Keheningan membentang di ruangan itu, Pak Wibowo masih menatap tajam wajah Putranya yang saat itu masih tertunduk setelah di tampar olehnya.
"Ayah tidak pernah mengajarkan kamu berperilaku kurang ajar seperti ini, , inikah yang kamu dapat setelah berbulan bulan tinggal di Paris!!" Lak Wibowo menghardik kepada Barack sambil menunjuk nunjuk seperti memarahi anak kecil.
"Ayah sudah, , sabar, tenang dulu, biarkan barack menjelaskan semuanya" Buu Wibowo berusaha menenangkan suaminya sambil mengelus elus punggungnya.
Di sisi lain Luna hanya diam terpaku melihat kejadian itu.
Dia tidak mengira kalau Ayahnya akan melakukan hal itu kepada Barack.
Tapi sekilas dalam pikiran Luna, kalau tamparan itu pantas di peroleh Barack karena telah meninggalkan dia di tengah jalan.
Kalau mengingat ingat perlakuan Barack ke Luna memang bikin emosi.
Tapi kalau di ingat lagi dia juga pernah menyelmatkan Luna saat di lift.
"Mah, sebaiknya kamu bawa Luna untuk membersihkan diri dulu" Pak Cokro berusaha mencairkan suasana
"Iya Pah , , Luna naik dulu yuk, bersihkan badanmu ini" Buu Cokro menggandeng tangan luna membawanya ke luar dari ruangan itu.
Sebenarnya Pak Cokro merasa agak canggung setelah melihat sahabatnya itu menampar Putranya, makanya dia menyuruh Istrinya mengantar Luna ke kamar agar sedikit mencairkan suasana.
Saat di kamar Luna, Bu Cokro mulai menghujani Anaknya dengan berbagai pertanyaan, dengan wajah jengkel Luna menjawab semua pertanyaan ibunya, ya walau pun tidak semuanya dia ceritakan secara mendetail sih.
"Tunggu sebentar Mah, jadi laki laki itu calon Suami Luna?" tanyanya, dia baru saja menyadari kalau cowok itu pilihan orang tuanya.
"Ya iyalah, , kalau bukan dia, lalu yang mana lagi, kan cuma ada laki laki itu, tidak ada yang lain kan?" Mamahnya menjelaskan.
"Ya ampun Maaaahh!, ,Mamah tega nikahin Luna sama cowok brengsek itu? dia yang sudah bikin Luna seperti ini Mah, dia tega meninggalkan Luna ditengah jalan, apa lagi nanti! kalau sudah nikah, jangan jangan nanti sebelum akad saja dia sudah pergi meninggalkan Luna," Luna terus berbiacara tanpa titik koma.
"Sssttt, , Luna ih, , tidak boleh berbicara seperti itu, seperti pepatah jawa mengatakan 'witing tresno jalaran seko kulino' yang artinya cinta itu tumbuh karena kebiasaan, kebiasaan karena kalian sering ketemu, sering jalan bareng, sering menghabiskan waktu bersama begitu, sudah ah sekarang lebih baik kamu mandi, tidak baik membuat orang menunggu kelamaan" Buu Cokro sambil mendorong Luna menuju ke kamar mandi.
Beberapa menit kemudian Luna keluar dari kamar mandi, rambut nya yang masih basah itu di keringkan menggunakan hairdryer.
"Sudah tidak usah kering kering, kasian mereka menunggu lama" Bu Cokro menyuruh Luna agar cepat cepat menyelesaikan aktifitasnya itu.
♡♡♡
Setengah jam kemudian bu cokro dan luna pun kembali ke ruang keluarga.
Memang dasar Luna anaknya cuek dan tidak pernah memperhatikan penampilan, saat itu dia hanya memakai kaos putih dan celana joger warna coklat.
Serta rambut yang masih sedikit basah, hanya satu yang tidak dia pakai yaitu kaca matanya, kebiasaan Luna di rumah kalau dia memang tidak pernah memakai kaca matanya.
Ruangan itu begitu sunyi sekali, Pak Cokro dan sahabatnya hanya saling melempar pandang satu sama lain saat itu.
"Lun, ayo minta maaf sama Pak Wibowo" bisik mamahnya ke arah telinga luna.
Luna pun hanya mengangguk pelan.
"E, ,om, maaf, ta,, tadi sebenarnya Luna, , juga salah, soalnya tadi Luna juga masuk ke mobil dia tanpa minta ijin dulu. Mmm,, makanya tadi dia ninggalin Luna di pinggir jalan dan maaf semuanya kalau acaranya jadi berantakan seperti ini" ucapnya terbata dan pura pura merasa bersalah padahal dalam hati dia sedikit merasa menang karena dendamnya terbalaskan.
"Kamu tidak perlu minta maaf Luna, apa pun yang dilakukan Barack sama kamu tadi, dia yang seharusnya minta maaf" Pak Wibowo berusaha menenangkan luna.
Barack saat itu membuang pandangannya ke arah Luna dengan sinis, terlihat jelas di wajahnya kalau dia ingin sekali mencekik Luna.
"Barack, ayo minta maaf sama Luna, kamu sudah bukan remaja lagi, bahkan umur kamu sudah matang untuk tau mana yang benar dan mana yang salah," ucap Ayahnya dengan nada tegas.
Sementara luna hanya melirik ke arah Barack sambil memperlihatkan senyum lebar penuh kepuasan dia pun mengangkat kedua alisnya.
Barack hanya manarik nafas panjang, dan masih terus saja diam.
"E, , mungkin mereka butuh waktu untuk berdua, untuk saling memaafkan" Bu Cokro mencoba mencairkan suasana.
"Benar, bagaimana kalau kita tinggalkan mereka, dan berikan mereka waktu agar mereka tau dimana letak kesalahan mereka. Dengan begitu mereka juga bisa mengenal satu sama lain" Bu Wibowo meraih lengan Suaminya dan memberi isyarat kepada Bu Cokro untuk mengajaknya keluar.
"Kalau begitu kita ke ruang makan saja yuk, ayo Pah" Bu Cokro tangan suaminya.
"Loh loh, , ko gitu, aku juga lapar Mah, gimana sih? Pah" Luna merengek ke pada orang tuanya.
"Baiklah" Pak Cokro tidak menghiraukan rengekan Luna.
Kemudian mereka berempat meninggalkan Luna dan Barak di ruang keluarga itu.
GREB!!!
Bu Cokro dan Bu Wibowo menutup pintu ruang keluarga dan menguncinya dari luar.
Sedangkan saat itu Luna mulai melirik ke arah Barack yang masih terduduk diam sambil menunduk.
Suasan di ruang itu benar benar terasa mencekam untuk Luna.
Karena di dalam pikirannya dia selalu cemas, barfikir kalau kalau barack akan membalas perlakuannua tadi.
Luna mulai berjalan perlahan dan duduk di atas sofa.
"Gmm, ," Luna berdehem mencoba mencairkan suasana.
Sesekali sambil melirik ke arah barak yang masih diam terpaku.
Luna hanya berfikir entah apa yang di pikirkan cowok itu bagaimana di saat seperti ini dia masih saja bisa tenang dan stay cool seperti waktu saat di lift tadi.
"Kalau aku tidak mulai bicara dulu, bagaimana bisa ini selesai? kalau tidak selesai selesai kapan aku bisa keluar dari sini? tapi kalau aku duluan yang mulai sapa dia, gengsi doong!! mana perutku lapar lagi, hhuuuu., Mamah kamu jahat sekali si mengurungku disini sama cowok brengsek ini" rengek luna dalam hati.
"Aku"
"Maaf!!!" Barack memotong pembicaraan. Ucapan maafnya barusan terdengar tidak tulus dari dalam hatinya.
Berat sekali bagi Barack untuk mengatakan kata itu, tapi kalau dia tetap angkuh, maka tidak akan mengubah apa pun.
"Ha???, ," Luna terkejut.
"Telingamu tuli ya!" cibirnya sambil menatap tajam ke arah luna.
"Apaan sih, , baru juga bilang maaf, belum dimaafin lagi, udah ngata gatain lagi" Luna nampak jengkel dengan sikap laki laki itu.
Sementara saat itu di luar, Bu Cokro dan Bu Wibowo menguping dari balik pintu.
"Adduuhh mereka sedang ngomong apa ya? kenapa aku tidak bisa mendengar" Bu Cokro mendekatkan telinganya ke arah pintu.
"Sshhh, , jangan kenceng kenceng jeng, nanti mereka dengar" Bu Wibowo mengingatkan. Dirinya juga ikut ikutan menguping pembicaraan anaknya.
"Ok ok" jawab Bu Cokro.
Di dalam ruangan, luna memulai pembicaraan lagi.
"Ok aku minta maaf, karena tiba tiba masuk ke mobilmu tanpa ijin, , tapi kan tidak seharusnya juga kamu meninggalakn aku di tengah perjalanan begitu saja. Bagaimana pun aku ini seorang cewek, kamu sebagai laki laki juga seharusnya ada kek rasa kasihan sedikit, tidak tahu apa gimana susahnya aku bisa sampai ke rumah?" Luna berucap panjang lebar.
Wajah barack masih tetap sama, tidak terlihat ekspresi apa pun.
"Itu bukan urusanku, " ucapnya pendek.
"Haduuhhh, , ya ammpuuunnn ni orang?, sikapnya dingin banget, pantes ya orang tuamu sampai menjodohkanmu, lagi pula kalau tidak di carikan jodoh mana ada perempuan yang mau sama laki laki dengan sifat seperti kamu!" Luna memaki maki Barack.
"Kalau ngomong hati hati ya , , kamu tidak berkaca? dengan gayamu yang seperti ini juga mana ada laki laki yang mau sama kamu? makanya orang tuamu juga nyariin jodoh buat kamu," Barack gantian memaki maki dirinya.
"Kamu bilang apa barusan? memang kenapa gayaku? setiap orang punya ciri khasnya sendiri" ucap Luna penuh dengan emosi.
"Ciri khas apa?, , , gembel?" Barack mengejeknya lagi.
