“Assalamu’alaikum,” sapa Indra saat memasuki booth khusus VIP di salah satu cafe yang berada di bawah naungan B Group.
“Wa’alaikumussalam.”
Semua yang berada di booth menjawab salam Indra.
“Bagaimana? Bagaimana..?” Agung penasaran, yang lainnya tertawa.
“Kamu nanyeaak?” Anton menyela.
“Isssh sebel banget dengan kalimat itu,” ucap Agung dan Hans berbarengan.
“OK, fix. Kalimat itu forbidden di Kuping Merah,” kata Bramasta disetujui yang lain dengan anggukan.
Leon memandangi wajah Indra, “Ndra, hepi banget sih?”
“Lega gue, sudah bertemu anak-anak gue..” Indra duduk di kursi.
“Eh?”
“Hah?”
“Gak salah?”
“Eh, maksud gue lega karena sudah bertemu anak-anak dalam mimpi gue..”
“Bram dan Adisti sudah menceritakan tentang mereka. Juga foto-foto dan beberapa video,” Hans mengambil gelas kopinya.
“Kalian mengambil foto dan video? Mana? Gue pengen lihat,” Indra segera meraih gadget Adisti yang disodorkan. Melihat-lihat foto dan video dengan senyum lebar di wajahnya.
“Dis, kirimin ke Abang ya,” Indra menoleh pada Adisti yang dibalas dengan anggukan.
“Tadi hasil dari rumah sakit bagaimana?” tanya Hans.
“Alhamdulillah hasil rontgen-nya bagus. Tidak ada retak ataupun patah tulang. Hanya memar akibat benturan saja. Tangannya dibebat untuk mengurangi rasa nyeri,” Indra menceritakan tentang rumah Arini juga anak-anaknya.
“Mereka manis banget ya. Alif sayang banget ke Abay. Abay juga sayang banget ke Alif,” kata Bramasta.
“Abang sayang ke ibunya gak?” tanya Adisti yang membuat Indra tersedak air mineral yang ia tenggak dari botol.
“Dek, to the point banget nanyanya,” Agung terkekeh menatap adiknya.
“Abang gak ada perasaan apa-apa yang istimewa ke ibunya. Hanya merasa kagum, bisa seorang diri membesarkan dua anak laki-laki yang manis dan sholeh seperti Alif dan Abay,” Indra menatap Adisti dengan sungguh-sungguh.
“Bukan gak ada tapi belum...” ralat Bramasta mengambil cangkir kopinya, menyesapnya sebentar lalu tersenyum lebar pada Indra, “Mungkin rasa itu akan hadir dengan berawal dari kagum.”
“Kalau Abang Indra sudah bertemu anak-anak dalam mimpi Abang, berarti peristiwa buruk itu akan terjadi tidak lama lagi ya?” Adisti berkata dengan setengah melamun sambil mengambil potongan cake berhias strawberry dan daun mint.
Semua terdiam. Menatap Adisti.
“Apa??” tanya Adisti jengah ditatap semuanya, “Masuk diakal kan dengan urutannya?”
Semua mengangguk setuju.
Indra menyembunyikan rasa gelisahnya dengan mengambil pie susu. Menggigit pie susunya dia teringat dengan Abay dan Alif. Kue kesukaan mereka, pie susu.
“Gue jatuh cinta dengan mereka,” kata Indra.
“Siapa?” tanya Agung.
“Alif dan Akbar.”
“Setdah! Berubah haluan jadi pedofil lu Ndra? Istighfar Ndra!” Leon menatap Indra sambil meringis,
“Gegabah nih bule satu ini!” Indra memukul lengan Leon dengan gemas.
“Je ne suis qu'à moitié français_Aku hanya setengah Perancis_” Leon terkekeh.
“English, please..” protes Anton.
Hans dan Bramasta terkekeh. Di Gank Kuping Merah, yang bisa berbahasa Perancis adalah Leon, Hans dan Bramasta. Anton menguasai bahasa Jepang dan Korea. Agung bisa berbahasa Arab. Adisti bisa berbahasa Korea. Sedangkan dirinya sendiri bisa berbahasa Jerman dan sedikit bahasa Italia. Bahasa Inggris adalah bahasa wajib.
Indra mulai menceritakan mimpinya. Juga tentang Kakek Buyutnya yang selamat dari peristiwa Rawagede karena mengikuti mimpinya. Semua mendengarkan dengan seksama.
“Lu dapat detailnya?” tanya Anton.
“Dinding luar lift yang berminyak? Solar, iya tercium aroma solar yang kuat,” Indra mengingat mimpinya.
“Basementnya gak ingat? Tulisan yang ada pada kolom basement?” tanya Leon.
Indra menggeleng, “Basementnya aneh. Saat berada di basement setelah keluar dari mobil, gue merasa insecure banget.”
“Kak, minta kertas dan pinjam pensil atau pulpen,” pinta Adisti pada Agung, kakaknya.
Agung memberikan apa yang adiknya minta.
“Disti coba gambarin sesuai urutannya ya Bang. Kalian ngobrol aja gak usah lihatin Disti menggambar.”
“Bro, lu udah siap bercerita tentang Alif dan Abay pada Om dan Tante Dhani?” tanya Anton.
Indra berpikir sejenak, “Gue pasti bakal cerita sepulang dari sini. Mereka harus tahu.”
“Yang jadi masalah, Tante Dhani bisa gak menerima ibu dari anak-anak itu sebagai menantunya?” Hans menatap tajam pada Indra.
“Berdo’a saja, Bro. Karena do’a bisa mengubah takdir,” Agung menepuk punggung Indra.
“Don’t worry, kita pasti bakal bantuin lu untuk berbicara pada Om dan Tante Dhani kalau memang lu udah yakin dengan segala sesuatunya,” kata Bramasta.
“Abang yakin dalam mimpi Abang saat keluar dari mobil kondisi Abang sehat?” tanya Adisti sambil menunjukkan gambarnya pada Indra.
Indra terkejut melihat gambar Adisti.
“Kok suasananya seperti di mimpi gue?”
.
***
Adisti gambar apa sih?
Adisti pelukis aliran ekspresionis. Bisa dibaca tentang Gank Kuping Merah di CEO Rescue Me!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments