"Niar?"
Baru saja Dirga akan melangkahkan kakinya, ponselnya berdering. Langkah kakinya terhenti karena suara disambungan telepon itu adalah Nindy.
Mimik wajah Dirga terlihat sangat panik karena Nindy mengabarkan jika dia baru saja keserempet mobil. Dan sekarang sudah berada di salah satu rumah sakit tak jauh dari kampusnya.
Ketika sambungan telepon terputus, Niar yang Dirga lihat sudah tidak ada. Ingin rasanya dia bertanya kepada para karyawan cafe ini. Tapi, adiknya membutuhkannya sekarang. Dirga langsung meninggalkan cafe, dan setelah menemui Nindy dia akan kembali lagi ke tempat ini. Dirga penasaran dengan Niar yang dia lihat di cafe ini.
Di rumah sakit.
"Mas, kenapa bisa kaya gini sih?" tanya Niar yang sedikit panik.
"Tadi aku lagi angkat telepon dari klien," jawab Jicko.
"Korbannya gimana?"
"Masih di UGD," jawab Jicko.
Niar mengusap lembut pundak kekasihnya, memberikan sedikit ketenangan kepada Jicko. "Mas, pasti akan tanggung jawab," kata Jicko.
Niar mengangguk dan tersenyum ke arah Jicko. Dia pun melihat jam di tangannya. "Mas, sudah waktunya aku berangkat," ucap Niar.
"Hati-hati ya, Sayang," ucap Jicko pada Niar lalu mengecup kening sang kekasih.
"Mas, gak apa-apa kan aku tinggal sendiri?"
"Gak apa-apa, Sayang. Salam ya buat keluarga Bunda," sahut Jicko.
"Iya, Mas."
Niar pun meninggalkan Jicko di rumah sakit. Baru saja Niar masuk ke dalam mobil, Dirga baru saja sampai parkiran rumah sakit. Dengan sedikit berlari dia memasuki rumah sakit.
Dari kejauhan, Dirga melihat ada seorang pria yang berpenampilan rapi di depan UGD. Dia melewati orang itu dan masuk ke dalam ruangan. Dilihatnya adiknya sedang terbaring lemah dengan beberapa luka di tangan dan kaki.
"Kok bisa gini?"
"Ndy lalai, Kak. Tadi jalan sambil mainan hape. Terus yang nyerempet Ndy juga mengemudi sambil angkat telepon," jelasnya.
"Ck, kebiasaan," omel Dirga.
"Maaf, Kak," ucap Nindy.
"Permisi," ucap Jicko pada Dirga dan juga Nindy.
"Kamu yang nabrak adik saya?" tanya Dirga dengan wajah yang sulit dibaca.
"Nyerempet, Kak. Bukan nabrak," ralat Nindy.
"Iya, maaf Pak. Saya akan tanggungjawab semua pengobatan adik Anda sampai dia sembuh," jelas Jicko.
"Lain kali, jangan mengemudi sambil angkat telepon," ucapnya pada Jicko. Dijawab dengan anggykan oleh Jicko.
"Kamu juga, jangan jalan sambil main hape," ucap Dirga pada Nindy.
"Iya," jawab Nindy malas.
Jicko pun hanya tertawa. "Kenalkan saya Jicko," katanya yang sudah mengulurkan tangan pada Dirga.
"Angga," balasnya dengan menyambut uluran tangan Jicko.
"Sepertinya kita seumuran, kayaknya asyik kalo kapan-kapan kita nongkrong bareng," ajak Jicko.
Dirga hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju. Di ranjang pesakitan, Nindy melengkungkan senyum. Dia berharap Jicko akan menjadi teman sang kakak dan membuat kakaknya move on dari masa lalunya.
Setelah Nindy diperbolehkan pulang, Jicko mengantarkan Nindy ke kosannya. Sedangkan Dirga melajukan motornya ke cafe Kenangan Mantan.
Sudah dua jam Dirga berada di sana. Namun, wanita yang dia tunggu tak kunjung turun dari ruangannya. Hingga dia memanggil salah satu pelayan agar mendekat kepadanya.
"Yang punya cafe ini siapa, ya? Apa wanita yang tadi pagi?" tanya Dirga.
"Maaf, Kak. Saya sift sore jadi, tidak tahu wanita yang Kakak maksud itu siapa,' jawabnya sopan.
"Wanita yang berambut sepunggung dan bawah rambutnya dibuat sedikit keriting. Rambutnya selalu digerai. Dia selalu naik ke lantai atas," imbuh Dirga.
Si pelayan mencoba mengingat-ingat, dan tak lama dia menganggukkan kepalanya. "Beliau atasan kami, Kak. Pemilik cafe ini," terang si pelayan.
"Apa dia Niar?" tanya Dirga lagi.
"Bukan, Kak. Ada apa ya kok Kakak ingin tahu sekali dengan atasan saya?" kata si pelayan.
"Dia seperti sahabat saya yang sudah lama tidak bertemu. Makanya saya mencoba cari tahu dulu, takutnya ketika saya sapa saya salah orang."
"Oh begitu," sahut si pelayan.
"Atau nama pemilik cafe ini Niara?" tanya Dirga.
"Iya, dia Mbak Niara," jawab si pelayan.
Hati Dirga sangat amat senang hari ini. Akhirnya, dia bertemu kembali dengan pujaan hatinya yang sudah sekian purnama tidak berjumpa.
Sebelum si pelayan pergi, Dirga menyelipkan uang seratus ribuan di saku baju si pelayan sebagai ucapan terimakasih.
Malam sudah tiba dan cafe pun sebentar lagi tutup. Namun, wanita yang Dirga tunggu tak kunjung turun dari lantai atas.
"Maaf, Kak. Kita sudah mau tutup," ucap salah seorang pelayan.
"Mas, apa Mbak Niara sudah turun?" tanya Dirga.
"Oh, Mbak Niaranya sudah pulang dari pagi, Kak. Karena harus pergi ke luar kota," jawab pelayan.
"Kemana? Berapa hari?"
"Kalo itu saya kurang tahu, Kak. Permisi."
Dirga harus menelan pil kekecewaan lagi. Apa mereka tidak ditakdirkan untuk bersama? Selalu saja ada halangan ketika Dirga sudah menemui titik terang tentang keberadaan Niar. Www
"Niar, aku di sini. Tolong cepat kembali, aku rindu kamu," gumam Dirga sambil menatap langit malam yang indah.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Hesti Pramuni
hadeehh... jadi gk sabaran, baaang...
kita juga.. gk sabaran nunggu kelanjutannya..
2021-11-23
1
Mariagoreti Diaz Koten
ada yg rindu ni
2021-11-22
0
Beci Luna
sdh ada titik terang...tunggu ketemu....
2021-04-28
0