"Bener bener ya kamu, mulut kamu emang harus di ruqi, , aaaaaahhh" Luna beranjak dari sofa dan bermaksut meghampiri Barack untuk memukulnya tetapi yang ada kakinya tersandung karpet.
BRUG!!!
Luna terjatuh di atas tubuh Barack yang bidang itu.
"Au, , " dahinya membentur tulang dada Barack yang keras.
Barack hanya menutup matanya karena rambut Luna yang masih sedikit basah itu mencoba menggerayangi wajah Barack.
Aroma sampho yang sangat lembut dan wangi itu berasal dari rambut Luna.
Seketika membuat Barack terpesona, dengan aroma samphonya, bukan dengan oranganya ha ha. Tanpa di pungkiri saat itu detak jantung Luna berdetak lebih cepat dari biasanya.
Tau kan bagaimana posisi mereka sekarang, yup tubuh Luna sekarang ada di atas badan Barack, lalu dengan cepat Luna mangangkat wajahnya, seketika dia malah terdiam saat wajahnya begitu dekat dengan wajah Barack.
Detak jantung Luna sampai terasa di dada Barack.
Barack pun menyingkirkan rambut Luna yang menutupi wajahnya.
Dia merasa canggung maka dari itu dia membuang pandangannya ke arah sekitar.
"Kamu mau nyari kesempatan ya?" ucap Barack dengan nada sinis.
"Ya ammpuuunn,," Luna mencoba bangun tapi rambutnya malah menyangkut ke kancing baju kemeja bagian atas milik Barack.
Secara otomatis Luna mendekatkan kembali kepalanya ke dada Barack.
"Aduh!" teriak Luna, aat tangannya berusaha melepas rambut yang menyangkut di kancing.
"Apaan sih, cepat minggir" Barack mendorong tubuh Luna.
"Au, , pelan pelan ih, , sakit tau? lihat dong ini rambutku nyangkut di kancingmu" Luna berteriak lagi sambil memegangi rambutnya yang masih nyangkut ke kancing baju itu.
Di balik pintu, Bu Cokro dan Bu Wibowo terpelongo mendengar percakapan Luna dan Barack di dalam ruangan itu yang terdengar tabu.
"Aduh, jeng mereka lagi ngapain ya" Bu Cokro merasa khawatir, dia segera mengambil kunci pintu itu dan bermaksut membuka pintunya, namin Bu Wibowo malah menahannya.
"Tunggu sebentar jeng kita dengarkan sebentar lagi aku yakin kalau anakku tidak akan macam macam sama Luna" Bu Wibowo meyakinkan Bu Cokro, dia pun mengangguk pelan.
Saat di dalam ruangan, Barack hanya diam sambil terus tidur telentang menunggu Luna melepas rambutnya perlahan.
"Sudah paksa aja, , kelamaan"
"Jangan tau ih, sakit,, sabar sedikit kenapa sih!" Luuna mulai sebel.
luna sudah mulai merasa pegel di bagian punggung dan pinggangnya karena menahan badannya sendiri sambil melepas rambutnya satu persatu.
"Kelamaan, kakiku udah pegel nih! Minggir tanganmu, biar aku yanh coba lepaskan," Barak mencoba menawarkan bantuan.
luna melepas tangannya dan menopang badannya sendiri dengan kedua tanganya yang bertumpu di sofa sembari menunggu Barack melepas rambutnya.
Luna hanya diam dan terus memandangi wajah Barack yang begitu dekat dengannya.
"*Memang sih, dia terlihat tampan banget, dan yang pastinya macho"
Sa*mbil senyum senyum sendiri alam bawah sadarnya menuntun tangan Luna bergerak menyentuh pipi Barack yang masih terlihat agak merah, karena bekas di tampar Ayahnya tadi.
Barack teekejut saat ujung jari Luna berhasil menyentuh pipinya. Seketika detak jantungnya juga berdetak dengan cepat.
Bukan karena malu, melainkan lebih merasa aneh ketika Luna menyentuh pipinya.
"Mau ngapain kamu ?! kenapa juga kamu senyum senyum sendiri? jangan mikir yang tidak tidak ya!" ucapan Barack membuyarkan lamunan Luna.
Sontak Luna terkejut dan mencoba untuk menyadarkan dirinya sambil menarik tangannya dari wajah barack.
"Awas loh pelan pelan!! jangan di paksa, sakit semua tahu! perih ni rasanya"
"Lagi pula siapa suruh mau pake acara pukul segala? yang ada malah kualat kan!" Barack masih mencoba melepas rambut Luna.
"Cepat dong, , udah pegel nih kaki dan tanganku. Mana lama banget! keburu mamah masuk ni, kalo liat kita seperti ini kan bisa berabe nanti!" Luna terus mengomel.
Mendengar percakapan Luna dan Barack yang semakin terdengar tabu itu membuat Bu cokro tidak bisa menahan diri, dengan segera Bu Cokro membuka pintu.
BRAK!!!
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 396 Episodes
Comments
erinatan
/Facepalm//Facepalm/
2024-02-22
0
Tara
yg ini jd ayah 😁
2022-10-07
0
✨
mengcape😭🔪
2021-06-08
0