Selama Maiza dirawat dirumahsakit selama itu pula Dipta menemani Maiza disana bergantian dengan kedua orang tua nya Maiza.Sedangkan Kenris dan Kaili kembali kenegara A mengurus pekerjaan mereka.
Dipta menunjukan rasa sayang dan perhatianya pada Maiza.Mulai dari menyuapi Maiza makan,sampai menemani Maiza jalan-jalan ditaman rumahsakit.Dan perhatian yang diberikan Dipta untuknya membuat Maiza mulai merasa nyaman terhadap Dipta.
Nero melihat Dipta yang sangat perhatian terhadap adiknya perlahan hatinya luluh tidak ada lagi rasa marah dan tak suka terhadap Dipta.
Begitupun dengan kedua orang tua Maiza mereka senang terhadap Dipta,Dipta yang pandai mengambil hati kedua orang tua nya membuat Maiza merasa tenang.
"Satu sendok lagi Za!" ucap Dipta yang menunggu Maiza melahap sendok makan yang berisi sayur dihadapanya itu,tetapi Maiza tidak mau.
"Aku mau ke toilet" pinta Maiza.
Tanpa aba-aba Dipta pun menggendong Maiza ala bridal style,Maiza kaget dan minta turun.
"Dipta,jangan seperti ini.Turunkan aku,aku malu" rengek Maiza.Tetapi Dipta tak mendengarkan dia terus saja berjalan kearah toilet.
Setelah sampai barulah Dipta menurunkan Maiza lalu ia keluar dari toilet dan menutup pintunya untuk Maiza.
Maiza didalam toilet mematung,dia menarik nafas dalam menenangkan diri karena kejadian barusan begitu cepat.
"Kalau seperti ini terus jantung gue gak aman,makin lama saja gue dirumahsakit ini" gumam Maiza.
"Za,kalau selesai kasih tau ya.Aku disini gak kemana-mana" pesan Dipta dari luar toilet.
"Iya" Maiza menyetujuinya walau terpaksa.
Perhatian-perhatian yang dilakukan Dipta pada Maiza ada yang membuat Maiza senang dan ada juga yang membuat Maiza tertekan.Tetapi itu tak masalah karena Maiza melihat ketulusan di diri Dipta.
Perlahan kondisi Maiza membaik,Maiza diperbolehkan pulang dengan catatan selalu cek kesehatanya secara rutin,dan itu sudah pasti dilakukan oleh Nero.
Hari itu Maiza pulang ke kota G dinegara D,Maiza pulang kerumah mami Keinna tidak kerumah orang tuanya di kota B karena Maiza harus kontrol rutin oleh Nero dan juga Maiza kuliah disana.
Dipta ikut mengantar kepulangan Maiza ke negara D.
Sesampainya Dirumah mami Keinna,dua wanita yang sangat menyayangi Maiza menyambutnya,siapa lagi kalau bukan kakak dan maminya.
Mami Keinna memeluk erat anak perempuanya itu dengan mata berkaca-kaca.
"Selamat datang dirumah sayang...mami senang sekali kamu sudah bisa pulang" ucap mami Keinna.
Maiza menyeka air mata maminya,
"Sudah jangan menangis mam,abang gak akan membiarkanku kesakitan,dia pasti akan berusaha menyembuhkanku" ujar Maiza.
"Pasti,abangmu pasti akan seperti itu" ucapan lirih mami Keinna sambil tersenyum.
"Maiza,ma'afkan aku" ucap Maima sambil memeluk Maiza dengan berlinang air mata.
"Jangan menangis kakakku sayang,bayi nya nanti jadi sedih kalau ibunya menangis" Maiza berusaha menenangkan kakaknya.
"Aku gak akan lagi menyusahkanmu Za" ujar Maima yang masih terisak.
"Kakak gak pernah menyusahkanku,aku senang berbagi barang-barang yang aku punya dengan kakak,dan intinya aku senang punya kakak seperti kak Maima" ujar Maiza sambil tersenyum dan Maima pun ikut tersenyum.
...----------------...
Setelah mengantar Maiza pulang,Dipta pun pamit.
Dipta pulang ke tempat kelahiranya yaitu pulau B.Dalam hati kecil Dipta ia ingin melihat ibunya yang sudah lama tak bertemu,cuman Dipta tak ingin ibunya tau kalau dia ada di pulau B karena ia tidak ingin bertemu ibunya itu,dia masih marah terhadap ibunya.
Dipta hanya ingin melihat keadaan ibunya dari kejauhan dan setelah itu dia pulang ke negara A untuk melanjutkan kembali hidupnya.
Sesampainya di pulau B,Dipta langsung mencari keberadaan ibunya.Aktivitas yang dilakukan ibunya setiap hari sama,hal itu membuat Dipta lebih mudah mengetahui keberadaan ibunya.
Dan ternyata benar sore itu ibunya terlihat ditepi pantai belakang rumahnya sambil membaca buku.Dipta melihat ibunya sehat hatinya bahagia,namun ia hanya bisa melihat ibunya itu dari kejauhan saja.
Dipta berada didalam mobil yang terparkir disekitaran rumahnya.Ia merebahkan sedikit tubuhnya dikursi kemudi sambil memejamkan mata,seketika itu pula bayangan dirinya kecil terlintas difikiranya.ia teringat disaat ibunya membawanya ditengah malam buta menemui seseorang yang sama sekali ia tak mengenalnya lalu ibunya menitipkanya pada orang itu dan ibunya pergi begitu saja tanpa menoleh lagi.
"Tttiiiidddak ibu" teriak Dipta seketika ia tersadar dengan nafas terengah dan keringat dikening.
"Tok tok tok" suara kaca mobil diketuk seseorang,setelah Dipta menoleh ternyata itu ibunya.Ibunya memberikan kode supaya Dipta keluar,dan mau tak mau Dipta pun keluar dari mobil untuk menemui ibunya.
Tanpa bicara ibunya berjalan kearah rumah mereka,namun Dipta tak ingin masuk kerumah itu.
"Aku tidak akan masuk kesana,aku akan pergi" ucap Dipta.Namun ibu nya tidak mendengarkan.dia terus saja berjalan.
"Aku tidak akan masuk kesana,aku akan pergi" kedua kalinya Dipta berucap,seketika itu juga ibunya menghentikan langkah.
"Apa kamu akan seperti ini terus selamanya?" tanya lirih bu Kara ibunya Dipta yang masih mematung.
"Ya" jawab Dipta singkat.
"Apa yang mesti ibu lakukan supaya kamu mema'afkan ibumu ini?" tanya bu Kara lagi sambil menoleh kearah anak laki-laki semata wayangnya itu.Bu Kara melihat Dipta menunduk tanpa berani melihatnya.
"Apa yang mesti ibumu ini lakukan untuk mendapatkan ma'afmu nak?" tanya bu Kara dengan nada lembutnya seorang ibu.
"Siapa ayahku?" Dipta mengajukan pertanyaan yang membuat ibunya terdiam seketika.
"Dimana dia? Apa dia masih hidup?" tanya Dipta lagi,seketika air mata bu Kara menetes.
"Pergilah" pinta bu Kara pada Dipta masih dalam posisi terpaku.
Dipta menyeringai,Dipta tak menyangka ibunya lebih memilih membiarkanya pergi dari pada menjawab pertanyaanya.
"Baiklah,aku akan pergi.Jaga diri ibu" ucapan perpisah Dipta.Sebelum melangkah Dipta juga berucap,
"Selama ibu seperti ini terus,selama itu pula hubungan kita tak akan membaik.Yang aku pertanyakan penjelasan ibu tetapi yang ku dapatkan hanyalah pengusiranku.Dipta melangkah masuk kedalam mobilnya,lalu ia melajukan mobil pergi dari sana meninggalkan ibunya yang masih terpaku berdiri. Dengan rasa kecewa dan rasa sakit dihati terhadap ibunya.,Dipta melajukan mobilnya dengan kencang.
"Ma'afkan ibu nak" ucap lirih bu Kara ketika melihat mobil Dipta semakin menjauh.Ia berjalan lunglai kedalam rumah dengan air mata tak henti-hentinya menetes dipipi.
...----------------...
Setelah posisi Dipta jauh dari rumah ibunya,ia melipir memarkirkan mobil dipinggir jalan.Hatinya terluka untuk kesekian kalinya.Dipta kecil yang terlunta-lunta pindah dari satu tempat ketempat lain dengan orang yang berbeda-beda dan tidak ia kenal,sedangkan ibunya tak tau dimana.Sampai saat ini Dipta tak pernah tau alasan dibalik semua itu dan masih menjadi pertanyaan sampai detik ini setiap Dipta menanyakan hal tersebut pada ibunya dia tak pernah memberikan jawaban.
"Apa sebenarnya yang ibu sembunyikan dariku,bu?" gumam Dipta.
Dipta sangat sayang pada ibunya tetapi dia juga marah dengan apa yang telah dilakukan ibunya pada dirinya selama ini tanpa tau alasan yang pasti,sehingga hubungan Dipta dan ibunya tak pernah baik sampai detik ini.
"Terimakasih untuk yang sudah membaca,jangan lupa like komen sebagai penyemangat bab selanjutnya"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments