Indra bergegas menggendong Abay menuju toilet pria, diikuti Alif yang berlari terlebih dahulu.
Adisti yang melihat menyenggol lengan Bramasta.
“Mereka ngapain?”
“Wah.. benar-benar seperti bapak dan anak ya.”
“Naluri kebapakannya otomatis ya..”
Bramasta mengangguk.
Dia sudah menceritakan tentang mimpinya Indra yang berulang. Juga kejadian tadi pagi yang dialami Indra. Adisti menatap takjub pada Bramasta.
“Memangnya ada ya orang yang mengalami hal seperti itu?”
“Lah itu buktinya..”
Bramasta mengirimkan beberapa foto dan video yang diam-diam ia buat pada WAG Kuping Merah.
Agung_Bang Indra sama siapa?_
Bramasta_Gak tahu. Tapi tadi dia ngomong, “I’ve found them”, ke gue dan Disti. Sepertinya suara anak-anak dalam mimpinya_
Anton_Masyaa Allah.. Beneran?_
Bramasta_Yang gue denger sih, anak yang paling kecil ngomongnya cadel gak jelas gitu.._
Hans_Waah.. sama dengan yang dimimpinya dong_
Leon_Gue otewe bandara sekarang_
“Memangnya Bang Leon sedang ada di mana?” tanya Adisti yang ikut membaca WAG Kuping Merah.
“Di Canberra. Petang nanti kita mau ketemuan bahas mimpinya Indra.”
“Memangnya Bang Leon bisa langsung dapat tiket? Iya kalau gak penuh...”
Bramasta terkekeh, “Bang Leon gak butuh tiket pesawat. Dia pakai pesawat sendiri. Keluarga Iskandardinata punya 2 private jet.”
“Wow.. sultan banget ya..”
Indra keluar dari toilet pria sambil menggandeng Alif dan Abay. Adisti mengambil gambar mereka dari gawainya.
“Sini..!” panggil Adisti sambil melambaikan tangannya.
Alif dan Abay berlari ke arah Adisti.
“Ateu ebah men ake na,” Abay memegang lengan Adisti.
“Hah?” Adisti memandang Bramasta. Bramasta mengangkat bahunya.
“Tante hebat main basketnya,” Indra menggendong Abay, “Iya Bay? Abay ngomong gitu tadi kan ke Tante?”
“Lu ngerti, Ndra?”
Indra mengangguk.
“Warbiyasah..” Bramasta dan Adisti memandang takjub pada Indra.
“Cuma Om Indra dan Bunda yang ngerti apa yang Adik omongin,” kata Alif sambil menggoyangkan tangan Indra.
“Kakak siapa namanya?” tanya Bramasta membantu Alif duduk di kursi depan Adisti.
“Kakak Alif, kalau Adik namanya Akbar..”
“Abay!” protes Abay.
“Iya..iya.. namanya Akbar tapi panggilannya Abay,” Alif terkekeh.
Abay duduk di pangkuan Indra.
“Kalian mau jus?” tanya Adisti.
“Kakak mau jus alpukat,” kata Alif.
“Abay na mo jus. Abay mo misek totat.”
“Hah?” Adisti tertawa.
“Abay gak mau jus. Abay mau milkshake coklat,” Indra menerjemahkan ucapan Abay.
“OMG.. unbelievible!” bisik Bramasta.
“Bunda kalian di mana?” tanya Adisti.
“Bunda di bawah, ada janji dengan teman Bunda, urusan kerjaan kata Bunda. Kakak dan Adik ingin main, jadinya Bunda titipin Kakak dan Adik ke Mbak-mbak yang di sana. Kakak janji bakal jagain Adik. Gak repotin Mbak-mbaknya.”
“Memangnya Ayah kalian kemana?”
“Ayah..” Alif menunduk. Abay menatap kakaknya dengan wajah murung.
“Yayah pegi nan ateu ewni. Na uwang anyih,” Abay mencebik.
“Ayah pergi dengan Tante Erni. Ga pulang lagi?” Indra mengulang ucapan Abay dengan hati-hati.
Matanya menatap Alif. Alif mengangguk.
“Tata nan syedih. Tata unda, tita epi na da yayah. Na da utun tata tow unda anyih.”
Leher Indra tercekat. Dia mengeratkan pelukannya pada Abay.
“Tuh Kak.. dengar apa kata Adik.. Kakak jangan sedih. Kata Bunda, kita hepi gak ada ayah. Gak ada yang pukul Kakak atau Bunda lagi,” Indra berkata pelan pada Alif, “Kakak dan Bunda sering dipukul ayah?”
Alif mengangguk, sebutir air matanya meloncat keluar, meluncur di pipinya.
Hati Adisti dan Bramasta mencelos. Adisti segera menghampiri Alif, berlutut di samping Alif.
“Sssssh...ssssh.. gak usah sedih lagi Kakak. Kan sudah hepi dengan Bunda dan Adik. Iya kan?” Adisti mengusap pipinya dan memeluknya.
Pramusaji datang membawa pesanan mereka. Ada spagheti dan siomay juga.
“Tuh, makanannya sudah datang. Kakak jangan sedih lagi ya,” Bramasta mendekatkan spagheti bolognesse pada Alif. Alif mengangguk.
Tidak butuh waktu lama mereka untuk ceria lagi. Bercanda lagi.
“Assalamu’alaikum.. Maaf, sudah merepotkan kalian,” suara halus seorang wanita terdengar.
Serentak mereka menoleh.
“Bunda/Unda..!” seru Alif dan Abay.
Seorang wanita berpashmina coklat berwajah cantik, atasan pink dan rok coklat berbunga pink. Memakai totebag bergambar biji kopi yang sedang berpikir bertuliskan COFFEHOLIC.
Indra dan Bramasta menatapnya tak berkedip.
“That’s her!” bisik Indra.
.
***
Wiiih.. Ketemu dah!
Jangan lupa subscribe dan jejak di setiap babnya ya.. 🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments
himawatidewi satyawira
hayooo othor ngintip yaaa?
2023-10-26
1
himawatidewi satyawira
jodohh lu ndra, nyamperin
2023-10-26
1
himawatidewi satyawira
erni yng curhat ma disti kah?
2023-10-26
1