"Maiza..ayo sarapan" teriak Maima didepan pintu kamar Maiza.Mami Keinna dan Nero berada di meja makan tanpa ada sepatah katapun yang keluar dari mulut mereka karena Nero masih kesal sama maminya itu.
Maima beberapa kali memanggil dan mengetuk pintu kamar Maiza tetapi tak ada jawaban,Maima pun membuka pintu kamar Maiza yang ternyata tidak dikunci.
"Za,ayo sarapan.Udah ditunggu mami dan Nero tuh dimeja makan" ucap Maima yang kepalanya menyembul dibalik pintu.Tetapi,setelah Maima melihat kedalam kamar Maiza tidak ada disana.Maima pun masuk sambil memanggil nama Maiza yang Maima kira Maiza ada di kamar mandi.Tetapi setelah Maima mendekat ke kamar mandi tidak ada suara apapun dari dalam kamar mandi.Kemudian Maima membuka pintu kamar mandi itu dan benar saja ternyata isinya kosong.Maima memeriksa lemarinya Maiza dan lemarinya juga kosong,pakaian Maiza sudah tidak ada dilemari itu.
"Nero...mami...Maiza tidak ada dikamarnya" teriak Maima.
Mami Keinna dan Nero pun langsung menghampiri Maima dikamarnya Maiza setelah mendengar teriakan Maima.
"Mami,Nero..Maiza tak ada disini sepertinya dia pergi,baju-bajunya juga tidak ada" ucap Maima sambil menangis ketika mami Keinna dan Nero masuk ke kamar itu.Mami Keinna lalu memeluk Maima untuk menenangkanya,sedangkan Nero memeriksa sekali lagi kamarnya Maiza dan Nero menemukan sesuatu yaitu sepucuk surat yang tersimpan diatas nakas dekat tempat tidurnya Maiza.Nero mengambil surat itu lalu membukanya,setelah dibaca ternyata Maiza pamit pergi dari rumah itu dan dari keluarga mami Keinna.
"Maiza,kenapa kamu seperti ini" ucap Nero yang bingung mau mencari Maiza kemana.
Mami Keinna mengambil suratnya Maiza dari tangan Nero kemudian membacanya dengan menitikana air mata.
"Maiza...ma'afin mami nak" lirih Mami Keinna.
Melihat itu Nero memeluk maminya dan mami Keinna menangis dipelukan Nero.
"Maiza..kamu dimana nak,Maiza sendirian nero..mami khawatir..mami gak akan bisa ma'afin diri mami jika terjadi sesuatu pada Maiza" ucap mami Keinna dalam tangisnya.
"Jangan begitu mam,tenangkan diri mami..kita berdo'a semoga Maiza baik-baik saja diluar sana" Nero berusaha menenangkan maminya.
"Cari Maiza...tolong cari adikmu Nero..temukan dia..bawa dia kerumah ini lagi" pinta mami Keinna.
"Nero akan mencari Maiza dan Maiza pasti akan kembali kerumah ini,mami tenang ya" sekali lagi Nero menenangkan maminya agar maminya tak jatuh sakit.
Nero langsung menghubungi orang-orangnya untuk mencari informasi tentang keberadaan Maiza.Sambil menunggu hasil dari informannya Nero masih berusaha menenangkan mami dan Maima,terlebih lagi istrinya itu sedang hamil.
...----------------...
Sementara di apartemen Dipta,Dipta dan Maiza benar-benar menikmati suasana sunrise yang indah.
Dipta sesekali tersenyum sambil menatap Maiza.
"Kenapa?" tanya Maiza tanpa melihat kearah Dipta karena dia tidak ingin tatapan mata nya bertemu dengan tatapanya Dipta yang mungkin akan menyebabkan dia salah tingkah lagi seperti semalam.
"Bagaimana perasaanmu sekarang?" Dipta balik bertanya pada Maiza.
"Hmmm..sedikit lebih tenang,walaupun...kalau boleh jujur hatiku sedang tidak baik-baik saja" jawab Maiza santai.
"Apa yang akan kamu lakukan hari ini?" tanya Dipta lagi.
"Masih belum tau,tapi yang pasti aku akan mencari tempat tinggal baru"
"Hei,kenapa mesti mencari tempat tinggal? Apa kamu gak nyaman tinggal disini?"
Maiza tersenyum lalu mengarahkan pandanganya pada Dipta,dan Dipta pun menyambut itu.
"Ayo lah...aku harus punya tempat sendiri,ini kan tempatmu aku tak mau jadi merepotkanmu" ujar Maiza.
"Aku senang kalau kamu mau tinggal disini,aku sama sekali gak merasa direpotkan" ucap Dipta.
"Tinggal disini?"
"Hm"
"Bersamamu?"
"Iya,kalau kamu mengizinkanku,aku bisa tinggal bersamamu dengan senang hati" jawab Dipta sedikit berbisik ditelinga Maiza.
"Kamu gila ya" ucap Maiza ketus.
"Kenapa?" tanya Dipta pura-pura tak mengerti.
"Kita bukan suami istri gak ada alasan untuk tinggal bareng" Maiza sedikit kesal.
"Kalau aku memintamu menjadi istriku apa kamu mau?" Dipta memanfa'atkan keadaan.
"Untuk sekedar tinggal bersama?"
"No,tetapi karena aku mencintaimu"
"Kamu bercanda,udah ah gak lucu" Maiza sedikit kesal pada Dipta yang segampang itu memintanya jadi istrinya.
"Aku serius" ucap Dipta dengan wajah yang benar-benar menunjukan keseriusanya dan membuat Maiza seketika terdiam.
"Bagaimana?" tanya Dipta.
"Tidak bisa" jawab Maiza singkat.
"Kenapa? Apa kamu tak menyukaiku atau dihatimu sudah ada orang lain?" Dipta bertanya dengan hati yang dag dig dug takut jawaban Maiza ada diantara salah satu pertanyaanya itu,tetapi Maiza menggelengkan kepala membuat hati Dipta sedikit tenang.
"Terus apa?" Dipta terus saja bertanya alasanya karena dia memang seniat itu melamar Maiza,dia selalu ketakutan jika Maiza didapatkan orang lain.Terlebih lagi saingan Dipta sungguh berat yaitu dengan rasa sukanya Kenris pada Maiza.
"Karena kita berbeda" jawab Maiza sambil menunduk.
"Kepercayaan?" tanya Dipta pelan dan Maiza pun mengangguk.
Dipta menarik nafas dalam ternyata dia baru menyadari benteng diantara dirinya dan Maiza begitu tinggi.
"Apa kamu bersedia jadi pacarku?" Dipta mengalihkan pertanyaan.Maiza melihat pada Dipta dengan tatapan heran dan tak mengerti dengan maksud Dipta yang masih bertanya tentang hal itu.
"Jujur aku sangat suka padamu Za,aku mencintaimu dan aku juga takut kehilanganmu tetapi untuk masalah kepercayaan..aku..aku belum memikirkan sampai sejauh itu.Mungkin dengan kita berpacaran akan mudah bagi kita mempelajari kepercayaan satu sama lain dan mungkin dengan kita pacaran kedepanya akan ada jalan keluar untuk kita bisa menikah" ujar Dipta yang berusaha meyakinkan Maiza akan keseriusanya.
"Aku ingin tak ada istilah pacaran dihidupku jika memang sudah ada niat baik buat menikah kenapa tidak.Namun ini mungkin terdengar sangat egois, tetapi ini lah prinsipku aku akan selalu pada keyakinanku jangan pernah berfikir aku akan berpaling karena aku pastikan itu tidak mungkin.Dan aku juga tak ingin merebut seseorang dari Tuhannya.Jadi,alangkah baiknya sebelum melangkah terlalu jauh aku ingin kamu mempertimbangkanya lagi karena aku takut jika kita melangkah terlalu jauh nanti akan jadi sesuatu hal yang menyakitkan bagi kita" ucap lembut Maiza dengan senyumannya.
"Jadi,aku ditolak nih?" Dipta sedikit menggoda Maiza karena Dipta tak mau Maiza sampai kefikiran dengan pembahasan mereka barusan.Dipta tak mau menambah beban fikiran untuk Maiza.
"Ya begitulah" jawab Maiza sambil mengangkat kedua bahunya.
Mereka berdua pun tertawa.
"Bagaimana jika aku tetap suka padamu dan tidak berhenti mencintaimu?" tanya Dipta kembali serius dengan menatap wajah Maiza yang hanya beberapa centi dari wajahnya.
"Itu hak mu,itu diluar kendaliku" jawab Maiza yang tak sadar menatap balik Dipta.
Timbulah akal bulus Dipta,wajah Dipta perlahan semakin mendekati wajahnya Maiza.Maiza terbawa suasana ia mulai memejamkan matanya dan Dipta semakin yakin dengan aksinya dia pun ikut memejamkan mata.
Namun tiba-tiba "Plok" sebuah bantal kursi menempel diwajah Dipta.
"Maiiizzzaaa" teriak Dipta dari dalam bantal yang menempel diwajahnya itu,Maiza pun tertawa.
"Lagian main sosor aja dasar otak m*sum" Maiza mengumpat sambil berjalan kekamarnya meninggalkan Dipta.Dipta garuk-garuk kepala yang tak gatal menyesali tingkah nekatnya barusan.
"Terimakasih bagi yang telah membaca,jangan lupa like dan komen sebagai penyemangat untuk bab selanjutnya"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments