Tak Kan Kulepas Lagi
Dibalik kaca ruko lantai dua, seorang wanita sedang memandangi langit sore nan indah. Bayangan masa lalu kini hinggap di kepalanya. Meskipun sudah lima tahun berlalu, dadanya masih terasa sesak. Sakitnya masih terasa sampai saat ini.
Mencoba mengikhlaskan tapi, belum sepenuhnya ikhlas. Pergi menjauh dari orang yang dulu dia sayangi tidak menghilangkan rasa cinta dan sayang yang Niar miliki untuk Dirga. Tak terasa air matanya menetes dan Niar pun menunduk dalam.
Di lain kota, seorang pria berpenampilan rapi sedang memandangi satu foto perempuan berseragam putih abu-abu yang tertawa lepas. Kenangan demi kenangan bersama perempuan itu membuatnya menitikan air mata.
Terpisah lama ternyata tidak menyurutkan cintanya untuk perempuan itu. Hanya penyesalan yang kini Dirga rasakan. Andaikan dia tidak menuruti permintaan orangtuanya mungkin dia dan Niar sudah memiliki anak-anak yang lucu.
"Di mana kamu sekarang? Kenapa aku begitu sulit menemukanmu?" gumamnya.
Setelah puas menyelami kesedihannya, Dirga beranjak dari duduknya diikuti oleh Kenan asisten pribadinya. Kenan melajukan mobil atasannya menuju salah satu apartment mewah. Di sinilah Dirga tinggal seorang diri. Hanya alkohol yang selalu menemaninya.
Kenan tidak bisa berbuat apa-apa. Inilah yang atasannya selalu lakukan selama tiga tahun belakangan ini. Dia tahu, atasannya ini depresi berat. Untung saja tidak gila. Alkohol adalah pelarian untuk Dirga agar melupakan sejenak kesedihannya.
Akses komunikasi antara dia dan kedua orangtuanya ditutup rapat olehnya. Hanya satu dari anggota keluarganya yang Dirga perbolehkan masuk ke dalam hidupnya. Dia adalah adik kecilnya yang kini beranjak remaja yaitu Nindy. Nindy adalah pelipur lara baginya disaat kesedihannya melanda.
Seperti malam ini, adik perempuan Dirga datang ke apartmentnya. Dengan senyuman khasnya, Nindy menyapa Dirga.
"Hay Kakak tampan," sapanya dan memeluk tubuh Dirga.
Hanya Nindy yang mampu membuat Dirga tersenyum. Semenjak Niar melepaskannya, dunia Dirga terasa gelap gulita. Hanya kepiluan dan kesedihan yang dia rasakan. Sikap yang hangat berubah menjadi sikap tempramental kepada siapa pun.
"Ada salam dari Mam ...."
"Sudah berapa kali Kakak katakan, jangan sebut keluargamu di hadapan Kakak," tegasnya.
"Maaf," sesal Nindy.
"Ada apa kamu ke sini?"
"Ndy mau pamit sama Kakak," ucapnya.
Dirga mengerutkan dahinya tak mengerti. Nindy pun menghela napas kasar sebelum melanjutkan ucapannya.
"Ndy mau lanjutin kuliah di luar kota. Tepatnya di universitas Brawijaya."
"Kenapa harus ke sana? Di sini banyak universitas yang bagus juga," imbuh Dirga.
"Ndy gak mau hidup dalam sangkar emas. Ndy ingin hidup layaknya anak-anak orang biasa. Percuma jadi anak orang kaya tapi, hanya jadi boneka pengeruk harta mertua."
"Pergilah, belajar yang benar. Dan buktikan jika kamu mampu meraih mimpimu sendiri." Dirga menepuk pelan puncuk kepala Nindy.
"Ketika Kakak ada waktu, pasti Kakak akan menjenguk mu di sana," sambungnya.
Nindy memeluk erat tubuh Dirga. Hanya Dirga yang mampu mengerti dirinya. Berbeda dengan Kakak perempuannya, yang selalu berbicara kasar kepadanya dan selalu acuh kepada Nindy.
***
Niar masih betah di ruko sewaannya. Masih memandangi langit yang telah berubah menjadi gelap. Langit malam di Malang begitu cantik dan indah tidak seperti hatinya. Yang selalu bermurung durja.
Dia teringat akan kejadian lima tahun lalu. Setelah Niar mengalah dan melepaskan Dirga, keesokan harinya dia memutuskan untuk pergi ke Malang dan memutuskan akses komunikasi dengan teman-temannya di Jakarta. Dia ingin menata hidup yang baru, setelah impiannya hidup dengan Dirga musnah. Lantaran Dirga yang sudah memiliki calon istri.
Kepergian Niar tepat di hari pernikahan Dirga. Selama di pesawat air mata Niar tak henti menetes.
"Harusnya aku yang berada di sana," gumamnya.
Hanya air mata yang menjadi saksi betapa sakitnya hati Niar saat ini. Terlebih, Dirga tidak menahan Niar untuk pergi. Malah membiarkannya dan tidak pernah mencoba menemuinya untuk sekedar menjelaskan.
Setelah tiba di Kota Malang, berita online dipenuhi kabar bahagia antara Dirga dan juga istrinya. Niar tersenyum kecut, keduanya sangat cocok tampan dan cantik. Dan mereka terlihat bahagia.
Setelah tiba di sebuah kos-kosan sederhana, Niar merebahkan tubuhnya. Menarik napas dalam dan memejamkan matanya.
"Aku harus bisa melupakanmu, kamu sudah bahagia dan aku pun layak untuk bahagia."
****
Setelah Nindy pulang, malam ini Dirga tidak menyentuh alkohol sama sekali. Entah kenapa wajah cantik Niar selalu muncul di kepalanya. Senyuman manisnya yang membuat Dirga semakin jatuh cinta selalu memutari otaknya.
"Apa kamu sudah bahagia? Aku di sini sangat terluka dan benar-benar merasa hancur tanpa kamu," lirihnya.
Bulir bening menetes di ujung matanya membuat Kenan ikut merasakan kesedihan atasannya. Ingin sekali Kenan bertemu dengan mantan kekasih atasannya ini. Secantik apakah dia sehingga mampu membuat seorang Dirga depresi seperti ini.
Dirga masuk ke kamarnya, membuka kotak kecil yang berada di dalam lemarinya. Senyumnya tersungging ketika melihat kotak kecil berwarna merah hati yang di dalamnya berisi gelang pasangan. Selama mereka beroacaran, gelang ini selalu mereka pakai. Dan mereka dijuluki Romeo dan Juliet sekolah.
"Aku harap, suatu saat nanti aku bertemu dengan kamu. Aku ingin memelukmu, aku rindu senyuman kamu. Aku rindu tawa kamu dan aku sangat merindukanmu."
Dada Dirga terasa semakin sesak, tangis yang dia tahan akhirnya pecah juga. Dia pun menangis layaknya anak kecil. Cintanya terlalu besar untuk Niar hingga waktu pun tidak bisa menghapus cintanya.
Lima tahun mampu merubah sikap Dirga tapi tidak mampu merubah perasaan Dirga untuk Niar. Selama lima tahun ini Dirga menutup hatinya untuk semua wanita. Hanya Niar yang boleh singgah dan menempati ruang kosong di hatinya.
Tidak akan pernah ada yang mampu menggantikan Niar. Hanya Niar yang Dirga cinta, hanya Niar yang Dirga inginkan.
Begitu pun Niar, Niar sudah memiliki seorang kekasih yang sangat baik dan mampu mengerti dirinya. Namun sayang, hatinya masih belum sepenuhnya untuk Jicko. Itulah yang membuat Niar masih ragu untuk melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius lagi bersama Jicko.
Hati kecil Niar masih berharap, dia akan bertemu Dirga kembali. Walaupun sangat tidak mungkin, sudah pasti Dirga sudah bahagia dengan istrinya dan juga memiliki anak-anak yang lucu.
Setidaknya, Niar ingin melihat jika Dirga sudah benar-benar bahagia. Setelah itu, baru lah dia menata kebahagiaannya. Dalam hubungan mereka, bukan hanya Niar yang tersakiti tapi juga Dirga. Niar tidak menyalahkan Dirga karena memilih antara orangtua dan kekasih adalah hal yang paling sulit.
"Kebersamaan kita terlalu lama hingga membuat semua kenangan tentang dirimu begitu sulit dilupakan. Aku akui, aku masih mencintaimu ... aku masih mengharapkan mu," lirihnya.
Hingga suara derap langkah kaki terdengar, senyuman manis seorang pria mampu mengangkat ujung bibir Niar.
"Maaf, lama jemputnya," ucap Jicko.
"Gak apa-apa, Mas. Ayo kita pulang, sudah malam," balas Niar.
Jicko menggenggam tangan Niar dan mereka menuju lantai bawah. Sebelum pulang Niar pamit kepada para karyawannya dulu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
re
mulai
2022-03-27
1
Hesti Pramuni
mm.. cinta dimasa lalu sangat membekas dihati...
2021-11-23
0
ji wook
bagussss
2021-11-22
0