Keesokan harinya Luna berangkat kuliah seperti biasa, selesai memarkirkan motornya dia berjalan menuju ke arah kelas pagi itu.
Wajahnya terlihat sangat lesu dan tidak ada semangat sama sekali.
Cici yang datang terlambat kemudian menghampirinya dari arah belakang.
"Hei, lesu banget, kenapa Buk?" sapanya.
Luna tidak menjawab, dia tidak menghiraukan sapaan sahabatnya, hanya terus berjalan sambil melamun.
"Pagi pagi sudah ngelamun Lun?" ucap Cici terus mencoba mengganggu Luna.
Tapi Luna masih saja diam.
"Eh ini anak kesambet apa ya? hei!!" bentaknya.
"Apaan sih Ci? kamu itu berisik!"
"Lagian, di panggil dari tadi diam aja! kenapa kamu"
Luna kembali diam dan terus berjalan dengan tatapan mata yang kosong, sampai sampai dia tidak menyadari kalau Aryo berjalan melewati mereka.
"Ada Aryo Lun!" kata Cici.
Luna masih tidak menghiraukannya.
Aryo merasa kalau Luna hari itu sedikit aneh tidak seperti biasanya. Tatapan matanya mulai menyelidik ke arah Luna.
"Tumben dia tidak berisik?"
Saat sampai di dalam kelas, Luna langsung duduk dan menyangga dagunya dengan malas di atas meja.
"Lun kamu kenapa sih? hari ini kamu aneh banget deh? jangan nakut nakutin kenapa?" Cici terus berbicara.
"Nakut nakutin gimana maksutmu?" jawabnya singkat.
"Ya tidak seperti biasanya kamu hari ini? dari tadi aku datang kamu terus diam saja, kamu lagi mikirin sesuatu ya?"
"Mm, , aku semalam sudah bertemu sama dia" jawabnya sambil menatap sahabatnya itu.
"Bertemu?? sama siapa?" Cici penasaran.
"Sama laki laki yang mau di jodohin sama aku Ci!" ucap Luna dengan nada malas dan tidak bersemangat.
"Ha!! serius? tapi kalau dilihat lihat dari raut wajahmu saat ini, kayaknya laki laki itu, pasti lebih payah dari kamu ya?"
"Itu muluuuuut! di rem kenapa Ci? jahat banget si kamu, beri semangat sedikit kek, sama sahabatmu ini, ah kamu itu" l
"Habisnya setelah ketemu dia kamu bukannya bahagia malah tidak ada semangat dan melamun terus, yaa aku pikir, dia laki laki yaang, , hihi, , terus terus gimana sama dia? gantengan mana sama Aryo?" Cici terus menghujani Luna dengan pertanyaan.
"Ya Aryo kemana mana lah" sahutnya.
"Masaa??? tadi ketemu Aryo diam saja tuh kamu, tidak histeris kaya kemarin kemarin" cici mulai meledek.
"Ah masak? kapan ketemu Aryo? dimana?" luna penasaran karena memang dia benar benar tidak ingat kapan berpapasan dengannya.
"Tadi di depan kelas waktu mau masuk kesini, jangan jangan baru ketemu dia sekali sudah bisa lupa sama Aryo niiihh, dia pasti ganteng yaaa?"
"Ganteng apaan, dia tu brengsek tau nggak, , udah galak, sikapnya dingin, angkuh, tidak ada ramah ramahnya sama sekali" sahutnya sambil terus memaki.
"Terus, , kamu setuju sama pilihan Papahmu" Cici mulai penasaran.
"Setuju atau tidak, pendapatku tidak akan berpengaruh Ci, jadi tidak ada jalan lain selain aku harus kerjasama sama dia buat ngebatalin perjodohan ini".
"Huuuuu,. Kayaknya bakal seru nih, siapa namanya?" Cici terus menggodanya.
"Namanya Ba.," Luna menghentikan ucapannya.
"kalau aku kasih tau dia adalah laki laki yang selama ini di idam idamkannya bisa rempong nanti mulutnya"
"Ba? Ba siapa?" Cici penasaran.
"Baiknya tidak usah di bicarakan lagi, aku males" Luna mencoba mengehindar.
"Ayo lah Lun, , masak sama sahabat sendiri tidak mau cerita" rengeknya.
"Hehehehh" Luna malah tertawa sengaja membuat sahabatnya itu penasaran.
♡♡♡
Jam menunjutkan pukul 1 siang, Luna dan Cici kebetulan saat itu tidak ada kelas, jadi mereka menghabiskan waktunya di taman kampus sambil menunggu kelas berikutnya.
"Nih"cici menyodorkan minuman kaleng ke arah Luna.
"Hm, makasih,." Luna langsung membuka minuman itu dan meneguknya untuk menghilangkan dahaganya.
Mereka duduk di bawah pohon beralaskan rumput yang tumbuh segar di taman itu.
"Ini, aku lihat di majalah katanya dibuka lowongan kerja paruh waktu sebagai desainer, coba saja itu, kamu kirim desain desain kamu ke sini katanya sebelum kamu terjun ke usaha Papahmu, kamu pengen membuat sesuatu yang berkesan dalam hidupmu" Cici menunjuk ke alamat email yang tertera di majalah itu.
"Klara collection, , wwaaahhh ini mah bukannya model terkenal itu, dia go Internasional bukan?" Luna terpukau sambil membolik balikkan majalah itu.
"Iya makanya, nih aku bacain ya, salah satu pemenang lomba desainer nanti hasil karyanya akan di pakai oleh owner dari Klara Collection, itu artinya kalau sampai kamu menang hasil karyamu akan di pakai Klara saat pameran nanti" Cici menjelaskan.
"Serius nih?" tanya Luna penuh kegembiraan di wajahnya.
"Serius lah, , masak majalah Trand ini bohong!"
Tanpa berfikir panjang Luna langsung membuka tas ranselnya dan mengeluarkan sebuah laptop.
Luna langsung mendaftar untuk mengikuti lomba itu dengan mengirim datanya ke alamat email yang tertera di majalah.
Dia mengirim contoh desain gambar yang selama ini di simpan di dalam laptopnya.
"Ok, selesai" Luna mengambil minuman kalengnya lagi dan meneguknya dengan pelan.
"Ya ampun Baraaaaaack" teriak Cici yang tanpa sengaja melihat Barack berdiri di samping mobilnya yang terparkir di halaman kampus tepat di sebelah taman dimana Luna dan Cici berada.
"Byuuurr" Luna menyemburkan minuman yang belum sempat di telan karena kaget mendengar Cici menyebut nama Barack
Luna tersedak dan terbatuk.
"Luna pelan pelan dong" cici menepuk pelan pundak sahabatnya.
"Kamu tadi bilang siapa?" tanyanya.
"Barack, tuh Barack ada di sana, ya Allaaaaah ciptaanmu sungguh indah di pandang, dia ganteng banget Luun" Cici menunjuk ke arak Barack yang sedang di kerumuni mahasiswi untuk sekedar berfoto, karena mereka tau kalau barack sempat masuk ke majalah top no 1 bulan ini.
Yup majalah itu yang kemaren sempat di baca Cici.
"Mm, , kayaknya kita harus cepet pergi dari sini, sebentar lagi kelas mulai" Luna mencoba menghindari Barack.
"Tunggu dong Lun, , eh, bukannya kelas hari ini sudah selesai ya, sebentar ya aku juga pengen foto sama dia"
"Tidak usah, , ngapain sih foto sama dia" kata Luna sambil membenahi laptopnya dan memasukkan kembali ke dalam tas.
"Tunggu tunggu Lun, , dia berjalan ke arah kita, aaaahhh., " Cici semakin histeris.
"Ya ampun, ayo Ci kita harus cepet" Luna mulai gelisah saat tahu kalau barack berjalan ke arahnya.
Luna mencoba menarik tangan Cici, tapi tubuh sahabatnya menolak ajakannya.
Saat akan beranjak dari taman, Barack mencoba menghentikan mereka.
"Mau kabur kemana kamu?" tanya laki laki itu dengan nada galak.
Cici terpelongo menyadari kalau mata Barack tertuju ke arah Luna. Cici mulai merasah aneh dan curiga kepada Luna yang saat itu ingin menghindar dari Barack.
"Siapa yang mau kabur? kamu juga ngapain ada di sini?" jawab Luna dengan ketus.
Barack menarik nafas panjang dan menghembuskannya pelan.
"Menjemputmu!" jawanya pendek dengan nada ketus.
Cici terbelalak matanya saat mendengar ucapan Barack.
Jantungnya berdebar melihat Barack berdiri di dekatnya.
"Aku bisa pulang sendiri! lagian ngapain juga pakai di jemput kepalamu habis terbentur ya," Luna mulai menggerutu.
"Ada yang harus kita bicarakan" Barak menatap Luna dengan tajam.
"Kita?? tapi aku merasa tidak ada yang perlu dibicarakan denganmu tuh" Luna membuang muka.
"Ok ok, ada yang harus aku biacarakan sama kamu, jadi tidak usah buang buang waktu seperti ini" Barak mulai geram.
"Kalau aku tidak mau gimana!" ucap Luna dengan nada menuntut.
"Jangan sampai aku berbuat kasar ya" tatapan matanya semakin tajam.
"Lun, jangan bilang kalau, dia laki laki yang" Cici berbisik kepada Luna dengan penuh rasa penasaran.
"Iya dia laki laki yang aku ceritain.
"Ya ampun Luunnn, , aku jadi iri sama kamu,
kalau dijodohkan sama laki laki kaya gini sih aku juga nggak bakal menolak" bisiknya dengan senyum yang lebar di wajahnya.
"Cici apaan sih!! jangan bikin malu deh"
"Aku datang kesini tidak untuk melihat kalian mengobrol ya!" Barack mulai jengkel dengan sikap Luna.
"Aku tidak mau ikut sama kamu" Luna membalikkan badannya menghindar dari Barack.
Namun Barack menarak tangan Luna, membungkuk untuk meraih kaki perempuan itu dan menggendongnya.
"Aaaarrrhhhh,, !!! apaan sih, lepas nggak, turunin aku cepat!, tidak enak dilihat teman temanku!" Luna merengek sambil memukuli dada Barack.
Tapi Barack tidak menggubris ucapan Luna, dia membawanya menuju ke arah mobil dan menjatuhkan tubuh Luna ke kursi dengan kasar.
BRUG!!!
Barack manjatuhkan luna di kursi depan, kebetulan saat itu Barack membawa mobil lambo***** jadi atapnya bisa di buka, dan segera memasangkan sabuk pengaman untuk menahan Luna.
"Diam! atau aku akan mencekikmu" Barack mengancamnya, Luna hanya diam pipinya memerah karena wajah Barack yang terlalu dekat dengan wajah Luna saat itu.
Sedangkan dari kejauhan Cici merasa kegirangan melihat Barack saat menggendong sahabatnya itu.
"Siapa cowok itu?" suara Aryo yang baru saja datang membuyarkan lamunan Cici. Sebenarnya sedari tadi Aryo terus mengawasi Luna ketika Barack menghampirinya.
"Aku kasih tau ya, dia itu cowok yang selama ini mengejar ngejar Luna, kenapa? bukannya selama ini kamu cuek sama dia? jadi senang dong tidak ada yang bakal menganggu kamu lagi, secara gantengan dia kemana mana, kenapa?, berasa ada yang hilang yaaaa?" Cici mulai meledek Aryo, lalu dia pergi meningglkannya.
"Jadi gara gara dia tadi pagi Luna nyuwekin aku?, , tunggu tunggu, lagi pula ngapain juga coba aku mikirin Luna, aduh bener nih kayaknya ada yang konslet sama otakku"
Di dalam mobil, Barack dan Luna hanya diam, tak sepatah katapun keluar dari mulut mereka.
