Anna membuka pintu kamar Shena, melihat Shena sedang mondar-mandir disamping ranjangnya, sepertinya gadis itu sedang gelisah.
"Kenapa nona belum tidur?" tanya Anna, dia menutup kembali pintu kamar Shena.
Shena berlari kecil, mendekat ke arah Anna "Anna, apa kamu melihat Hugo? Sejak siang aku tidak melihatnya"
Anna mengernyitkan keningnya, untuk apa Shena mencari Hugo. Bukankah sebelumnya Shena bilang akan membuat Hugo tidak betah menjadi pengawalnya. Apa sekarang Shena sudah berubah pikiran.
"Tidak nona, kami juga sedang menunggunya" jawab Anna.
"Kami??" Shena tidak mengerti apa yang dimaksud kami oleh Anna.
"Apa nona tau, tiga pelayan wanita dibawah juga sedang menunggu Hugo. Mereka sedang bersaing untuk mendapatkan cinta Hugo, bahkan ada yang rela memutuskan pacarnya demi Hugo. Saya juga mau ikut bersaing nona, menurut nona bagaimana kalau saya menyatakan perasaan saya lebih dulu pada Hugo sebelum keduluan sama mereka??" Anna bercerita panjang lebar, dia tidak tau jika sekarang Shena merasa cemburu mendengar ceritanya.
"Nona, bagaimana menurut nona?? Menurut nona Hugo menyukai wanita seperti apa??" Anna bertanya sekali lagi.
"Mana aku tau!!" Shena menjawab dengan nada kesal, kenapa Anna menanyakan hal semacam itu padanya. Apa dia juga harus ikut bersaing dengan para pelayan dirumahnya hanya demi pengawalnya itu.
Shena mendorong tubuh Anna, menyuruhnya keluar dari kamarnya lalu mengunci pintu kamarnya. Malam ini Shena tidak akan tidur sebelum bertemu dengan Hugo, bagaimana jika Anna dan teman-temannya menyatakan perasaannya lebih dulu pada Hugo. Bagaimana jika Hugo menerima salah satu dari mereka, pikiran Shena terus dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan tentang Hugo.
💘💘💘
Hugo berjalan mendekat ke arah ibunya, dia melihat ibunya memegang foto yang dia jatuhkan tadi.
"Itu adalah foto ayah, apa ibu mengenal dua orang yang bersama ayah difoto itu?" Hugo melihat tatapan ibunya dipenuhi amarah dan kesedihan, sebenarnya ada cerita apa dibalik foto itu.
"Jadi benar kamu bekerja untuk keluarga Adhitama??" mata Safira sudah mulai berkaca-kaca, hatinya begitu sakit mengingat dia harus kehilangan suaminya dengan cara yang begitu tragis.
Hati Safira sudah diselimuti oleh dendam, walaupun Sean sudah meninggal tapi dia sudah begitu membenci semua keluarga Adhitama yang tidak memberi keadilan pada suaminya "Hugo, tinggalkan pekerjaanmu itu, ibu tidak mau kamu menjalin hubungan apapun dengan anggota keluarga Adhitama!"
Hugo tidak tau apa yang menyebabkan ibunya bisa semarah itu, tapi tidak mungkin dia berhenti begitu saja menjadi pengawal Shena. Apalagi dia sudah mulai jatuh cinta dengan Shena.
"Ibu tidak perlu khawatir, setelah urusanku selesai aku akan keluar dari pekerjaanku" Hugo mengiyakan perkataan ibunya. Saat ini kondisi Safira belum begitu pulih, jika dia menentang kemauan ibunya takutnya akan memperburuk kondisi Safira.
Hugo kembali ke kediaman Adhitama, dia berjalan melewati pintu gerbang, empat pelayan wanita dirumah itu sudah menunggunya, saling berebut untuk mendekatinya dan memberikan hadiah untuknya. Hugo tidak tertarik dengan mereka, dia sangat malas untuk meladeni wanita-wanita itu
Diatas balkon kamarnya, Hugo melihat Shena sedang menatap tajam padanya. Shena terlihat begitu kesal, kemudian berlalu pergi meninggalkan balkon. Hugo ingin sekali menemuinya, tapi itu berarti dia harus memanjat pagar untuk bisa masuk ke kamar Shena.
Malam ini Shena tidak bisa tidur, dia terus memikirkan Hugo, pria itu terus mengganggu pikirannya.
Terdengar seseorang mengetuk jendela kaca dari arah balkon. Siapa yang berani datang kekamarnya tengah malam seperti ini, tidak mungkin itu maling, penjaga gerbang pasti akan melihatnya jika ada orang luar masuk.
Suara ketukan kembali terdengar, membuat Shena penasaran dan ingin melihat siapa yang berada di balkon.
Namun saat pintu terbuka Shena tidak melihat siapapun dibalkon, mungkinkah tadi hanya suara angin. Kemudian Shena hendak menutup pintu kembali, seseorang menahan pintu dan menerobos masuk.
"Hugo!" Shena tercengang melihat Hugo sekarang ada dihadapannya. Walaupun dalam hatinya sebenarnya sangat senang bisa melihatnya karena pria yang telah membuatnya tidak bisa tidur. Tapi untuk apa Hugo datang kekamarnya.
"Kenapa nona belum tidur? Aku hanya ingin memastikan nona Shena sudah tidur atau belum" Hugo beralasan, sebenarnya dia memang ingin melihat Shena hingga berani memanjat pagar rumah tengah malam seperti ini.
