Semenjak Niar mengatakan dia akan segera menikah, Dirga semakin gencar mendekati Niar. Seringnya mereka makan dan hangout membuat Niar semakin nyaman berada di samping Dirga. Terlebih, Jicko sedang tugas ke luar kota.
Tawa Niar selalu menghiasi hari-hari Dirga membuat Dirga semakin jatuh cinta kepada Niar. Sekarang sudah tidak ada kekakuan diantara mereka. Niar sudah menganggap Angga seperti sahabatnya sendiri. Angga yang bisa membuat Niar nyaman.
"Kulit kamu semakin putih sih, Ngga. Perawatan di mana?" tanya Niar yang sedang jalan bersama Angga.
"Masa sih, Mbak. Padahal cuma pake krim racikan doang," jawabnya sambil terkekeh.
Niar pun tertawa sambil memukul pundak Angga. Mereka semakin akrab dan dekat seperti seorang kekasih. Mereka sudah berada d salah satu food court di sebuah mall. Niar memberikan undangan kepada Angga.
Wajah bahagia Dirga berubah menjadi sendu, dengan sedikit gemetar tangannya membuka undangan yang diberikan Niar. Matanya nanar, tanggal itu adalah tanggal di mana Dirga harus kembali ke Jakarta. Harapannya untuk menggenggam tangan Niar dan membawanya ke Jakarta musnah sudah.
"Aku gak nyangka akan secepat ini menikah dengan orang yang tidak benar-benar aku sayang." Mendengar ucapan dari Niar membuat Dirga melihat wajah Niar dengan ekspresi datar.
"Angga, apa menikahi orang yang tidak kita sayang akan membuat rumah tangga bahagia?" tanya Niar.
"Nggak akan, Mbak. Malah rumah tangga itu akan hancur karena penuh dengan kebohongan," jawab Angga.
"Ingin sekali aku menolak. Tapi, ayahku memaksa ku untuk segera menikah dengannya. Karena ayahku ingin menyaksikan pernikahanku sebelum dia menutup mata," lirih Niar.
Dirga bangkit dari duduknya dan duduk di samping Niar. Dia pun memeluk tubuh Niar dan kini air mata Niar tumpah. Ini kali pertama Dirga memeluk Niar setelah lima tahun berpisah, tidak ada penolakan dari Niar. Malah Niar semakin memeluk erat tubuh Dirga.
"Aku akan tunjukkan sesuatu ke Mbak. Pasti akan membuat Mbak senang," ujar Angga.
"Apa?"
Angga menggenggam tangan Niar dan membawanya ke sebuah barbershop. Niar menatap Angga, hanya seulas senyum yang Angga tunjukkan.
"Mbak tunggu di sini," titahhya.
"Kamu mau potong rambut?" Hanya anggukan yang menjadi jawaban dari Angga.
Niar terus memandangi Angga dari belakang. Kegiatan memotong rambut Angga teramat lama, membuat Niar bosan dan memilih memainkan ponselnya.
Ketika telah selesai, Angga menatap wajahnya di cermin. "Tampan," ucap si pemotong rambut.
Angga menghampiri Niar yang sedang fokus pada ponselnya. "Niar," panggil Angga.
Suara yang sangat Niar rindukan, perlahan Niar mendongakkan kepalanya. Matanya berkaca-kaca tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Dirga," lirihnya.
"Iya, Sayang. Aku Dirga," sahut Dirga.
Niar berhambur memeluk tubuh Dirga dan Dirga pun tak kalah erat memeluk tubuh Niar. "Aku sangat merindukanmu, Sayang," bisik Dirga.
Hanya Isak tangis yang menjadi jawaban dari Niar. Tangan Niar dengan eratnya melingkar di pinggang Dirga. Air matanya sudah membasahi kaos Dirga.
Dirga melonggarkan pelukannya lalu, menghapus air mata Niar. "Aku tidak suka kamu menangis," kata Dirga.
Mata Niar yang sudah memerah dan sembab hanya dapat menatap wajah Dirga. Lalu dia memeluk tubuh Dirga kembali. Meluapkan rindu yang selama lima tahun ini Niar pendam seorang diri. Tak peduli, Dirga sudah memiliki istri dan juga anak. Dia ingin bersikap egois malam ini. Menumpahkan semua rasa rindu dan cinta yang dia miliki untuk Dirga. Dia masih sangat mencintai Dirga.
****
Happy reading ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Hesti Pramuni
akhirnya... terbukalah..!
2021-11-23
1
Beci Luna
aduh rasa nano nano...
2021-04-28
0
Akira Pratiwie
pokok e hatiQ diobok2..sak jeru2 ne...sakit sak sakit e..
2021-04-15
2