Barack membawa Luna ke sebuah restoran dimana pertama kali mereka bertemu.
"Mau ngapain ke sini?" ucap luna, wajahnya di penuhi rasa kebingungan.
"Turun!!!" perintahnya.
Luna pun turun dari mobil dan terus mengikuti Barack masuk ke dalam restoran.
"Katanya mau ngomongin hal penting, ngapain kesini"
"Terus harus ngomong dimna? di rumahmu? duduk"
Tidak lama kemudian pelayan membawa es krim dan segelas kopi.
Barack sudah memesannya terlebih dulu sebelum mereka menuju ke meja.
"Selamat menikmati" kata pelayan sambil meletakan pasananya di atas meja.
Wajah Luna terlihat berbeda saat melihat es krim didepannya, senyumnya mulai mengembang dia ingin sekali melahap es krim itu tetapi, senyumnya menghilang ketika melihat ke arah Barack.
"Makan saja, kenapa harus malu malu" ucap Barack dengan wajah dinginnya.
"Siapa yang malu malu" luna langsung melahap es krim itu dengan cepat tanpa basa basi.
"Heh, , kaya anak kecil" cibirnya.
"Bodo amat" Luna memang buka tipe cewek yang suka jaim jaiman, dia selalu memperlihatkan sifat aslinya dan tidak pernah di buat buat.
"Sebenarnya mau ngomongin apa sih? buruan keburu sore" Luna memulai pembicaraan.
"Soal perjodohan, , , , , apa kamu mau menikah denganku?"matanya menyelidik ke arah Luna yang kini melihat ke arahnya setelah mendengar pertanyaan dari Barack.
"Tidak lah, gila apa" sahut Luna, dia kembali menikmati es krim miliknya.
"Hmm, , baguslah, jawaban itu yang aku harapkan" Barack menarik nafas dalam dalam dan menghembuskannya dengan perlahan.
"Tenang saja, jadi gini, kalau aku menolak langsung sama Papahku, dia tidak akan mendengarkan kata kataku, dan pasti akan langsung menolaknya. Jadi aku akan bilang sama Om Bowo kalau aku sdah punya orang lain yang aku suka. Pasti nanti Ayahmu juga akan mengerti dengan begitu dia sendiri yang akan membatalkan perjodohan ini, soalnya kalau kamu yang bilang mau membatalkan perjodohan ini nanti yang ada kamu malah di cekik sama dia, cuma karena masalah yang kemarin saja dia sampai menampar kamu" ucapnua sambil terus menikmati es krim rasa vanila itu. Bahkan tidak terlihat rasa bersalah sedikit pun di wajah Luna saat mengatakan hal itu.
Barack hanya menatap tajam kearah mata Luna, dia juga berfikir malam itu kalau bukan karena Luna mana mungkin Ayahnya akan menampar wajahnya..
"Jangan!!" saut Barack.
"Jangan? kenapa? terus bagaimana caranya kita gagalkan perjodohan ini" Luna mengernyutkan dahinya.
"Kita harus kerja sama" ucap Barack, sesekali dia menyeruput kopinya.
"Aku, sama kamu? kerja sama buat apa?" Luna mulai merasa kebingungan.
"Jadi kalau sampai perjodohan ini di batalkan tanpa keinginan dari ayahku, maka dia akan mengancurkan perusahaanku yang ada di Paris" ucapnya.
"Ha??? sejahat itukah Ayah mu" Luna nampak tidak percaya mendengar ucapan Barack.
Dengan terpaksa Barack pun menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.
Luna hanya diam mendengar cerita barack, dia tidak percaya kalau laki laki yang duduk di depannya ini ternyata bisa bicara banyak, biasanya cuma sepetah dua patah kata.
Luna semakin lama semakin terbuai dengan cerita laki laki itu.
Tanpa terasa air matanya menetes dengan sendirinya.
"Kamu menangis?" Barack merasa heran kalau ceritanya bisa membuat Luna tersentuh.
"Ee, tidak, siapa bilang" luna mengusap pipinya yang basah itu.
"jadi kamu sengaja mendirikan perusahaan kamu di paris agar Ayahmu tidak tahu kalau kamu sebenarnya mencari mantan pacarmu itu, " kata luna.
"Hm" Barack hanya mengangguk.
"Boleh aku tanya sesuatu? tapi kalau kamu tidak mau jawab juga tidak apa apa sih, jadi apa alasan kamu mencari wanita itu lagi, padahal dia sudah meninggalkan kamu demi karirnya dan sempat bikin kamu koma" tanya luna penasaran.
"Aku hanya butuh alasan, kenapa dia tiba tiba waktu itu tidak pernah menghubungiku lagi"
"Kamu bangun perusahaan segede itu, di Paris, hanya karena kamu pengan tahu alasan kenapa mantan pacarmu tidak pernah hubungin kamu lagi waktu itu? niat banget" Luna benar benar merasa keheranan.
"Bukan mantan pacar, karena sampai sekarang tidak ada kata putus" barack menegaskan
"Perjuanganmu benar benar gini" Luna mengacungi jempol ke arah Barack.
"Aku jadi pengen liat mantan, eh maksutku pacarmu yang masih nggantung itu" tambahnya.
"Nggantung" barack kebinggungan.
"Iya karena hubungan kalian sampai sekarang tidak ada kejelasan kan?
terus kamu sudah ketemu sama dia lagi di Paris? apa katanya, kenapa waktu itu dia tidak pernah hubungi kamu lagi" Luna semakin penasaran.
"Satu setengah tahun setelah perusahaanku berdiri di Paris, akhirnya kami bertemu, aku sempat berfikir yang jelek tentang dia, tapi setelah dia menjelaskan apa yang terjadi waktu itu, aku pikir aku bisa menerima alasan itu"
"Terus terus apa alasannya" Luna semakin tidak sabar.
"Dia mengalami kecelakaan, dan koma selama 4 bulan, disaat dia sadar dia mencoba menghubingku, tapi waktu itu nomorku sudah tidak aktif"
"Jadi sebelum kamu koma di rumah sakit, dia sudah koma duluan gitu? huuuuuft, , aku benar benar iri melihat perjuanganmu, kapan ya ada laki laki yang sampai segitunya ke aku, yang ada juga aku yang merjuangin Aryo mulu"
"Siapa Aryo?" Barack penasaran.
"Heh, ,tidak perlu tahu kamu, jadi sekarang apa yang harus aku bantu?"
"Berpura puralah untuk menerima perjodohan ini, sampai aku meyakinkan kembali pada Ayahku kalau dia tidak bersalah, kita hanya perlu mengulur waktu sampai Ayahku mau menerima dia kembali"
"Ooh , , bisa sih, itu mah masalah sepele, tapi apa untungnya buat aku ya" Luna melirik ke arah Barack.
"Iya aku tahu, terlihat jelas dari wajahmu, kalau kamu tidak akan membantuku tanpa imbalan" matanya mengawasi wajah Luna.
"Jelas dong, di dunia ini tidak ada yang gratis, bahkan dulu waktu kamu koma pun di rumah sakit oksigen juga bayar kan?" ucapnya.
"Terserah apa kata kamu, jadi imbalan yang kamu inginkan apa? uang?" tanya Barack.
"Uang? hahaha, , , kamu lupa aku ini anak sipa? aku tidak butuh uang mu, aku cuma butuh bantuanmu buat ngedapetin Aryo" kata Lina dengan senyum yang lebar di mulutnya.
"Aryo???"
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 396 Episodes
Comments
Syinta Azmi
meni keukeuh ih si Luna m🤦♀️
2021-12-11
0
neza Indri
þbbbb
2020-10-13
2
Iring
ngapain mau samaa aryoo?luna luna
2020-09-19
4