Shena memasang wajah tidak senang, dia berpura-pura marah. "Hugo, kamu sudah sangat berani datang ke kamarku"
"Benarkah? Bukankah sebelumnya nona bilang ingin kita menjadi teman. Jadi nona harus menanggung akibatnya" langkah kaki Hugo maju secara perlahan. Dia bisa melihat Shena nampak begitu gugup.
"Ta-tapi kamu juga sudah berani menciumku. Apa semua yang menjadi temanmu akan mendapatkan ciuman?" Shena berbicara dengan dengan kaki melangkah mundur secara perlahan, Hugo terus mendekat ke arahnya.
"Kenapa? Apa nona tidak menyukainya dan ingin memecatku karena telah berani mencium nona?" Hugo sengaja mengatakannya untuk menggoda Shena. Dia rasa Shena tidak akan marah karena Shena juga ikut menikmati ciuman mereka.
Harus diakui, Shena memang ikut terbuai dengan ciuman mereka tadi siang, tapi tidak mungkin dia terang-terangan mengakuinya. Bagaimana jika dia bukan satu-satunya wanita yang dicium oleh Hugo, dia sendiri tidak tau bagaimana perasaan Hugo padanya.
Punggung Shena menyentuh tembok, saat ini dia sudah tidak bisa berjalan mundur lagi. Tangannya menyentuh dada Hugo, menahan agar pria itu tidak terus mendekat. Shena nampak gugup sekali, apalagi Hugo menadahkan tangannya ke tembok untuk mengunci tubuhnya.
Jantung Shena berdetak sangat kencang, pria itu mendekatkan wajahnya, bagaimana jika Hugo menciumnya lagi. Apa dia harus menolak atau harus mengakui perasaannya jika dia menyukai Hugo hingga tidak bisa menolak ciuman pria itu.
"Ini sudah malam, sebaiknya nona tidur. Selamat malam nona Shena" Hugo menurunkan tangannya dari tembok, berjalan menuju balkon.
Sebenarnya Hugo datang ke kamar Shena hanya untuk melihat gadis itu sudah tidur atau belum. Karena dia sendiri tidak bisa tidur, dia teringat akan foto itu terus, sebenarnya ada cerita apa dibalik foto itu. Kenapa ibunya sangat membenci keluarga Adhitama.
Shena menelan salivanya, Hugo sudah tidak ada disana. Pria itu sudah turun ke lantai bawah. Apa Hugo datang kekamarnya hanya untuk mengucapkan selamat malam padanya, setelah berhasil membuat jantungnya merasa tidak aman.
Shena kembali menutup pintu balkon, kemudian merebahkan dirinya di atas ranjang. Teringat kejadian barusan, bagaimana mungkin dia bisa berfikir jika Hugo akan menciumnya lagi. Shena mencoba memejamkan matanya, setelah bangun besok dia berharap apa yang terjadi tadi hanya sebuah mimpi.
💘💘💘
Sudah dua hari Jordy berada di luar kota untuk urusan pekerjaan. Alex tidak ingin membuang kesempatan, dia dan beberapa orang andalannya mendatangi rumah dimana Sean disekap. Dia harus membebaskan Sean dan menggunakannya untuk menghancurkan Jordy.
Alex sudah memantau rumah itu selama beberapa hari ini, hingga dia bisa memperkirakan untuk membawa beberapa orang untuk melawan para penjaga dirumah itu. Alex membawa orang dengan jumlah lebih banyak agar usahanya untuk membebaskan Sean berhasil.
Beberapa orang tengah berkelahi di depan pintu gerbang. Dengan memakai topeng dan jubah hitamnya, Alex berjalan masuk ke dalam rumah itu dengan diikuti dua orang dibelakangnya. Salah satu dari mereka membawa kursi roda untuk membawa tubuh Sean karena Alex tidak yakin Sean berada dalam kondisi sehat setelah dikurung selama bertahun-tahun oleh Jordy.
Mereka mencari diseluruh penjuru ruangan rumah itu. satu persatu setiap ruangan mereka datangi, namun belum melihat keberadaan Sean. Terakhir mereka membuka sebuah kamar yang berada di paling ujung, berharap Sean ada disana.
Benar saja Alex mendapati tubuh Sean yang sedang terbaring lemah diatas ranjang. Alex masih tidak percaya, dia benar-benar Sean Adhitama, dia masih hidup. Beberapa tahun lalu Sean sudah dinyatakan meninggal setelah mobil yang dinaikinya masuk ke dalam jurang. Entah tubuh siapa yang dimasukkan ke dalam mobil dan terbakar bersama mobil Sean waktu itu. Semua ini pasti ulah Jordy, dia yang membuat kematian palsu Sean.
Tubuh Sean sudah sangat tidak terawat. Tentunya sebagai tawanan, Jordy pasti memperlakukannya dengan tidak baik.
"Cepat angkat tubuhnya dan bawa dia ke mobil" Alex memberi perintah, saat itu juga tubuh Sean diangkat dan didudukkan di kursi roda. Mereka membawa Sean keluar dari rumah itu, melewati beberapa orang yang sedang berkelahi dipintu gerbang.
Tubuh Sean dimasukkan ke dalam mobil, kemudian dibawa pergi meninggalkan tempat itu.
Sekarang Sean sudah berada digenggaman Alex, dengan begini Jordy pasti akan merasa terancam jika mengetahui Sean sudah tidak ada dirumah itu.
🌼🌼🌼
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Ara Julyana
wah udah berani ya Hugo
2023-08-18
1
Ara Julyana
hahaha Hugo jadi rebutan, Shena saingannya banyak, termasuk aku. aku jadi ter hugo" kak othor😍
2023-08-18
1