Anton segera menekan tombol pause. Memundurkan sedikit adegannya untuk mendapatkan gambar yang pas.
“Zoom in lagi, Ton,” kata Bramasta.
Anton menggeleng.
“Resolusi gambarnya gak terlalu bagus. Gak bisa di zoom in lagi. Pecah gambarnya.”
“Yaaaaaa,” Indra berseru kecewa.
“Mau kita bawa ke Singapura lagi seperti kasus penyerangan Mommy dan Disti di teras rumah sakit?” tanya Bramasta.
“Are you kidding?_Becanda kamu.._” Indra dan Anton kompak bertanya.
Bramasta terkekeh.
“Merepotkan CSI Singapura hanya untuk perkara remeh temeh begini?” Indra menaikkan kedua alisnya.
“Siapa tahu dia jodohlu, Ndra..” Bramasta menyandarkan tubuhnya sambil memperhatikan wajah Indra.
“Perhatikan tangannya,” Anton memundurkan lagi videonya, dia juga memperlambat kecepatan gambarnya.
“Yang terbentur spion mobil Bro Indra adalah tangan kanannya,” Anton menggunakan pointer laser untuk menunjuk pada dinding yang menjadi layar, “Lihat bagaimana dia menarik tangan kanannya setelah terbentur. Memeganginya sambil memijati?”
“Subhanallah... dari jarak segitu saja sudah terlihat tangannya memerah ya..” Indra menatap nanar pada gambar video di dinding.
“Mungkin karena kulit wanita tersebut berwarna terang ya,” ujar Anton.
“Semoga dia kidal,” Bramasta memperhatikan video dengan tangan menyentuh cuping hidungnya, style-nya saat sedang berpikir.
Anton mengangguk.
“Dia memegangi... ah bukan.. seperti memeluk tangannya yang cedera ketika menyeberang,” Anton memandangi Bramasta dan Indra bergantian.
“Semoga tidak retak pergelangan tangannya ataupun tulang lainnya..” Bramasta memiringkan kepalanya masih mengamati video, “Semoga dia baik-baik saja.”
“Braaaaaam! Tolong dong jangan bikin gue makin down begini...” Indra menepak punggung Bramasta.
“Isssh... sakit tau!” Bramasta mengernyit.
Anton berjengit tapi kemudian terkekeh.
“Ton, sekarang kita cari detil gadis itu. Lebih enak dipanggil gadis ya daripada wanita setelah kita lihat kilasan wajahnya,” kata Bramasta diangguki oleh Indra dan Anton.
“Tasnya..!” seru Indra, “Tulisan pada totebag-nya eyecatching_menarik perhatian_ banget. Gue ingat.. sesuatu tentang kopi... dalam bahasa Inggris.”
“Totebag hadiah dari kedai kopi?”
“Sepertinya bukan. Sesuatu tentang coffeholic..”
“Tunggu, Bang Indra bilang COFFEEHOLIC atau COFFEHOLIC?”
“Maksudnya?” Bramasta memandang Anton dengan wajah tidak mengerti.
“Tulisan COFFEEnya dengan double E atau single E?”
“Ngaruh?” Bramasta mengerutkan keningnya.
“Ada tas totebag yang digandrungi anak muda sekarang terutama anak kulliahan dan SMU. Totebag berbahan katun bertekstur ada serat-serat benang seperti kesalahan tenun, seperti kain cacat produksi padahal bukan. Modelnya memang seperti itu,” Anton mengetikkan sesuatu, “Yang membuat tas tersebut sukses dipasaran anak muda karena kalimat-kalimatnya, sesuatu yang berhubungan dengan para penggila kopi.”
Anton menekan tombol enter.
“Ini hasil karya anak muda Bandung. Brand tasnya COFFEHOLIC.”
Berbagai aneka design tas totebag bermunculan pada dinding.
“Gambar yang kanan, Ton..” Indra menunjuk.
Anton membuat double click dengan mouse-nya.
“Ah, bukan..” kata Indra.
“Itu, ke bawah lagi, Ton. Iya yang itu. Gue yakin. Gambar-gambar biji kopinya eyecatching banget bagi gue. Biji kopi sedang berpikir...”
Suara double click terdengar.
“That’z it! _Itu dia!_Tulisannya : How are you beans?_Apa kabarmu, biji-bijian?_”
“Bro, desain yang ini belum launching ke publik,” Anton membaca artikel di bawahnya dengan cepat.
“Kok bisa dipakai dia?” Indra keheranan.
“Artinya, bia jadi dia ada hubungannya dengan produsen tas tersebut, tapi kayaknya impossible_tidak mungkin_ kalau karyawan memakai desain yang belum di-launching,” Bramasta masih mengamati gambar di dinding sambil telunjuknya menyentuh cuping hidungnya, “Kemungkinannya dia adalah owner_pemilik_ dari brand _merk_ tersebut. Cek siapa ownernya, Ton..”
Anton mengetik pada keyboardnya.
“Itu dia.. sama ya dengan yang CCTV ya?” Indra memandangi foto yang tengah tersenyum sambil duduk menyamping.
“Arini Kusumaningtyas, 32 tahun. Wow.. dia seorang Kusuma juga, Bro..” Anton tersenyum lebar sambil menaikturunkan kedua alisnya pada Indra, “Cantik ya.”
“Gue juga bilang apa.. mungkin saja dia jodoh lu..” Bramasta terkekeh.
“Apaan sih kalian ini,” Indra menunjuk pada dinding yang dipenuhi artikel tentang wanita tersebut, “Bini orang..”
“Yaaaaa ini sih judulnya layu sebelum berkembang,” kali ini Anton berseru kecewa.
“Lihat tuh itu artikel hampir 2 tahun yang lalu...” Bramasta menunjuk pada tanggal penerbitan artikel, “Siapa tahu kan? Siapa tahu...”
“Lu doa’in gue dapat janda?” Indra mencebik.
“Janda atau gadis, sama saja. Yang penting dia mau dibimbing sama lu, Ndra. Yang penting kalian berdua sama-sama hepi menjalani kehidupan bersama nantinya,” Bramasta menatap serius, “Lagipula Allah menjanjikan pahala besar bagi lelaki yang menikahi janda.”
“Terus, kenapa lu menikahi gadis?”
“Jodoh kan kita gak tahu, Ndra. Bahkan kalau seandainya waktu itu Disti bukan seorang gadis pun pasti gue tetap bakal menikahinya. Ini masalah hati.”
“Memangnya Om dan Tante Al bakal ngijinin lu nikahin janda?”
“Gue bakal perjuangin dong, yakinin keluarga gue kalau pilihan gue benar.”
“Terus video yang diminta Bang Leon bagaimana? Mau dilihat sekarang atau nanti saja?” tanya Anton.
“Nanti saja saat kita ketemuan. It’s time to work now. Come on, let’s go!_Sekarang waktunya bekerja. Yuk!_" Indra berdiri menunggu Bramasta di depan pintu, “Ton, thanks a lot ya..”
Anton mengangguk sambil mengacungkan kedua jempolnya.
.
***
Bang Indra sudah lega deh. Kaget, nama gadis itu ada Kusuma-nya juga. Jangan-jangan.. ??😁🤓
Kalau masih ada yang bingung totebag itu seperti apa, ini ada gambar contohnya ya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments
Reznim Miarti
ceritanya bagus thoor,aku suuuka👍
2023-10-20
1