Luna duduk di kursi ruang makan sambil menggenggam es batu. Tidak terasa air matanya menetes kembali. Dia menyeka air matanya.
Tidak lama barack mengahampiri luna dengan membawa kotak p3k. Dia melihat luna duduk melamun sambil memegangi tangannya.
Barak duduk di sebelah luna dan menarik tangan kirinya yang terluka.
"Aduh" luna.
"Aku udah bilang tidak usah bantu aku, kamu masih tetap ngeyel" kata barack sambil membersihkan darah di tangan luna yang sudah mulai membeku.
Tapi luna malah menangis sejadi jadinya, barack pun bingung dia belum sempat mengoles betadin tapi luna sudah menangis kesakitan.
"Perih?" tanya barack.
"Mm" luna menggelengkan kepalanya dengan masih terisak isak.
"Terus kenapa kamu nangis?!" kata barack sambil mengoles luka luna dengan betadin.
"Maaaaf" kata luna di tengah tangisnya.
"Buat?" tanya barack.
"Aku selalu memberimu masalah, sedangkan kamu selalu membantuku, tapi, tapi aku tidak menyangka semuanya akan jadi seperti ini, kalau saja aku mendengarkan perkataanmu dan tidak datang kepesta aryo, pasti tidak akan seperti ini, , barak aku minta maaaaf" kata luna sambil terus menangis dan sesekali menyeka air matanya.
"Udahlah, maafmu sudah tidak berguna, semuanya sudah terlanjur terjadi." barack membungkus tangan luna yang luka dengan perban.
Luna mulai mengatur nafasnya yang masih terisak isak.
Barack pun menghela nafas dengan pelan.
"Maaf" kata barak.
Luna memandang ke arah mata barack.
"Buat?" tanya luna balik.
"Tanganmu jadi terluka" kata barack.
"Tidak apa apa, lagi pula maaf mu juga sudah tidak berguna" kata luna membalikkan kata kata barck.
Barack hanya melirik ke arah luna.
"Kamu segitu khawatirnya sama aku?? sampai sampai kamu kemari hanya menggunakan pakaian kaya gini?" tanya barack sambil melihat luna dari atas hingga bawah.
Luna hanya memakai daleman tangtop dan celana pendek, bahkan pendek sekali.
Dia tidak menyadari itu, setelah mendengar kabar dari papahnya yang di pikiran luna hanya barack sampai dia lupa mengganti baju. Wajahnya pun memerah.
"Tidak, aku hanya khawatir kalau om bowo, mm" luna tidak bisa menyangkal.
Luna mulai memandangi bibir kiri barack yang terlihat sedikit memar dan sedikit pecah.
Perlahan dia mengangkat tangannya dan menyentuh bibir barack yang terluka.
Barack hanya diam dan membiarkan luna myentuh lukanya itu. Dia hanya merasakan detak jantungnya yang mulai berdetak.
*Tidak tahu apa yang dipikirkan luna tapi lama lama dia malah fokus kebibir barack yang terlihat sexi itu.
Ibu jarinya mulai mengusap dengan lembut bibir barak, semakin lama wajah luna semakin dekat dengan wajah barack.
Dan akhirnya luna mencium bibir barack yang sexi itu, barack pun menbalas ciuman luna dengan lembut*
"Kamu kenapa senyum senyum sendiri?" tanya barack yang membuyarkan lamunan luna.
Ternyata kejadian dimana luna mencium barack hanyala imajinasinya.
Wajahnya memerah. Dan nafasnya tidak beraturan.
"Tidakk apa apa, itu, , luka di bibirmu" kata luna mencoba menutupi rasa malunya.
"Kenapa?" tanya barack.
"Om bowo?" tanya luna.
"Bukan!! sisa kemarin saat pacarmu itu memukulku" jawab barack.
"Pacar??? ngawur" jawab luna sambil menarik tanganya dari wajah barack.
"Aryo memukulmu?" tanya luna heran.
"Kenapa? kamu tidak ingat, bahkan saat kamu mabuk yang kamu ingat hanya waktu aku memukul dia kan?" kata barack sambil membereskan kotak p3k dan beranjak dari kursinya.
"Aku kan cuma nanya, kenapa dia jadi marah?" kata luna sambil mgernyutkan dahi.
"ya tuhaaaannn apa coba tadi yang aku lakukan, bisa bisanya aku ngebayangin nyium dia lagi, ya ampuuunnn bikin malu, ada yang aneh nih do otakku" kata luna dalam hati.
Tidak lama barack kembali lagi ke dapur dengan membawa kemeja warna merah darah dan memberikannya ke luna.
"Nih pakai, tutupi tubuhmu dengan ini, aku akan mengantarmu pulang" kata barack.
"Hm" luna meraih kemeja itu dari tangan barack.
"mobilku gimana?" tanya luna sambil memakai kemeja.
"Nanti aku suruh orang mengantar ke rumahmu" kata barack sambil berjalan menuju pintu keluar dan di ikutu oleh luna.
Sampainya di rumah luna, mereka berdua menjelaskan perihal berita di internet itu, dan akhirnya papahnya luna mau mengerti.
Paginya di kampus luna dan cici berjalan menuju kelas, tapi tiba tiba aryo menghampiri mereka.
"Lun" aryo dari arah belakang.
Luna mencoba menghentikan langkahnya, dia membalikkan badannya lalu menatap tajam mata aryo.
PlAK !!! luna menampar pipi aryo.
Aryo hanya diam memegangi pipinya yang terasa panas saat itu.
"Maaf" kata aryo.
"He??? maaf!!! kenapa? kenapa kamu melakukan itu?!" kata luna dengan nada tinggi.
"Tadinya aku hanya bermaksut untuk mengerjai barack tapi, aku tidak tahu kalau akhirnya jadi seperti ini" kata aryo menyelasi perbuatannya, bahwa dialah yang menyuruh orang untuk mengunggah berita tenteng barack di media.
"Kesalahan apa yang aku buat sama kamu yo? sebenci inikah kamu sama aku?!! kamu mau hina aku, kamu mau benci aku, mau buli aku!!! kamu mau mempermalukan aku di depan semua teman wanitamu silahkan!!! aku terima semuanya, tapi jangan seperti ini, ini menyangkut keluargaku dan keluarga barack!!!, bahkan berpengaruh juga ke perusahaan mereka! kamu hanya memikirkan diri kamu sendiri" kata luna dengan lantang, matanya yang tajam terus menatap aryo, sambil berkaca kaca.
Entah apa yang dipikirkan aryo saat itu, dia baru kali ini melihat sisi luna yang lain, yang pasti dia merasa ada yang aneh di dalam hatinya, tidak tau kenapa tapi hatinya sungguh sakit ketika melihat luna menangis dan menyebut nama laki laki lain di depannya.
"Aku minta maaf lun?, aku akan memperbaiki semuanya" kata aryo.
"Gimana??? gimana kamu akan memperbaiki semuanya" kata luna terus marah marah.
"Aku akan hapus artikel itu dan" aryo.
"Terlambat! cici sudah menghapusnya kemarin, aku kecewa, ternyata benar kata barack, selain playboy kamu juga brengsek!!! mulai saat ini, apa yang kamu ingin kan akan aku kabulkan, aku tidak akan pernah mengganggumu lagi, dan aku tidak akan muncul di hadapanmu lagi" kata luna kemudian dia berlari masuk ke dalam kelas yang kemudian di ikuti cici.
"Kamu?" kata cici sambil duduk di sebelah luna.
"Aku tidak apa apa" saut luna.
"Yakin kamu baik baik saja?" cici meyakinkan.
"Aku bilang aku tidak papa ci" luna.
tring tring, , luna mendapat email di ponaelnya.
Luna segera mengambil ponsel di dalam tas dan membukanya.
Dia mendapat email dari klara collection, yang berisi tentang pengumuman pemenang rancangan gaun yang beberapa hari lalu luna kirim.
Luna masuk ke dalam 3 besar. Terlihat wajah luna mulai sumringah.
"Kamu beneran tidak papa lun? kenapa tiba tiba sekarang kamu senyum senyum gitu, kesambet ya" kata cici melirik ke arah luna.
"Apaan sih ci" kata luna.
"Nah gitu donk, ini baru luna kuuuu, owh ya kenapa kamu senyum senyum gitu?" tanya cici penasaran.
"Aku dapet email, katanya rancanganku masuk 3 besar, yeeeeeaaaaaa,. aku seneng banget ciiiiiii,. aku pengen buru buru ketemu sama ownernya" kata luna kegirangan. Dalam sekejap perasaan luna berubah.
"Ya ya,. sabar aku dengar dengar orangnya masih ada di paris tau" kata cici.
"Tapi kabarnya dia akan segera kembali ke indonesia, soalnya di email ini di beritahukan event peragaan akan di ajukan, 1 bulan lebih cepat dari tanggal yang sudah di tentukan, dan setiap peserta harus menyerahkan hasil rancangannya yang sudah jadi, satu minggu sebelum hari H, kalo tanggal eventnya 25 desember pas natal berarti seminggu sebelumnya tanggaaaal,,,,, 18 desember donk?" kata luna sambil membaca emailnya.
"Iya 3 minggu lagi kamu udah harus nyerahin rancanganmu itu" cici menambahkan.
"Waduh, dalam 3 minggu harus jadi, belum nyari bahannya, belum yang perlu di jahit pake tangan, belum lagi yang aaaahhhhh,. " belum belum luna sudah pusing duluan.
Biasanya dia cuma bikin gambar sketsa setelah itu dia serahkan ke maria 'si tangan kanan mamahnya di butik' namun untuk yang satu ini luna ingin semuanya dia sendiri yang menyiapkan.
"Mending kamu minta barack buat bantuin kamu nyari bahan, siapa tahu dia bisa memberimu masukan, perusahaan dia yang di paris kan bergerak di bidang fashion" kata cici.
"Owh,. iya ya, ntar deh jam segini dia pasti lagi kerja" kata luna.
"Terserah kamu lah" kata cici.
Selesai jam kuliah luna langsung menghubungi barack untuk menjemputnya.
Sore itu aryo mencoba menghampiri luna yang tengah menunggu barack sambil berdiri di depan pintu gerbang.
"Lun" aryo mencoba meraih tangan luna.
"Lepas nggak" sikap luna ke aryo sekarang berubah 180 derajat.
"Tangan kamu terluka? kenapa?" tanya aryo yang melihat tangan kiri luna di perban.
"Bukan urusanmu!" jawab luna ketus sambil membuang pandangan ke sekitar.
"Pliss lun, hanya gara gara itu kamu nggak mau menatapku lagi?" kata aryo.
"Kamu bilang hanya?? aaah sudah lah, males aku bicara sama kamu" kata luna sambil terus menatap ke arah jalan berharap barack segera menjemputnya.
"Lun" aryo terus berusha.
Tidak lama kemudian mobil barack terlihat, luna pun berlari ke arah mobil barack dan segera masuk.
Barack hanya menatap tajam ke arah aryo yang sedang berdiri, dia mengepalkan tangannya ingin sekali rasanya dia turun dari mobil dan menghajarnya habis habisan, tapi barack mencoba menahan semua itu.
Mobil barack pun melaju dengan cepat meninggalkan kampus.
"*Pe*rasaan apa ini??? dadaku benar benar sakit, melihat dia lebih memilih orang yang baru saja bertemu dengannya ketimbang aku yang sudah dia cintai sejak dulu?, seperti inikah rasanya sakit yang luna rasakan setiap aku menolaknya, jadi inikah yang dia rasakan??? apakah ini karma?" kata aryo dalam hati.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 396 Episodes
Comments
FUZEIN
Ternasuk aku thor..hahahha
2022-11-14
0
Sarini Sadjam
aryo..emang enak ga di anggep..
2022-09-27
0
Ucci Gibran
ku menangis kan Aryo?
2021-12-29
0