Indra dan Bramasta sudah tiba di mall setelah makan siang. Saat Bramasta sedang berbincang dengan CEO Terumbu Emas, Indra mengirimkan driver untuk menjemput Adisti di Landmark Apartemen.
Meeting siang itu berjalan lancar. B Group akan bekerja sama dengan Terumbu Emas untuk mengolah hasil budi daya rumput laut sebagai bahan baku kosmetik dan farmasi.
Tepat saat Tuan Aryo meninggalkan tempat, Adisti tiba.
“Assalamu’alaikum.”
Indra dan Bramasta menoleh pada Adisti sambil mengucap salam.
“Hai Gantengnya Disti...” Adisti salim kepada suaminya. Suaminya balas mengecup punggung tangan istrinya.
“Mulai deh..mulai...” Indra membereskan berkas meeting, “Gak sekalian cipika cipiki atau kissing sekalian depan gue?”
“Gak usah, terimakasih. Soalnya ada jomblo galak baperan..” jawab Adisti yang membuat suaminya terkekeh.
“Udah makan?” tanya Bramasta.
Adisti mengangguk.
“Siomay.”
“Lah itu mah jajan, Dis. Bukannya makan siang,” kata Indra.
“Itu baru menu pembukanya, Bang..” kata Adisti kepada Indra, “Selanjutnya mie ayam.”
“Eit dah! Warbiyasah.. Nyonya Bramasta...” Indra menaikkan alisnya sementara suaminya melongo.
“Masih belum selesai tuh.. penutupnya es teler dengan toping alpukatnya minta dibanyakin. Si Mamangnya baik banget lagi, ditambahin susu kental manisnya juga. Kan Disti jadi makin manis jadinya..”
“Itu habis semuanya?” Bramasta penasaran.
Adisti tersenyum lebar pada suaminya. Lalu mengecup pipi suaminya dengan cepat, “Habis dong.. kan gak boleh menyisakan makanan. Mubazir.”
“Dih!” Indra membuang muka.
“Ma’af Ndra. Istri gue emang orangnya gemesan kalau lihat suaminya yang paling ganteng dan cute ini..” Bramasta memeluk pinggang istrinya.
“Dah ah,” Indra bangkit dari duduknya.
“Ndra.. mau kemana?”
“Bang Indra ngambek ya?”
“Jadi mau main gak? Jadi mau tanding basket gak? Hayu buruan_Ayo cepetan_,” Indra meninggalkan mereka berjalan ke arah eskalator.
“Si Abang ngambek ih..”
Indra hanya melirik pada Adisti yang berada di belakangnya, bergandengan tangan dengan Bramasta.
“Memangnya tadi makan siang dengan siapa?” tanya Bramasta.
“Erni, dia ngajak ketemuan di dekat Lunar Art & Gallery. Mau curhat.”
Indra langsung menuju kasir. Petugas kasir tersenyum ramah dan menganggukkan kepalanya kepada Indra.
“Selamat siang Kak, ada yang bisa kami bantu?”
Kebijakan pada divisi arcade game di mall ini, menyapa semua pengunjung dewasa dengan panggilan Kakak, kecuali untuk lansia. Karena moto divisi arcade game di mall ini: semua pengunjung adalah para jiwa muda.
Manajer divisi langsung berdiri menggeser petugas kasir. Membungkukkan badannya dari balik mejanya.
“Selamat siang, Tuan Indra. Selamat datang di lantai Arcade Game Mall X. Ma’af ini karyawan baru kami belum mengenal Tuan.”
Petugas kasir itu menatap manajer dan lelaki tampan di depannya dengan tatapan bingung.
Indra mengangguk.
“Tidak apa-apa Pak. Dia tidak melakukan kesalahan apapun. Attitudenya bagus. Ramah dan ceria,” Indra lalu memandang gadis itu sambil tersenyum, “Terus pertahankan attitude kerja dan tingkatkan kinerja kamu ya. Kalau kamu rajin, insyaa Allah karir kamu bisa meningkat.”
Gadis itu terpana menatap Indra. Mengagumi pemandangan di depannya. Kemudian ia tersadar dengan cepat. Membungkukkan dirinya kepada Indra.
“Siap Tuan. Insyaa Allah. Terima kasih banyak Tuan.”
Indra mengangguk.
Bramasta dan Adisti mendekat, masih sambil bergandengan tangan. Kata Agung, semenjak menikah, mereka berdua benar-benar seperti truk gandeng.
Mengetahui ada Bramasta, manajer arcade game membungkukkan badannya lagi.
“Selamat datang Tuan Bramasta dan Nona Adisti...”
Bramasta dan Adisti mengangguk sambil tersenyum.
“Bang Indra udah isi saldo kartunya? Eh, Bang Indra punya kartu game arcadenya gak?” wajah Adisti dilongokkan kepada Indra yang ada di depannya, “Bang, kalau Bang Indra gak ada kartunya, pakai yang punya Disti aja, tapi sekalian isiin saldonya ya..”
Indra membalikkan tubuhnya. Menerima kartu dari Adisti sambil tersenyum simpul.
“Memangnya Disti sering main di sini?” tanya Indra.
“Iya dong. Yang mainannya paling komplit, peralatannya bersih, tempatnya nyaman juga harga permainannya gak pakai mahal kan cuma di sini.”
“Jadi Arcade Game di sini is the best in your town_yang terbaik di kotamu_ ya?” Indra tersenyum lebar.
“Te ow pe be ge te laaah,” Disti mengacungkan dua jempolnya.
Indra tidak tahan untuk tidak tertawa. Disusul Bramasta dan manajer arcade game.
“Bos, lu masih belum cerita kalau mall ini punya kita?”
“Abaaaaaang!” Adisti mencubiti lengan suaminya dengan gemas, “Kenapa gak bilang?”
“Lah, Disti gak pernah nanya...”
.
***
Enaknya punya mall yang ada arcade game-nya...
Tolong bantu promosikan novel ini ya.
Yang masih belum kenal tokoh-tokohnya langsung baca novel sebelumnya ya.
CEO Rescue Me!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments
himawatidewi satyawira
iye gung..kyk truk pertamina apalg ada tulisan blank spot..yng lain ndak kliatan...
2023-10-26
1
himawatidewi satyawira
muka dua nih manajer
2023-10-26
1