"Oh iya bu, Elena tadi lupa bertanya pada kak Anggara, soalnya waktu dia berangkat aku baru bangun tidur, itupun karena dia yang membangunkan Elena," jawabku malu-malu.
Ibu menggelengkan kepala, beliau menasehatiku agar aku bangun pagi sebelum suamiku bangun, terus menyiapkan segala keperluannya. Aku hanya mengangguk mendengar nasihat ibu.
Memang aku akui, sebagai seorang istri memamg harus bisa bangun pagi menyiapkan segala keperluan suami, sehingga bisa melepaskan suami berangkat bekerja dengan mencium tanganya diiringi senyuman beserta doa terbaik. Setelah suami berangkat kerja barulah aku berangkat bekerja dan pulang kerumah disaat suami belum pulang, sehingga aku bisa menyambut kedatangan suamiku dan mencium kembali punggung tangannya seperti disaat dia berangkat.
Itulah sebabnya aku betah bekerja ditempatku bekerja saat ini, yang jam kerjanya relatif singkat yaitu masuk jam sembilan pagi dan pulang jam lima sore. Namun dengan kondisi suamiku saat ini yang belum mempunyai pekerjaan pasca terjadi kebangkrutan diperusahaannya, aku tidak tahu apakah pekerjaanku bisa disesuaikan dengan jam kerja suamiku nantinya.
Terdengar suara deru kendaraan didepan rumah saat aku tengah menghabiskan makananku.
"Itu seperti suara kendaraan suamimu Elen," teriak ibu dari ruang tamu. Aku yang baru saja menyelesaikan makan langsung berlari kecil menuju keteras rumah.
Ternyata benar, kak Anggara dengan menggunakan kendaraannya membonceng ayah dibelakangnya. Sedangkan didepan penuh dengan pisang-pisang yang telah masak, kedua tangan ayah juga mententeng pisang. Sementara dibelakangnya sebuah kendaraan yang sepertinya milik tukang ojek juga membawa barang belanjaan berupa tepung,minyak goreng mentega, coklat, keju dan lain sebagainya.
"Ayo pak turunkan semua barang belanjaannya dan letakkan diteras," ujar ayah.
Kak Anggara terlihat tersenyum memandang kearahku, sementara aku hanya mengernyitkan dahiku, beragam pertanyaan bermunculan dibenakku.
"Kakak ngapain beli pisang segitu banyaknya?" tanyaku.
Suamiku menggandeng tanganku dan mengajakku duduk dikursi yang ada diteras samping setelah membayar ongkos ojek saat tukang ojek telah selesai meletakkan barang belanjaan suamiku diteras rumah.
"Maaf malam tadi aku tidak sempat cerita apapun sama kamu, soalnya kamu kan tahu, ada kegiatan yang lebih penting yang harus kita lakukan," ujar suamiku yang membuat aku tersipu.
Ternyata tadi malam ayah meminta suamiku untuk berterus terang mengenai kondisi keuangannya dan jangan ada yang ditutup-tutupi.
Kak Anggara pun menceritakan kondisi keuangannya yang begitu kritis, bahkan mungkin hanya cukup untuk biaya kami dalam waktu satu bulan saja. Sedangkan lamaran pekerjaan ke beberapa perusahaan yang sudah dia masukkan, belum ada satu pun yang mendapatkan tanggapan.
Ayah menyarankan agar uang yang ada diputar saja, daripada menunggu ada panggilan kerja lebih baik menciptakan pekerjaan sendiri.
"Hari ini aku berencana berjualan pisang goreng, karena uang yang aku miliki hanya cukup untuk usaha itu. Karena gerobak yang aku pesan belum jadi, ayah mengijinkanku berjualan diteras rumah. Kebetulan peralatan yang aku perlukan semua ayah punya. Tadi aku sudah promosikan barang daganganku di media sosial milikku," ujar kak Anggara memperlihatkan akun media sosialnya.
"Kakak tidak malu jualan pisang goreng, nanti apa kata teman-teman kakak, apa kakak tidak takut dicibir oleh orang-orang yang kakak kenal"
Mendengar apa yang aku utarakan, kak Anggara hanya tertawa dia merangkulku seperti suami romantis pada umumnya.
"Biarkan saja orang bicara apapun tentang kita, karena pendapat orang lain tentang kita itu bukan urusan kita. Tapi yang terpenting adalah pendapat kita tentang diri kita sendiri.
Nasib kita tidak pernah berubah dengan kita mendengarkan apa kata orang. Orang hanya bisa komentar dan menghakimi apa yang terjadi pada diri kita.
Jika ekonomi kita terpuruk, orang akan menghina kita mengatakan kita tidak pandai mengelola usaha, katanya kita malas, apapun yang kita lakukan tetap salah di mata mereka. Tapi kalau kita sukses orang akan merasa iri dan berusaha mencari-cari kekurangan kita untuk kemudian menjatuhkannya," ujar kak Anggara.
"Iya kak aku paham, aku cuma kasihan sama kakak, karena kakak kan dulunya seorang Ceo dari sebuah perusahan besar dan membawahi beberapa anak perusahaan. Banyak hidup orang bergantung pada kakak, dan pasti saat itu kakak begitu dihormati. Aku jadi berandai-andai, seandainya saja kakak tidak pernah dikhianati oleh orang kepercayaan kakak, mungkin saat ini kakak masih menjadi seorang pemimpin perusahaan yang mempunyai banyak uang.
Bukan berarti aku menyesal menikah dengan kakak, aku cuma sedang merasa bersimpati sama keadaan kakak saat ini. Kakak harus percaya bagaimana pun kondisi ekonomi kakak, selama kakak masih terus bekerja untuk memenuhi kebutuhan kita, aku akan terus memberi support sama kakak dan cintaku sama kakak tak akan pernah berubah," ujarku menyemangati.
Kak Anggara membelai rambutku, matanya terlihat berkaca-kaca.
Ternyata kak Anggara tidak mau menyalahkan Roky semata atas penghianatan yang dia lakukan. Semua itu akibat kelalaiannya dalam memimpin perusahaan. Katanya dia tidak pernah menyesalkan apa yang telah terjadi. Seandainya dia terus tetap sukses seperti waktu lalu, justru itu tak baik untuknya. Akupun langsung bertanya, kenapa bisa demikian.
"Perlu kamu tahu Elen, sukses adalah Guru yang buruk. Kita belajar tentang diri kita ketika kita gagal. Kamu tidak perlu takut kalau aku mengalami kegagalan, karena gagal adalah bagian dari proses. Kau tahu sayang, kita tidak bisa sukses tanpa adanya proses"
Aku merasa kagum dengan cara berfikir suamiku, sangat berbeda dengan orang yang ada disekitarku. Aku yakin dengan usahanya yang gigih dan tingkat percaya diri yang tinggi dia pasti akan bisa sukses seperti dulu walaupun harus mulai dari nol.
"Selama aku masih cuti, aku akan bantu kakak, aku ingin kita berjuang bersama, mulai dari nol," sahutku.
"Ingat ya kak Anggara, aku Dila hari ini menjadi saksi, saat engkau terpuruk dalam kemiskinan, kamu berjuang bersama dalam suka maupun duka bersama dengan kakakku Elena. Jika suatu saat kakak sukses dan banyak diburu wanita yang gila uang yang ingin menumpang hidup padamu dengan menyerahkan seonggok kebun yang tak seberapa luas dan terletak diantara dua pangkal pahanya. Ingat jangan pernah kakak tergoda dan jatuh hati dengan wanita seperti itu karena wanita seperti itu hanya tertarik pada hartamu. Dia tidak benar-benar mencintaimu seperti kakakku mencintaimu"
Dila yang tiba-tiba muncul langsung berorasi. Aku menahan tawa melihat gaya bicaranya yang lantang dan emosional. Bapak dan ibu yang ada didapur pun tiba-tiba keluar ingin tahu apa yang terjadi.
"Dengar baik-baik Dila, waktu aku masih bujangan, masih kaya raya, banyak wanita mengejarku, mereka bukan hanya cantik dan seksi, tapi banyak diantara mereka itu kaya raya dan putri pengusaha. Tapi perlu kamu ketahui, tak satupun dari mereka yang menarik perhatianku. Yang ada di hatiku saat itu hanyalah Elen, padahal waktu itu Elena sudah menjalin hubungan dengan Andrea, namun aku tetap setia mencintainya, selalu menunggunya tanpa ingin merusak hubungan mereka. Sampai disini tentu kamu bisa menyimpulkan bagaimana sifatku sebenarnya.
********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
auliasiamatir
ummm coo cweet bang angdara
2023-10-30
1