Hans_It could be, right? _Mungkin saja kan?_ Kaki tangan Tuan Thakur masih setia pada bosnya. Juga jaringan Ferdi Gunaldi masih ada kan?_
Bramasta_Setelah kejadian yang menimpa Agung?? No way!_
Hans_Kan baru praduga gue, Bram. Shadow Team gue masih memantau pergerakan anak buah Tuan Thakur. Walaupun pasti Tuan Vijay pasti mengetahuinya juga. Tapi setidaknya kita ada tindakan preventif, Bram_
Bramasta_Gue gak mau ada apa-apa lagi yang menimpa orang-orang kita_
Leon_Semua juga berharap seperti itu, Bram_
Agung_Bro... jangan-jangan ada kaitannya dengan mimpi lu, Ndra_
Indra_Gue sih gak kepikiran ke sana. Yang gue pikirkan cuma cewek yang kena spion gue. Lu bisa lacak dia, Ton?_
Anton_Buruan ke kantor, kita lihat di ruangan gue ya. Mudah-mudahan kualitas resolusi gambarnya bagus. Sekalian kita lihat mobil boks tersebut memang kiriman seseorang buat celakain lu atau memang hanya seorang stupid driver_
Indra_OK, gue cabut sekarang_
Bramasta_Yakin lu udah gak apa-apa, Ndra?_
Indra_Absolutely sure. Gue otewe nih_
Leon_Ton, sedot video lagi sebelum kejadian dan setelah kejadian, masing-masing 10 menit, ikuti pergerakan mobil boks putih_
Anton_OK, insyaa Allah Bang Leon, gue bakal usahain_
Indra mengetuk ruangan Bramasta lalu membuka pintunya.
“Assalamu’alaikum, Boss.”
“Wa’alaikumussalam. Gue khawatir banget, Ndra!” Bramasta merangkul sahabat masa kecilnya sekaligus sekretarisnya.
“Alhamdulillah gue masih dijaga Allah.”
“Jadwal gue hari ini apa?”
Indra melirik gawainya membuka fitur seperti buku agenda dengan beberapa keistimewaan. Fitur buatan anak-anak IT-nya B Group. Fitur aplikasi yang sudah dilaunching di playstore 6 bulan lalu dan banyak didownload di beberapa negara.
“Gak ada yang spesifik. Jam 13.00 ada meeting di X Mall dengan Tuan Aryo dari Terumbu Emas tentang kerjasama budidaya rumput laut.”
“Gue ajak Disti ya ketemuan di sana. Dia udah manyun terus pengen main ke mall tapi gak jadi mulu.”
“Meeting sekalian ngasuh istri?”
“After meetingnya,” Bramasta tersenyum dengan mata menerawang.
“Dih, mulai lagi deh senyum-senyum sendiri.”
“Lu juga ikut, Ndra. Lu butuh refreshing juga setelah kejadian tadi. Tanding permainan basket, bagaimana?”
Indra tersenyum lebar, “Siapa takut. Tapi awas loh kalau kalian berdua bucin-bucinan depan gue.”
“Kalau yang itu sih gue gak bisa janji, Ndra,” Bramasta terkekeh sambil membuka pintu ruangannya, “Yuk kita ke ruangan Anton.”
Indra mengetuk ruangan Anton yang memegang divisi Architecture and Landscape di B Group.
“Assalamu’alaikum,” Indra menongolkan kepalanya dari balik pintu.
Anton yang tengah asyik bekerja dengan pena grafisnya menengadah.
“Wa’alaikumussalam, masuk Bro. Eh, ada Pak Boss juga.”
“Bagaimana? Gambarnya bagus?” tanya Indra to the point.
“Kamu lagi ngerjain lahan Garut tahap 2, Ton?” tanya Bramasta sambil mengamati gambar-gambar kerja yang terpampang di beberapa monitor.
“Iya Pak Bos,” untuk masalah pekerjaan, bahasa mereka menjadi formal sekarang, beda saat mereka sedang hangout atau sedang di WAG, “Masih terkendala dengan bagian ini.”
“Kenapa?” Indra mengernyit.
“Berbatu. Batunya besar-besar,” Anton mengetikkan sesuatu pada komputernya lalu menggerakkan mouse-nya. Foto-foto site tampak pada layar.
“Wow.. lahan punya siapa ini?” tanya Indra.
“Kalau dari surat-suratnya, ini lahan milik Pak Gumilar yang baru dibeli 2 bulan yang lalu.”
“Ayah kenapa beli lahan berbatu besar seperti ini ya?” Bramasta menatap keheranan.
“Mengandung emas, maybe? Bapak mertua Boss kan dosen Geologi, pasti lebih mengerti lah..” kata Indra.
“Susunan batu ini kok seperti...” kemudian menoleh pada Anton, “Ton, ada penampakan atas gak? Bikin pencitraan site pakai drone kan?”
Anton mengangguk. Lalu kembali menggerakkan kursor untuk memilih video.
“Wah.. ini sih sepertinya batu situs purbakala. Nanti saya tanya ke Ayah.”
Bramasta dan Indra duduk di depan meja kerja Anton diikuti Indra. Anton sudah menyiapkan video yang dibahas di WAG.
“Jadi bagaimana?” tanya Indra dan Bramasta bersamaan.
Keduanya berpandangan lalu terkekeh bersama. Anton memandang mereka dengan wajah melongo.
“Pantas saja Agung menjuluki Pak Bos dan Bang Indra: kembar tak identik..”
Indra dan Bramasta semakin terkekeh.
“Yang mana nih yang bagaimananya?” tanya Anton.
“Request gue dulu, Ton.. Kan gue yang mengalami kejadian tadi..” kata Indra.
Anton mengangguk.
Anton menghubungkan laptopnya dengan proyektor yang memproyeksikan video pada dinding di belakangnya. Menggerakkan mouse-nya dengan lincah dengan meng-klik beberapa ikon pada laptopnya kemudian video muncul pada dinding.
Anton men-zoom gambar wanita berkerudung coklat itu. Sudut pandang kamera tidak memungkinkan wajah si wanita tampak. Bahkan saat wanita tersebut terkena spion mobil Indra pun wajahnya masih tidak tampak.
Namun saat wanita tesebut hendak menyeberang jalan, wajahnya menengok ke kanan.
“Itu dia!” seru Indra.
.
***
Akhirnya ketemu juga...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments