang dengan waktu singkat Ibu bisa menjual perhiasan ini. Berbeda dengan tas akan butuh waktu cukup lama untuk menjualnya." Novia menjelaskan alasannya dengan rinci.

Kevin mengangguk kecil, Novia memang perancang masa depan yang baik. "Ya terserah kau saja. Kau yang lebih mengerti." putus Kevinkembali.

Novia juga tidak mengoleksi barang barang mewah meskipun ia sudah memiliki banyak uang. Novia lebih senang menginfestasikan uangnya atau membeli tanah maupun sesuatu yang akan mengghasilkan, dari pada Novia membeli barang barang yang hanya akan menjadi koleksi dan penghuni lemari tanpa menguntungkan apapun padanya.

Novia tau bagai mana susahnya mencari uang. Jadi ia tak berniat sedikitpun untuk menyalagunakan uangnya kepada seseatu yang tidak terlaku penting menurutnya.

Bukan, bukan Novia tak menyukai barang mewah hanya saja Novia sangat tau kebutuhannya.

Novia kini kembali mengelilingi pusat perbelanjaan, ia membeli banyak kue juga cemilan untuk kedua mertua juga adik iparnya.

Di saat keduanya berkeliling, seseorang memanggil Kevin dan tiba tiba langsung menyalami Kevin seakan mereka sudah saling mengenal sebelumnya. Padahal Kevin baru pertama kali melihat orang bermata sipit itu.

"Mr, Ken. Sedang apa kau di negara ini?" tanya pria utu dalam bahasa inggris.

"Mr, Ken. Siapa dia?" Kening Kevin mengernyit dalam, belum sempat Kevin bertanya lebih jauh lagi, pria berkulit putih itu sudah pamit lebih dulu.

"Kau mengenalnya?" Novia membuyarkan lamunan Kevin akan pria tadi.

Siapa Mr, Ken?

Terpopuler

Comments

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

tuh benet jngn jngn kevin ada kembarany

2023-10-21

0

Reniawati

Reniawati

jgn2 yg menghamili Novia 🤔🤔🤔🤔

2023-08-10

1

ani surani

ani surani

apa dia yg tlh menghamili Novia ? 🤔🤔🤔

2023-08-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!