“Kenapa Disti menanyakan kondisi Bang Indra saat keluar dari mobil?” tanya Hans dengan kening berkerut.
Bramasta memperhatikan gambar yang dibuat istrinya. Keningnya pun ikut berkerut.
“Kok Disti bisa gambar seperti ini?” tanyanya.
“Disti hanya mengikuti alur cerita Bang Indra dan bagaimana Bang Indra mendeskripsikan suasana dan sekitarnya,” Adisti memandang suaminya.
“Tentang kondisi Bang Indra saat keluar dari mobil, sepertinya bang Indra mengalami distorsi dalam penglihatannya. Mungkin ada orang lain atau kendaraan lain dalam basement tersebut tapi karena penglihatan Bang Indra sedang mengalami gangguan jadinya tidak merasa keberadaan mereka,” Adisti memandang Hans.
“Pada saat itu, Bang Indra merasa bangunan seperti menyusut hingga tidak bisa menentukan jarak kan?” tanya Adisti pada Indra. Indra mengangguk.
“Lantai terasa bergerak. Bergeser,” kata Indra.
“Vertigo?” tanya Leon.
“Gue gak punya riwayat vertigo, Bang,” Indra memandang Leon.
“Astigmatisme, gejala mata silinder. Tidak bisa melihat garis lurus disebut juga penglihatan yang terdistorsi. Garis lurus akan terlihat bengkok ataupun miring bagi penderitanya,” Anton membacakan hasil pencariannya di Gugel.
“Mata gue, alhamdulillah normal, Ton.”
“Drugs? _Narkoba_?” Hans mengernyit “Alkohol?”
“Na'udzubillah mindzaalik, Hans,” Indra mendongak menatap Hans yang tengah berdiri meregangkan punggungnya, “Memangnya gue cowok keren apaan?”
“Gue percaya dengan Lu, Ndra. Gue gak menuduh Lu dekat-dekat ataupun pakai barang haram seperti itu. Tapi bisa jadi Lu dicekoki...” Hans meregangkan lagi pinggangnya kali ini dengan menggerakkannya ke kanan dan ke kiri.
“Hmmm old man...” gumam Adisti cukup keras membuat semuanya tertawa.
“Bini Lu tuh Bram...” Hans memgadu pada Bramasta yang tengah tertawa.
“Iya.. Disti memang bini gue, Hans.”
“Terus gue harus bagaimana?” Indra menatap yang lainnya.
“Tingkatkan kewaspadaan Lu. Jangan menerima makanan atau minuman dari orang yang Lu gak kenal. Kalau makan atau minum diluar, pastikan makanan atau minuman Lu baru saja diantarkan oleh pelayan,” Leon menyentuh dagunya yang mulai ditumbuhi janggut.
Indra mengangguk.
“Buat jaga-jaga, gue sediakan pengawal ya,” Hans menatap Indra dengan sungguh-sungguh.
Indra menggeleng cepat, “No way... Gue gak bisa bebas bergerak...”
“Nonsense!” Adisti mengibaskan tangannya, “Awalnya saat Disti disediakan pengawal juga merasa begitu. Tapi setelah dijalani, biasa saja kok. Pengawal yang disediakan Bang Hans profesional banget. Gak menghambat aktivitas kita. Gak kepo juga. Hanya saat dirasa keadaan ataupun situasi tidak memungkinkan barulah mereka melarang kita.”
“Tuh.. Dengar testimoni langsung dari orang yang terpercaya,” Hans tersenyum lebar.
“Lagipula dikawal ternyata enak juga kok Bang,” kali ini Agung ikut memberikan testimoni juga, “Saat sendiri, ada teman untuk mengobrol..”
“Nah ini nih... Satu lagi testimoni yang bagus. Lu dan Agung kan setipe, Ndra. Tipikal pecicilan, kepo dan gak bisa diam. Pas tuh testimoninya...” Hans tidak tahan untuk tidak tertawa.
Indra mencebik.
“Nanti lihat dulu perkembangannya..”
Anton yang duduk di sebelah Agung tiba-tiba menyenggol lengannya. Agung menoleh. Anton menunjuk dengan dagunya.
“Ada Adinda...”
Seorang gadis belia berhijab kuning muda dengan tunik putih lebar dan kulot jeans berjalan di antara meja kursi cafe diikuti seorang pemuda di belakangnya. Mereka mencari meja yang kosong di jam makan malam.
Wajah Agung menggelap. Rahangnya diketatkan. Dia bangkit berdiri. Yang lain menoleh ke arahnya dengan tatapan heran.
“Hyung, ada apa?” tanya Adisti pada Anton.
“Adinda... dengan temannya..“
Semuanya mengikuti arah pandangan Anton.
“Calmdown, Gung..” Indra mengingatkan, “Husnudzhon. Tabayun dulu..”
“Kok jam segini belum pulang? Ayah dan Bunda pasti khawatir,” Adisti meraih gawainya.
“Assalamu’alaikum Din.. Lagi ngapain?” Adisti menyalakan loudspeaker.
“Wa'alaikumussalam.. Mau makan Teh. Lagi diluar bareng teman. Mau kerja kelompok tapi yang lainnya kok gak datang...”
“Makan berdua jadinya? Temannya cowok atau cewek?” Adisti tersenyum menatap kakaknya.
“Cowok, Teh..”
“Ayah dan Bunda sudah dikabari?”
“Sudah Teh..”
“OK. Hati-hati ya. Sebelum jam 9 harus sudah sampai rumah ya.”
“Insyaa Allah nanti Dinda usahakan Teh.”
“Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumussalam,” Adinda menjawab salam Adisti.
Adisti mengakhiri panggilannya.
“Dia jujur, Kak. Gak usah khawatir. Adinda gadis yang baik. Dia gak macam-macam di belakang Kakak..”
Agung yang masih berdiri kemudian bergerak meninggalkan kursinya.
“Gue cabut dulu ya. Assalamu’alaikum semuanya...”
Semua saling berpandangan.
“What the... Agung marah ke Dinda?” alis Leon terangkat.
“Dis, kakak Lu gitu amat sih?” Indra menatap punggung Agung. Langkah kaki Agung terlihat mantap menuju meja tempat Adinda dan temannya berada.
“Jangan lupa, dia itu kanebo kering,” Hans bersidekap menatap punggung Agung.
Ruangan VIP room yang ditempati mereka memiliki dinding cermin dua arah. Memungkinkan bagi mereka untuk mengamati apa yang terjadi di luar ruangan. Dari luar terlihat cermin tetapi dari dalam terlihat seperti kaca.
“Assalamu’alaikum, Din..” sapa Agung dari arah belakang Adinda.
Adinda tampak terkejut dan menoleh.
“Om Agung?” Adinda menatap Agung, “Wa’alaikumussalam.. Barusan Teh Adisti menelepon Dinda..”
Teman pria yang duduk di hadapan Adinda mengernyit. Menatap Agung dengan tatapan bertanya.
“Hai, saya Agung. Calon suaminya Adinda..” Agung mengangsurkan tangannya mengajak berjabat tangan.
Pria tersebut menerima ukuran tangan Agung, “Saya Dewa. Teman sekelas Adinda.”
“Om Agung kok ada di sini?” Adinda bertanya heran.
“Ada meeting tadi. Kalian cuma berdua?”
“Kami sedang menunggu yang lainnya juga Om..”
“Ya sudah, saya temani kalian berdua ya. Anggap saja saya pengawal kalian. Supaya tidak timbul fitnah juga..” Agung menarik kursi di samping Adinda sambil menengok ke arah ruang VIP.
“Kirain bakal ada perang Baratayuda di sana...” Bramasta terkekeh.
“Minimal ada kursi yang terguling kek atau suara orang mengaduh...” Anton menggeleng tak percaya.
“Kalian... Benar-benar ya,” Indra terkekeh geli.
“Benar-benar apa?” Adisti menatap Indra.
“Benar-benar teman sejati!” Indra cengengesan sendiri.
.
***
Bramasta dan Anton jadi kompor meleduk 🤓
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments
stnk
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/ bang indra takut salah ngomong....
2024-04-27
1