Adisti menyikut suaminya. Bramasta menendang kaki Indra dari bawah meja. Indra langsung berdiri sambil menggendong Abay.
Sementara Alif sudah memeluk bundanya.
“Ma’af saya ajak anak-anak untuk makan siang setelah bermain,” Indra mengambil tisu yang disodorkan Adisti untuk mengelap dagu Abay yang belepotan saus bolognese.
“Ah tidak, saya yang justru merasa merepotkan Anda semua,” wanita itu membelai kepala Alif.
“Tidak merepotkan,” sahut Adisti sambil tersenyum, “Kakak dan Adik anak-anak yang manis, kok.”
“Unda...ndong..” Abay mengulurkan kedua tangannya pada bundanya.
“Jangan, Dik. Tangan Bunda kan sedang sakit...” Alif mengingatkan.
Indra, Bramasta dan Adisti langsung memperhatikan tangan wanita itu. Tampak warna ungu dan merah menghiasi punggung tangan kanan wanita itu.
Abay mulai merengek.
“Abay capek ya? Abay ngantuk?” tanya Indra.
Abay mengangguk.
“Bobo digendongan om saja ya? Kasihan Bunda, tangannya sedang sakit,” Indra menepuk-nepuk punggung Abay dengan lembut.
Wanita itu memandang Indra dengan wajah yang tidak enak hati.
“Saya Indra.. Ini Bramasta dan istrinya, Adisti.”
“Saya Arini, kalian ini pasangan yang famous itu?” tanyanya sambil memandang Bramasta dan Adisti bergantian.
“Yang mana ya?” tanya Adisti dengan wajah polos. Bramasta dan Indra terkekeh.
“Tendangan Memutar Adisti, CEO B Group...” kemudian memandang Indra, “Berarti Anda sekretaris CEO B Group?”
Adisti menyengir, Bramasta dan Indra terkekeh.
“Teh Arin, silahkan duduk,” kata Adisti sambil menarik satu kursi lagi dari meja di dekatnya.
“Tentang cedera tangan Teh Arin,” Indra yang sedang menggendong Abay duduk perlahan agar Abay tidak terbangun, “Tadi pagi di dekat Pasar Baru, ada yang memotong jalur saya, karena kaget, saya banting stir ke kiri, kebetulan ada seorang wanita yang baru turun dari trotoar untuk menyeberang. Spion mobil saya menyenggol tangan wanita tersebut.”
Indra memandang wajah Arini.
“Wanita itu Anda kan Teh Arini?”
Arini mengangkat wajahnya, matanya menatap Indra. Wajahnya ditundukkan kembali.
“Jadi Anda pengemudi sedan hitam yang tadi?” matanya menatap tangannya yang cedera.
“Om Indra yang buat tangan Bunda cedera?” Alif menatap Indra dengan pandangan tidak bersahabat.
“Aliiif..” tegur Arini.
“Om gak sengaja, Kak. Sewaktu Om turun dari mobil, Bunda sudah tidak ada di tempat itu. Kata bapak penjual buah yang ada di dekat situ, Bunda sudah menyeberang dan buru-buru naik angkot.”
“Saya terburu-buru pergi karena ada rapat orangtua di sekolahan. Saya tadi dari Pasar Baru untuk memilih dan memesan kain.”
“Sudah diobati?” tanya Adisti.
Arini menggeleng.
“Saya tidak sempat ke rumah sakit. Setelah dari sekolah saya harus bertemu dengan beberapa toko di mall ini.”
“Apa tidak terasa sakit?” Adisti meringis menatap tangan Arini dari dekat.
“Rasa toleransi tubuh saya terhadap rasa sakit sepertinya cukup besar sampai tidak merasakan sakit yang sangat,” Arini memandang mata Adisti dengan tersenyum, “Kelak kalau Teh Adisti jadi seorang ibu pasti akan tahu maksud kalimat saya. Apalagi untuk orang yang seperti saya, yang harus berjuang sendiri untuk anak-anak saya.”
Indra terduduk dengan tegak. Tangannya masih mengelus punggung Abay.
“Kita ke rumah sakit ya sekarang,” Indra berdiri.
“Tapi..”
“Tolong jangan menolak. Ini sebagai bentuk tanggung jawab saya yang menabrak tangan Teh Arin.”
“Ikuti saja keinginan Bang Indra, Teh. Saya juga khawatir dengan tangan Teteh. Apalagi itu tangan kanan. Teteh nggak kidal kan?”
Arini menggeleng.
“Boss, gue tinggal gak apa-apa ya?” Indra memandang Bramasta, “Laporan meeting tadi, besok pagi gue kelarin.”
Bramasta mengangguk.
“It’s K. Udah buruan sana."
“Da..da.. Kakak Alif,” Adisti memeluk gemas Alif, “ Insyaa Allah nanti kita ketemu lagi ya..”
Alif mengangguk senang. Lalu salim pada Adisti dan Bramasta.
“Kakak, kalau mau main di sini, bareng Om Indra ya. Om Indra punya kartu sakti, bisa main mainannya sampai puas..” bisik Bramasta.
Mata Alif terbelalak.
“Beneran Om?” tanyanya.
Bramasta mengangguk.
“Saya permisi. Terima kasih banyak untuk semuanya,” Arini membungkukkan dirinya.
“Da..da.. Om Bram, da..da.. Tante Adis..” Alif melambai kemudian berbalik. Menggandeng bundanya dan Indra yang tengah menggendong Abay.
.
***
Ndra...gercep Ndraa
🤓
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments
ℓ ι ƒ ι α 💕
gercep bang indraa.. 😆😆
2023-09-25
1