Hari berikutnya Maiza keluar dari ruang kelas dengan menggunakan hoodie dan masker.Dalam perjalanan pulang Maiza selalu waspada melihat sekeliling dan kalau sudah dirasa aman baru dia akan melangkah dengan tenang.Setelah Maiza turun dari bus di halte dekat rumahnya dengan aman dia merasa lega.
"Hufff..." Maiza menarik nafas yang dalam kemudian ia membuka masker dan hoodie nya.
Maiza berjalan pulang kerumahnya dengan hati yang tenang.Tetapi ketenangan Maiza tak bertahan lama,ia dari kejauhan melihat sebuah mobil terparkir di halaman rumahnya,Maiza tak mengenali mobil itu milik siapa sehingga membuat ia risau.Yang Maiza risaukan mobil itu milik orang yang bertamu kerumahnya,karena Maiza seorang introvert jadi agak kurang nyaman kalau dirumahnya ada banyak orang apalagi orang yang ia sendiri gak terlalu mengenalnya.Tetapi Maiza berfikir lagi mungkin itu mobil baru abangnya karena kemarin dia bercerita ingin membeli mobil baru jadi Maiza mengira itu mobil abangnya sehingga ia berlari kerumah untuk menemui abangnya yang sudah lama tak bertemu karena dia kuliah diluar kota yaitu di kota G.
"Assalmualaikum" Maiza mengucap salam sebelum masuk rumah.
"Waalaikumsalam" jawab ibu dan seseorang yang duduk diruang tamu bersama ibunya itu.
"Deg" Maiza tertegun melihat siapa orang yang duduk bersama ibunya,Maiza menatap dingin orang itu,tetapi dia cengengesan dan menyapa Maiza
"hai,apa kabar?"
Ternyata orang itu merupakan orang yang sama yang ketahuan memotret Maiza kemarin.
"Sialan,gue udah waspada sepanjang perjalanan pulang.Udah pakai hoodie dan masker,eh malah nongol disini orangnya" bathin Maiza.Setelah mencium tangan ibunya Maiza kemudian disuruh duduk sama ibunya untuk menemani Dipta tamunya Maiza,ibunya memberi ruang untuk Dipta dan Maiza mengobrol.
"Ngapain sih kamu kesini?" tanya Maiza kesal dengan suara berbisiknya karena takut ibunya dengar.
"Aku cuman ingin ketemu kamu" jawab Dipta dengan suara lantang sambil tersenyum,senyumanya dan suara lantangnya itu membuat Maiza sangat kesal.
"Darimana kamu tau rumahku? Apa jangan-jangan kamu itu pengunti?" ucap Maiza penuh selidik.
"hei..kamu juga bilang aku penguntit? oh Tuhan...!!" Dipta tak habis fikir dicap penguntit oleh tiga orang dalam 24 jam.
"Ya..kalau bukan penguntit dari mana kamu tau rumahku" Maiza bertahan dengan apa yang ia tuduhkan pada Dipta.Dipta menggaruk-garuk kepala yang tak gatal,mau membela diri bahwa dia bukan seseorang seperti yang dituduhkan tetapi dia menyadari bahwa dia tau rumah yang kini dia ada didalamnya yaitu ketika mengikuti Maiza di hari kedua memotretnya.
Dipta akhirnya diam lalu meminta ma'af
"Ma'af,aku minta ma'af.Aku salah telah memotretmu diam-diam dan juga telah mengikutimu diam-diam.Tetapi stop bilang aku penguntit karena aku punya alasan"
"Bukanya penguntit juga punya alasan melakukan semua itu,jadi...apa bedanya" timpal Maiza.
"Berbeda,karena aku bukan penguntit" ucap Dipta tegas.
"Hm..oke" Maiza menyetujuinya.
"Apa masih ada lagi yang mau dibicarakan?" tanya Maiza.
"Apa kamu tak ingin tau alasanku mengapa melakukan semua ini?" Dipta balik bertanya.
"Tidak" jawab Maiza singkat.
"Tetapi aku mau mengungkapkanya supaya aku tidak dicap penguntit lagi,terserah kamu mau mendengarkan apa tidak" Dipta tak mau kalah dan sedikit memaksakan kehendaknya.Maiza mendelikan mata karena baru kali ini ia bertemu dengan orang semenyebalkan Dipta.
"Oke,apa alasanya?" Maiza mengalah.
"Karena aku mengagumi mata indahmu" jawab Dipta sambil menatap mata Maiza.Dan sudah pasti membuat Maiza salah tingkah dan menghindari kontak mata denganya.
Mengetahui hal itu Dipta tersenyum.
"Sekarang hatiku lega sudah minta ma'af padamu"
"Hai..aku Dipta" ucap Dipta sambil mengulurkan tangannya.Dan dengan ragu-ragu Maiza menerima uluran tangan Dipta.
"Siapa namamu nona?" tanya Dipta greget karena perempuan dihadapanya tak kunjung memberitahukan namanya.
"Maiza" jawabnya singkat sambil tersenyum.
"Ya Tuhan Maiza...sepertinya tidak hanya mata indahmu saja yang ku kagumi,sekarang senyumanmu juga" Dipta mulai mengeluarkan gombalan-gombalanya.
Maiza menarik nafas dalam,laki-laki yang ada dihadapanya itu sungguh menguji kesabaranya.
Bak peramal handal Dipta tau bahwa Maiza sudah sangat kesal padanya,maka dari itu Dipta buru-buru pamit karena kalau nekat bertahan disana dengan gombalan-gombalanya takut berakhir dengan pengusiran.Dari karakter Maiza sepertinya bukan seseorang yang mudah baper hanya dari gombalan-gombalan,demikian yang ada dalam fikiran Dipta.Tetapi sebelum benar-benar pamit dari sana Dipta meminta sesuatu pada Maiza,
"Ada ballpoint?" Dipta meminta alat tulis pada Maiza.Maiza pun mengeluarkanya dari tas,lalu memberikanya pada Dipta tanpa bertanya untuk apa.
Dipta lalu mengambil ballpoint itu dan meminjam telapak tangan Maiza,Maiza menurutinya supaya cepat selesai karena ia juga sudah sangat lelah.
Dipta menulis sesuatu ditelapak tangan Maiza,ketika Dipta fokus menulis Maiza diam-diam memperhatikan wajah Dipta yang setengah bule itu,dalam hati dan fikiranya Maiza sangat mengagumi wajah tampannya Dipta.
Dipta sadar Maiza memperhatikanya,lalu ia mengerjai Maiza dengan membalas tatapanya.Maiza terkejut lalu pura-pura melihat sesuatu yang lain disekelilingnya.
Dipta tersenyum sambil melanjutkan menulisnya.
"Selesai,tapi jangan dibuka dulu.Nanti kalau aku sudah tidak ada disini baru boleh" ucap Dipta sambil menggenggamkan tangan Maiza.
"Oke Maiza..aku pulang,sampai ketemu dilain waktu" Dipta pamitan pada Maiza,dan Maiza pun mengangguk.
Setelah Dipta tidak ada lagi disana,Maiza pun membuka genggaman telapak tanganya,dan ternyata isinya nomor ponselnya Dipta,juga sebuah perintah supaya Maiza menghubunginya.
Maiza tersenyum dengan apa yang terjadi padanya dan tak pernah terbayangkan sebelumnya untuk bertemu dengan orang seperti Dipta.
...----------------...
Dipta melajukan mobilnya menuju penginapan dengan hati yang bahagia.Sesampainya dipenginapan disambut Kaili yang sangat ingin tahu apa yang dilakukan Dipta hari ini.Sebenarnya Kaili dan Kenris kedua sahabatnya Dipta sangat mendukung Dipta dalam hal ini tetapi mereka senang saja menggodanya.
"Bagaimana? Apa yang lo lakukan hari ini?" tanya Kaili dengan rasa penasaranya tinggi karena Kaili tau kalau Dipta suka melakukan hal-hal diluar nalar.
Dipta tidak menjawab hanya senyum-senyum saja sambil duduk didekat Kenris yang sedang main game diponselnya.
"Melihat dari senyumanya sepertinya dia sedang bahagia" ucap Kenris tanpa menghentikan permainan Gamesnya.
"Ceritakan,gue ingin tau apa yang membuat lo bahagia hari ini?" pinta Kaili pada Dipta dengan sedikit merayu.
"Gue berhasil kenalan dengan gadis itu" jawab Dipta sombong.
"Hah,ko bisa! Bukanya kemarin dia marah sama lo karena ketahuan lo nguntit dia!" Kaili sedikit tak percaya.
"Gue bukan penguntit" ucap Dipta tak suka.
"Oh..iya..sorry" Kaili harus minta ma'af karena tak ingin Dipta marah bisa ribet.
"Gue datang kerumahnya,gue juga bertemu dengan ibunya" Dipta berbangga diri.
"Hah! Apa?" ucapan serentak Kaili dan Kenris,mereka terkejut dengan Dipta yang nekat datang kerumah gadis itu,sampai-sampai Kenris yang lagi main Games berhenti seketika.
"Lo gila ya!" ucap Kenris dan Kaili,yang dibalas cengengesan Dipta.
"Ya gak apa-apa,gue cuman modal nekat aja jadi bisa minta ma'af padanya dan bisa kenalan denganya juga" sekali lagi Dipta membanggakan diri.
"Dari mana lo tau rumah gadis itu?" Kaili masih penasaran.
"Ya pastinya hasil nguntit lah apa lagi" savage nya Kenris keluar dan semua terdiam.
...----------------...
Ketika Maiza lagi mengerjakan tugas sekolahnya,satu pesan masuk di ponselnya.Maiza membuka pesan diponselnya itu,
"Hai"
Karena nomornya baru jadi Maiza abaikan.Tak lama satu pesan lagi masuk ke ponselnya.Maiza pun membukanya,
"Kenapa gak balas? Aku menunggu kamu menghubungiku dari tadi"
Dengan bunyi chat seperti itu bisa dipastikan itu Dipta.
"Dari mana kamu tau nomorku?" Maiza membalas pesan Dipta,karena dia penasaran yang ntah dari mana Dipta tau nomor ponselnya.Kemudian merekapun berbalas chat.
"*Rahasia,aku akan berusaha mencari tau apa yang aku inginkan" *
"Baiklah,aku lupa kalau kamu itu seorang penguntit"
"Hey...jangan pernah bilang aku penguntit,karena aku bukan penguntit,aku tak terima itu"
"Terus darimana tau no ini kalau kamu gak nguntit?"
"Aku tau dari ibumu"
"Aish...ibuuukk..." Maiza kesal pada ibunya.
"ibu,apa ibu yang memberi nomor ku pada laki-laki yang tadi siang kesini?" tanya Maiza pada ibunya.
"Iya,katanya nomormu hilang diponselnya jadi ibu kasih" jawab ibu nya datar.
"Aaaaaaaahhhhhhh" Maiza mengacak-ngacak rambutnya karena kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments