2. Pulang Membawa Luka

Dengan susah payah, aku berusaha bangun dan duduk, terlihat darah menetes dari luka dikakiku.  Kuraba pipiku yang terasa basah, ternyata darah segar juga mengalir membasahi pipiku.  Perih yang kurasakan namun tak seperih hatiku saat ini, aku hanya diam bingung tak tahu harus berbuat apa.

"Elen kamu tidak apa-apa"

Anggara, ya kak Anggara tiba-tiba muncul dihadapanku.  Dia meraih tanganku dan berusaha membantuku berdiri.  Lelaki yang terkenal jutek dan Arogan di kampusku mengangkatku dan membawaku masuk kedalam mobilnya.

"Pak tolong bawa kendaraannya kebengkel itu, aku akan membawanya berobat kerumah sakit terdekat"

Kudengar kak Anggara kakak tingkatku saat kuliah berbicara.  Aku hanya diam membeku, berusaha mengingat apa yang terjadi.  Tak lama kak Anggara yang terlihat tegang melajukan mobilnya.  Aku lihat darah dikakiku terus mengalir begitupun darah yang membasahi pipiku.  Kak Anggara berhenti dan mengambil kotak obat lalu dia mengikat luka yang ada dikepalaku dan juga kakiku.

"Sabar ya Elen, sebentar lagi kita sampai dirumah sakit.  Kamu pasti baik-baik saja, tak akan terjadi apapun padamu, percayalah"

Dengan lembut kak Anggara berbicara untuk menenangkanku.  Hal langka yang terjadi pada diri seorang Anggara.  Hampir semua mahasiswa dikampus tahu, Anggara adalah seorang pemuda tampan namun sangat arogan, jutek dan dingin pada wanita.  Setelah menenangkanku dengan beberapa kalimat, lelaki yang sedang mengemudikan mobilnya disampingku selanjutnya diam tanpa ekspresi apapun.  Wajahnya yang datar kembali mengingatkanku pada kak Anggara yang aku kenal dulu.  Kufikir tadi dia telah berubah, namun Anggara tetaplah Anggara.

Beberapa menit kemudian mobil kak Anggara memasuki halaman rumah sakit dan langsung berhenti tepat dimuka IGD.  Kak Anggara dengan sigap mengangkat tubuhku, dua orang suster menyambut kami dengan sebuah ranjang dorong.  Setelah aku dibaringkan diranjang dan di tarik menuju ruangan untuk mendapat penanganan medis, sementara kak Anggara hanya diperkenankan menunggu diluar saja.

Setelah semua lukaku diperiksa, dibersihkan, diobati dan diperban.  Perawat memperbolehkan kak Anggara masuk.  Menurut dokter tak ada cidera serius dalam tubuhku, hanya luka-luka dan memar.  Dokter mengijinkan aku pulang setelah menghabiskan satu botol infus sekalian dilakukan observasi.

Dengan wajah dingin kak Anggara duduk disampingku.

"Terimakasih kak atas pertolongan kakak, maaf aku telah merepotkan," ujarku terbata-bata.

Lelaki itu melirikku dengan pandangan wajah datar tanpa ekspresi lagi.

"Ini sebagai bentuk tanggung jawabku karena akulah yang menyerempet kendaraanmu hingga kendaraanmu terlempar ditrotoar.  Tapi itu bukan salahku, karena kamulah yang memotong jalan semaunya.  Tampaknya kamu melamun, kalau boleh tahu apa kamu lagi ada masalah"

Dia menatapku dengan intens, hatiku berdebar karena baru kali ini dia mau menatapku begitu dalam tak seperti biasanya yang angkuh dan acuh.

"Iya kak, aku lagi bingung bagaimana caraku menyampaikan masalahku pada kedua orang tuaku"

Tanpa fikir panjang aku langsung menceritakan masalah yang kualami.  Aku sudah tidak perduli, mungkin aku terlalu gampang bercerita pada orang asing yang tidak begitu aku kenal.  Tapi aku sudah tidak sanggup memendamnya sendiri, aku lagi perlu seseorang untuk berbagi.  Lelaki itu tersenyum dan kembali menatapku lebih dalam.

"Setiap manusia punya masalah, kita semua hidup untuk menjalani ujian agar kita semakin kuat dan dewasa.  Kita sama-sama sedang punya masalah, kamu sedang mengalami gagal nikah dan sebuah penghianatan.  Begitupun aku"

Aku mengernyitkan dahiku.  Rasanya kembali tak percaya kak Anggara bisa bicara panjang kali lebar.  Dulu saat temanku mengajaknya bicara untuk mencari perhatiannya. Jawabannya hanya iya, he eh dan sejenisnya.

"Emang orang seperti kakak bisa punya masalah juga?"

Kini lelaki itu justru tertawa garing.  Kembali kalimat demi kalimat lolos dari bibir tebal yang nampak berwarna coklat dan terlihat semakin jantan dan perkasa.

Dengan suara berat yang khas dia menceritakan kisah hidupnya yang ditinggal meninggal oleh kedua orang tuanya dalam sebuah kecelakaan saat menuju bandara dan akan berangkat keluar negri.  Saat itu usianya masih belasan tahun.  Orang tuanya meninggalkan beberapa perusahaan dengan ribuan karyawan.  Keadaan membuatnya harus terjun memimpin langsung perusahaan peninggalan kedua orang tuanya.

Hari-harinya selalu sibuk antara sekolah  dan bekerja Mengelola perusahaan.  Untunglah sejak kecil papanya memang telah menyiapkan dirinya menjadi pemimpin.  Ia juga kerap ikut papanya saat meeting dengan tim manajemen perusahaannya dan perusahaan lain yang terlibat kerja sama.  

Dibawah kepemimpinan kak Anggara perusahaanya maju pesat, namun saat ini akibat penghianatan beberapa orang kepercayaannya, perusahaan mengalalami kebangkrutan habis-habisan.  

Setelah mendengar kisah kak Anggara, aku merasa bersyukur, ternyata masalahku gagal menikah dengan Andrea tak seberat masalah kak Anggara.  

"Sekarang aku jatuh miskin, perusahaan diambil alih oleh kolegaku karena hutang atas namaku yang dilakukan oleh penghianat itu.  Hartaku satu-satunya hanya mobil itu, bahkan rumahpun telah disita untuk membayar hutang"

Aku sangat terenyuh mendengar kisah kak Anggara.  Akhirnya dokter mengijinkan kami pulang.  Kak Anggara mengantarku pulang.

Aku memberitahukan alamatku padanya.  Dengan kecepatan sedang dia melajukan mobilnya kealamat rumahku.

"Ini adalah hari terakhir aku memakai mobil ini, besok aku akan menjualnya dan ku belikan rumah sederhana dan sepeda motor dengan harga murah, aku tidak ingin terpuruk, aku ingin bangkit dan memperjuangkan masa depanku" gumamnya.

"Eleeen….kamu kenapa nak, Ibu kan sudah bilang kalau calon pengantin tidak boleh bepergian  pamali kata orang tua.  Begini kan jadinya kalau tidak mendengarkan omongan orangtua," teriak ibu.

Ibuku berlari kehalaman menyambutku yang sedang berjalan dipapah oleh kak Anggara.  Dia membantu memapahku juga dan menyuruhku duduk diruang tamu.

"Terimakasih ya nak,sudah menolong Elena anakku.  Dia itu memang bandel tidak mau mendengar nasihat orangtua agar tidak pergi menjelang hari pernikahannya," ucap ibuku pada lelaki muda dihadapannya. Ibu mengambil sebuah kartu undangan dari dalam lemari kecil yang terletak disamping dia duduk.

Aku mengenalkan kak Anggara pada ibu dan menceritakan kronologis kecelakaan yang menimpaku.  Namun aku belum sanggup untuk menceritakan tentang Andrea yang telah menikah dengan Nina adik kelasku. Rasanya tak sanggup untuk memberitahu wanita terkasihku.  Sakit rasanya jika melihat orang-orang tercinta menangisi takdirku. Namun tak ada pilihan, ibu dan ayah harus tahu semua ini.

Dengan tersenyum bahagia, ibu memberikan undangan itu dan menyuruh kak Anggara datang dihari pernikahanku.  Aku hendak mencegahnya, namun kak Anggara melarangku dengan isyarat mata.

"Beri tahu ibumu nanti saja secara perlahan," bisiknya ditelingaku.

Tak lama kemudian kak Anggara segera pamit pulang dengan diantar ibuku sampai diteras rumah.

"Jangan lupa datang dihari pernikahan Elena ya nak Anggara. Oh ya kamu sudah punya calon, atau sudah menikah?"

Kudengar ibuku terus bicara dengan kak Anggara.  Lelaki yang selalu irit bicara itu hanya menjawab dengan satu dua kata saja. dia bilang kalau dirinya masih jombo kemudian dia terkekeh.

Setelah mengantarkan kak Anggara, ibu kembali masuk menemuiku.  

"Sebaiknya mulai sekarang kamu harus mulai perawatan Elen, supaya dihari bahagiamu kamu tampil mempesona dan sedap dipandang mata"

Mendengar ucapan ibu, seketika air mataku berderai tak tertahankan. Mungkin saat ini juga aku harus menceritakan apa yang terjadi pada ibu.  Aku tidak mau melihat ibu dan ayah terus mengharapkan pernikahanku akan segera terjadi.

********

  

Terpopuler

Comments

auliasiamatir

auliasiamatir

keren banget ceritanya

2023-10-10

0

Ningsih

Ningsih

kyknya seru ni ceritanya,lnjut baca😊🤭

2023-08-22

0

lihat semua
Episodes
1 1. Kenyataan Pahit
2 2. Pulang Membawa Luka
3 3. Lamaran Dari Seseorang
4 4. Nasihat Ayah
5 5. Bertemu Mantan
6 6. Pergaulan Anggara
7 7. Ternyata
8 8. Penyesalan Andrea
9 9. Permintaan Maaf
10 10. Pertengkaran
11 11. Elena Bimbang
12 12. pernikahan Elena dan Anggara
13 13. Kisruh Diacara Resepsi
14 14. Ketahuan
15 15. Alasan Anggara
16 16. Malam Pertama Tidak Romantis
17 17. Syukur Membawa Bahagia
18 18. Memulai
19 19. Berapa pun Pemberianmu
20 20. Kedatangan Nina
21 21. Memaafkan
22 22. Antara Hidup Dan Mati
23 23. Menata Kembali
24 24. Diluar Dugaan
25 25. Mengenang
26 26. Bahagia
27 27. Rempeyek Udang
28 28. Bawa Kedukun Saja
29 29. Terpikat Tanpa Pemikat
30 30. Semua Setuju
31 31. Meminta Restu
32 32. Kecewa
33 33. Istri Tetangga
34 34. Dicurigai
35 35. Menyelamatkan Rena
36 36. Sedih
37 37. Marah
38 38. Tak Sadarkan Diri
39 39. Bersujud
40 40. Terus Berdoa
41 41. Menikah Tanpa Cinta
42 42. Main Serang Saja
43 43. Lelah
44 44. Kesal
45 45. Mengambil Gunting
46 46. Ingin Meraba Perut Sixpack
47 47. Terpana
48 48. Anugerah Luar Biasa
49 49. Berkunjung Kerumah Ibu
50 50. Mendadak Ramah
51 51. Kami Bangga Padamu
52 52. Diajak Nikah
53 53. Bertemu Mantan
54 54. Penyesalan
55 55. Meminta Kembali
56 56. Merayu
57 57. Menemui Kekasih Istri
58 58. Pura-Pura
59 59. Keterlaluan
60 60. Kejujuran Yang Menbuat Luka
61 61. Anugerah Terindah (POC Elena)
62 62. Pulang
63 63. Menasehati
64 64. Aku Ra Popo
65 65. Dinodai
66 66. Trauma Orang Kaya
67 67. Direstui
68 68. Bulan Depan Saja
69 69. Khawatir Cintanya Memudar
70 70. Gampang Lapar
71 71. Masih Marah
72 72. Yang Waras Ngalah
73 73. Dimasak Dengan Penuh Harapan
74 74. Tidak Sadar Diri
75 75. Perbaiki Diri
76 76. Aku Berjanji
77 77. Kedatangan Nenek Rabi
78 78. Terpaksa Menahan Emosi
79 79. Bertemu Seseorang
80 80. Membatalkan Pernikahan
81 81. Marah Sekali
82 82. Hanya Ada Dua Pilihan
83 83. Sudah Stabil
84 84. Lima Orang Berpakaian Putih
85 85. Tiada Maaf
86 86. Belajar Mengendalikan Emosi
87 87. Kawini Ibuku
88 88. Susah Senang Selalu Bersama
89 89. Melamar
90 90. Berfikir Ulang
91 91. Pantang Menyerah
92 92. Menanti
93 93. Pernikahan
94 94. Malam Pengantin
95 95. Tidak Bereaksi
96 96. Cintaku Seluas Gurun Sahara
97 97. Pergi Melamar
98 98. Pernah Menyentuhnya.
99 99. Kalah Rupa Kalah Rasa
100 100. Menjerit Histeris
101 101. Mencari
102 102. Bertemu Seseorang
103 103. Sedih
104 104. Talak
105 105. Menyesali
106 106. Kehilangan
107 107. Mencoba Menerima
108 108. Menjenguk
109 109. Ulang Tahun
110 110. Pelukan
111 111. Bercerita
112 112. Perasaan
113 113. Telat Bayar Kontrakan
114 114. Tidak Terima
115 115. Di Fitnah
116 116. Gugup
117 117. Siapa Papaku
118 118. Sifat Warisan Papa
119 119. Dipanggil dan Dinasehati
120 120. Jalan-Jalan Kedesa
121 121. Bertemu
122 122. Istri Kedua
123 123. Kenyataan Pahit
124 124. Aku Setuju
125 125. Bertemu Rabi
126 126. Menyelidiki
127 127. Rasa Bersalah
128 128. Tetangga Julid
129 129. Pertemuan Yang Mendebarkan
130 130. Merasa Dicurigai
131 131. Ternyata
132 132. Tidak Cocok
133 133. Bakat Bisnis
134 134. Kedatangan Pak Sulasmo
135 135. Diam-Diam Memperhatikan
136 136. Pertemuan Dua Saudara
137 137. Berdebar-Debar
138 138. Apa Mungkin Ini Cinta
139 139. Minum Kopi
140 140. Tak Kuasa Melawan Rasa
141 141. Rambut
142 142. Hasilnya
143 143. Tak Sengaja Bertemu
144 144. Curhat
145 145. Semua Merestui
146 146. Salah Sangka
147 147. Menyatakan
148 148. Bahagia
149 149. Harus Bagaimana
150 150. Sakit
151 151. Dimaafkan
Episodes

Updated 151 Episodes

1
1. Kenyataan Pahit
2
2. Pulang Membawa Luka
3
3. Lamaran Dari Seseorang
4
4. Nasihat Ayah
5
5. Bertemu Mantan
6
6. Pergaulan Anggara
7
7. Ternyata
8
8. Penyesalan Andrea
9
9. Permintaan Maaf
10
10. Pertengkaran
11
11. Elena Bimbang
12
12. pernikahan Elena dan Anggara
13
13. Kisruh Diacara Resepsi
14
14. Ketahuan
15
15. Alasan Anggara
16
16. Malam Pertama Tidak Romantis
17
17. Syukur Membawa Bahagia
18
18. Memulai
19
19. Berapa pun Pemberianmu
20
20. Kedatangan Nina
21
21. Memaafkan
22
22. Antara Hidup Dan Mati
23
23. Menata Kembali
24
24. Diluar Dugaan
25
25. Mengenang
26
26. Bahagia
27
27. Rempeyek Udang
28
28. Bawa Kedukun Saja
29
29. Terpikat Tanpa Pemikat
30
30. Semua Setuju
31
31. Meminta Restu
32
32. Kecewa
33
33. Istri Tetangga
34
34. Dicurigai
35
35. Menyelamatkan Rena
36
36. Sedih
37
37. Marah
38
38. Tak Sadarkan Diri
39
39. Bersujud
40
40. Terus Berdoa
41
41. Menikah Tanpa Cinta
42
42. Main Serang Saja
43
43. Lelah
44
44. Kesal
45
45. Mengambil Gunting
46
46. Ingin Meraba Perut Sixpack
47
47. Terpana
48
48. Anugerah Luar Biasa
49
49. Berkunjung Kerumah Ibu
50
50. Mendadak Ramah
51
51. Kami Bangga Padamu
52
52. Diajak Nikah
53
53. Bertemu Mantan
54
54. Penyesalan
55
55. Meminta Kembali
56
56. Merayu
57
57. Menemui Kekasih Istri
58
58. Pura-Pura
59
59. Keterlaluan
60
60. Kejujuran Yang Menbuat Luka
61
61. Anugerah Terindah (POC Elena)
62
62. Pulang
63
63. Menasehati
64
64. Aku Ra Popo
65
65. Dinodai
66
66. Trauma Orang Kaya
67
67. Direstui
68
68. Bulan Depan Saja
69
69. Khawatir Cintanya Memudar
70
70. Gampang Lapar
71
71. Masih Marah
72
72. Yang Waras Ngalah
73
73. Dimasak Dengan Penuh Harapan
74
74. Tidak Sadar Diri
75
75. Perbaiki Diri
76
76. Aku Berjanji
77
77. Kedatangan Nenek Rabi
78
78. Terpaksa Menahan Emosi
79
79. Bertemu Seseorang
80
80. Membatalkan Pernikahan
81
81. Marah Sekali
82
82. Hanya Ada Dua Pilihan
83
83. Sudah Stabil
84
84. Lima Orang Berpakaian Putih
85
85. Tiada Maaf
86
86. Belajar Mengendalikan Emosi
87
87. Kawini Ibuku
88
88. Susah Senang Selalu Bersama
89
89. Melamar
90
90. Berfikir Ulang
91
91. Pantang Menyerah
92
92. Menanti
93
93. Pernikahan
94
94. Malam Pengantin
95
95. Tidak Bereaksi
96
96. Cintaku Seluas Gurun Sahara
97
97. Pergi Melamar
98
98. Pernah Menyentuhnya.
99
99. Kalah Rupa Kalah Rasa
100
100. Menjerit Histeris
101
101. Mencari
102
102. Bertemu Seseorang
103
103. Sedih
104
104. Talak
105
105. Menyesali
106
106. Kehilangan
107
107. Mencoba Menerima
108
108. Menjenguk
109
109. Ulang Tahun
110
110. Pelukan
111
111. Bercerita
112
112. Perasaan
113
113. Telat Bayar Kontrakan
114
114. Tidak Terima
115
115. Di Fitnah
116
116. Gugup
117
117. Siapa Papaku
118
118. Sifat Warisan Papa
119
119. Dipanggil dan Dinasehati
120
120. Jalan-Jalan Kedesa
121
121. Bertemu
122
122. Istri Kedua
123
123. Kenyataan Pahit
124
124. Aku Setuju
125
125. Bertemu Rabi
126
126. Menyelidiki
127
127. Rasa Bersalah
128
128. Tetangga Julid
129
129. Pertemuan Yang Mendebarkan
130
130. Merasa Dicurigai
131
131. Ternyata
132
132. Tidak Cocok
133
133. Bakat Bisnis
134
134. Kedatangan Pak Sulasmo
135
135. Diam-Diam Memperhatikan
136
136. Pertemuan Dua Saudara
137
137. Berdebar-Debar
138
138. Apa Mungkin Ini Cinta
139
139. Minum Kopi
140
140. Tak Kuasa Melawan Rasa
141
141. Rambut
142
142. Hasilnya
143
143. Tak Sengaja Bertemu
144
144. Curhat
145
145. Semua Merestui
146
146. Salah Sangka
147
147. Menyatakan
148
148. Bahagia
149
149. Harus Bagaimana
150
150. Sakit
151
151. Dimaafkan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!