Tawa mereka berhenti saat Indra menghampiri mereka berdua.
“Tata.. si Om mawah. Tita tawain..._Kakak..si Om marah. Kita ketawain.._” suara si Adik terdengar cemas.
“Kita pura-pura gak lihat dia saja Dik..” bisik si Kakak dengan keras.
Indra tersenyum melihat mereka.
“Halo... mau main basket juga?” tanya Indra.
Si Kakak diam saja menatap Indra dengan pandangan menyelidik.
Si Adik menggeleng, “Ga Om. Bum bisya. Bewat bowana..besyar.._Gak Om. Belum bisa. Berat bolanya..besar.._”
“Ih Adik bawel. Si Om emangnya ngerti, apa kata Adik?”
“Gak apa-apa, Kak. Om ngerti kok apa kata Adik,” Indra berlutut mensejajarkan diri dengan tubuh si Kakak.
“Masa?” si Kakak merasa sangsi.
Indra mengangguk, “Kata Adik, Adik belum bisa main basket. Bolanya berat dan besar. Iya kan?”
Si Adik tersenyum lebar pada Indra memamerkan deretan giginya yang putih dan rapi.
Indra mengajak toss pada si Adik. Adik menyambut tossnya.
“Eh, kok Om bisa mengerti bahasa Adik?”
“Ngerti dong.. karena kita nyambung..” Indra tertawa dengan ucapannya sendiri, “Nama Om, Indra. Om Indra. Kakak siapa dan nama adik siapa?”
“Kakak Alif.”
“Adi Abay.”
“Abay?” dahi Indra berkerut.
“Akbar, Om.. Pannggilannya Abay.”
Indra mengajak toss lagi kepada mereka semua.
“Tata.. men obih yu_Kakak.. main mobil yuk_,” Akbar menunjuk mainan mobil pemadam kebakaran.
“Tapi kartu kita hampir habis isinya, Dik. Kakak masih ingin main itu..” Alif menunjuk permainan hockey yang menggunakan meja.
“Kakak Alif dan Adik Abay main mobil-mobilan dulu aja ya berdua. Nanti baru main hockey table. Pakai kartu punya Om.”
“Isinya masih banyak, Om?”
Indra mengangguk sambil tersenyum.
“Maacih Om..”
“Sama-sama. Yuk..”
Dari kejauhan Bramasta memperhatikan mereka bertiga. Diam-diam dia mengambil gambar dengan kamera handphonenya.
“Bang Indra sama siapa tuh?” tanya Adisti.
Bramasta menggeleng.
“Abang gak kenal? Bukan saudaranya?”
Bramasta menggeleng lagi.
“Isssh Abang kenapa ditanya diam saja sih?”
“Kan Abang sudah jawab pakai gelengan..”
Adisti mencebik.
Mereka berdua duduk di dalam mobil pemadam kebakaran. Indra menggesek kartu. Suara musik mulai terdengar, mobil pemadam kebakaran mulai bergoyang ke kanan dan ke kiri, maju dan mundur. Si Kakak tampak antusias memutar setir sedangkan si Adik sibuk menirukan suara sirene, “Uwi..uwi..uwi... Mindiwl..mindiwl..tita mo ewa_Minggir..minggir.. kita mau lewat_!”
Indra tertawa. Lalu melihat ada 2 helm merah pemadam kebakaran di bagian belakang mobil lalu memakaikannya kepada Alif dan Abay.
Keduanya sangat senang dengan helm itu. Sangat bangga memakainya. Agung memfoto mereka berdua dan juga ikut mengambil gambarnya bersama mereka.
“Ndra..” Bramasta memandang Indra dengan tatapan bertanya.
“I’ve found them!_Aku sudah menemukan mereka!_” wajah Indra terlihat begitu bahagia saat mengatakannya.
Bramasta berdiri mematung. Menatap Indra dan kedua anak kecil itu bergantian.
“Found who?” tanya Adisti.
Adisti menoleh pada suaminya
yang tengah memandangi Indra dan kedua anak laki-laki itu.
“Bang?”
Bramasta tergagap lalu mengusap wajahnya.
“Nanti Abang ceritain.”
“Beli minum dulu yuk,” ajak Adisti.
Bramasta mengangguk.
“Ndra, kita ke food counter ya. Haus,” Bramasta melambai ke arah Indra.
Indra balas melambai dan mengangguk.
Musik dari mobil pemadam kebakaran berhenti. Goyangan mobil pun berhenti.
“Ayo turun..kita main hockey table ya.”
“Asyiiiik!” Alif bersorak.
“Hoye..!” Abay bertepuk tangan.
Alif meloncat keluar dari mobil pemadam.
Indra meraih tubuh Abay dalam gendongannya. Mereka bertiga berjalan ke arah permainan hockey table.
Indra mendorong bangku pijakan untuk Abay. Alif sudah tinggi untuk bermain tanpa bangku pijakan. Indra menggesek kartunya.
Benda plastik pipih yang menjadi bola keluar dari kolong salah satu gawang. Indra mengambilnya lalu meletakkan di atas meja. Alif dan Abay masing-masing sudah memegang alat permainannya.
“Adik duluan ya yang memukul bolanya, Kak,” kata Indra.
Alif mengangguk.
“Abay bisa?” bisik Indra.
“Bisya.. tapi nda kewas_Bisa..tapi nggak keras_.”
“Om bantu?”
Abay mengangguk senang.
“Yeeeey... Om Indra ikut main.. jadi makin seru,” ucap Alif sambil memblokir bola agar tidak masuk ke dalam gawangnya.
“Kakak hebat!”
“Om, pengen pipis,” kata Alif setelah permainan usai.
“Abay uga.”
“Abay gak pakai diapers?”
Keduanya menggeleng.
“Cepetan Om!”
Nah loh!
.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments