Selesai mengantar luna pulang, barack kembali ke rumahnya, dia memarkirkan mobilnya di garasi dan segera berjalan menuju kamarnya tapi saat melewati ruang kerja dia menghentikan langkahnya.
Di masuk ke ruang itu, berjalan menuju meja kerjanya dan duduk di kursi.
Perlahan dia membuka laci mejanya dan mengambil sebuah foto seorang wanita.
Wanita di foto itu adalah klara, pacar barack dulu waktu masih kuliah.
Hubungan mereka sekarang juga belum ada kejelasan.
Drreeet Drrreet, , ponsel barack bergetar.
Terlihat di layar ponselnya, klara memanggil.
"Hallo," dengan nada berat, barack menjawab telepon dari klara.
Sampai saat ini mereka memang masih berhubungan hanya saja bagi barack hubungan mereka belum ada kejelasan.
Terdengar suara lirih dari ujung ponsel barack
"Kamu sudah makan?" tanya klara.
"Sudah, kapan kamu akan kembali?" barack.
"Aku masih harus menyelesaikan kerjaanku di paris, sekitar 3 bulan lagi aku ada event di jakarta, saat itu akan menemuimu" klara.
"Event apa?" (barack)
"Aku ingin merekrut perancang baru? tapi beberapa hari yang lalu aku sudah membuka lowongan dan lumayan banyak juga yang tertarik ikut event ini" jawab klara.
"Baiklah, kalau nanti butuh bantuanku saat di jakarta tinggal bilang saja ya" kata barack.
"Oke, siap!,,,,,,, barack?" suara klara terdengar bergetar dari ujung ponselnya.
"Mm?" barack.
"I miss you?" klara.
",,,,,," barack tidak menjawab.
"Barack, kamu mendengarku?" klara.
"Oke nanti aku akan menghubingimu lagi" kata barack sambil menutup teleponnya dan tidak menjawab kata kata klara.
Barack menghela nafas pelan, sambil meletakkan kembali foto klara ke dalam laci.
Sesekali dia mengusap wajahnya dan menyilakkan rambutnya ke arah belakang.
Sekejap dia melamun di pikirannya terbesit kejadian tadi di restoran saat dia memeluk luna hingga menggendongnya sampai ke mobil.
"Barack, kamu sudah pulang? kenapa lampunya tidak di nyalain?" tanya bu bowo yang membuyarkan lamunan barack sambil menyalakan lampu ruang kerja.
"Hm?, , sudah mah barusan," jawab barack setengahnya agak kaget.
"Kamu mengantar luna sampai rumah kan, tidak meninggalkannya lagi?" tanya mamahnya.
"tidak mah, sudah aku antar sampai rumahnya, tenang saja" jawab barack.
"Ya sudah kalau gbeitu kamu mandi habis itu istirahat sana" kata mamahnya sambil meninggalkan barack sendirian di ruangan itu.
"Iya mah" barack.
Paginya di kediaman rumah pak cokro, di dalam kamar luna, dia masih tertidur pulas di atas kasurnya.
tot tok tok, , , bu cokro mengetuk pintu kamar luna.
"Lun, luna, bangun sayang, , sudah siang ini, nanti terlambat loh" kata bu cokro setelah itu pergi keruang makan untuk menyiapkan sarapan.
Luna masih tidur, bahkan dia tidak mendengar kalau mamahnya mengetuk pintu beberapa kali.
Tidak lama setelah itu luna mencoba membuka matanya perlahan.
Matanya masih terasa berat, dia mencoba membuka matanya lebar lebar dan segera bangun dari tidurnya.
Terlihat seunyumnya mengembang di wajahnya.
"Jadi yang semalem itu mimpi kan?,, hahahahah, , ya ammpuuunnn aku pikir beneran, untung lah" luna beranjak dari ranjangnya dan bergegas pergi menuju kamar mandi.
Luna mulai mencuci wajahnya dengan air, tapi dia merasakan ada yang terasa nyeri di jari manisnya, dia pun memeriksa jarinya yang terasa sakit itu.
"Aaaaaaaaaaaa" luna teriak, dia berfikir kejadian semalam itu adalah mimpi.
Tapi saat mendapati cincin itu ada di jari manisnya, dia baru tersadar kalau semuanya adalah nyata.
Luna hanya menghela nafas panjang, dia terus mencoba melepas cincin itu tapi tidak bisa.
Luna mencoba melepas dengan menggunakan bantuan sabun agar bisa melepas cincinnya namun hasilnya nihil.
Cincinya masih tidak mau di lepas.
Memang cincinnya itu kekecilan di jari luna tapi semalam barack memaksa cincin itu masuk ke jarinya.
Selesai mandi luna bergegas ganti baju dan dia mulai berkaca.
Menyisir rambutnya dengan rapih, lebih rapih dari biasanya.
Hari itu dia terlihat sangat manis. Kemudian dia pergi sarapan bersama ke dua orang tuanya.
Stelahnya dia pamit berangkat kuliah, dan mengambil helem terus berjalan ke arah garasi.
Saat di garasi luna mencoba mencari motornya namundia tidak menemukannya.
"Loh, masak maling bisa masuk ke garasi sih?" luna terheran heran.
"Maaaaah! motorku dimana ya?" teriak luna.
Kemudian bu cokro dan pak cokropun menghampiri luna ke garasi.
"Sudah papah musiumkan!!! lagi pula di beliin mobil tidak pernah di pakai!" kata papahnya.
"Ya ampun pah, itu kan motor kesayangan luna, ayo cepat balikin sini pah" rengek luna.
"Lagian motor butut begitu masih saja di pakai? kamu tidak bisa menghargai pemberian orang tua ya?" kata papahnya.
"Heeeeerrggghhh, , apa yang papah sama mamah lakuin ke luna itu jaahat!!!" kata luna mulai sebel sambil berjalan keluar dari garasi.
Sedangkan bu cokro sama pak cokro mencoba menahan ketawanya.
"Lun, serius mau jalan kaki? tidak mau naik mobil?" kata mamahnya menggoda, sambil menenteng kunci di tangannya dan di arahkan ke pada luna.
"Tidak usah! luna bisa naik angkot" jawab luna sambil terus berjalan ke arah pintu gerbang.
Setelah luna membuka pintu gerbang, dia mendapati barack sudah berdiri di depan mobilnya menunggu luna dari tadi.
"Kamu ngapain pagi pagi sudah di sini?" tanya luna.
"Pagi??" ini sudah jam setengah 8!!! karena kamu aku bisa telat masuk kantor!! aku yang antar kamu ke kampus, , cepat naik" kata barack ketus.
Luna pun hanya diam dia malah membalikkan badan dan berjalan kembali menuju mamahnya bermaksut mengiyakan tawaran kunci mobil dari mamahnya tadi.
"Kunci mobilnya mana mah?" luna berbicara ke pada mamahnya yang sengaja masih menunggunya.
"Maaf sayang kesempatan tidak datang dua kali" bu cokro menyimpan kembali kunci mobilnya. Sambil tersenyum ke arah luna.
"Aaaarrrggghhhh!!" luna berteriak sambil berjalan menuju mobil barack.
Sedangkankan pak cokro dan bu cokro malah tertawa geli melihat tingkah laku luna.
Dalam perjalanan menuju kampus.
"Besok besok tidak perlu susah payah jemput! aku bisa naik angkot" kata luna ketus.
"Lagi pula siapa juga yang mau dengan suka reka jemput kamu seperti ini! kalau bukan mamah yang nyuruh, aku juga tidak mau" jawab barack sewot.
Barack terus melirik kearah jari manis luna yang agak membengkak karena semalem dia memaksakan cincinnya itu masuk ke jari luna.
Sedangkan luna terus mengelus elus jarinya yang sedikit bengkak itu.
"Sakit?" tanya barack pendek, sambil terus fokus menyetirnya.
"Apanya??, , ini?" tanya luna sambil menunjukkan jarinya yang bengkak itu.
"Iyalah sakit, sudah tahu tidak muat pake di paksa lagi semalam" kata luna mulai kesel.
Barack langsung menghentikan mobilnya, dan mengambil perlengkapan p3k di dashbord.
"Kamu mau ngapain" tanya luna kebingungan.
Barack mengeluarkan salep pereda nyeri dari kotak p3k itu.
"Mana tangamu" kata barack.
"Mau di apain? mau di lepas paksa ya" luna merasa khawatir.
"Tidak usah mikir yang aneh aneh!" barak menarik tangan luna.
Dia memegangi jari manis luna kemudian mengoleskan salep ke bagian yang luka itu.
Luna hanya diam dan membiarkan barack mengobati luka di jarinya, dia mulai memandangi wajah barack yang berada tepat di depannya.
"Sebenarnya ini cowok tidak cuek cuek amat, ada sisi lain yang begitu lembut, apa sifatnya yang galak itu tumbuh saat pacarnya dulu meninggalkan dia ya?" kata luna dalam hati sambil terus melamun.
"Sudah puas ngelihatinnya?" kata barack membuyarkan lamunan luna.
"Yaelaah, , lagian siapa juga yang nglihatin, ora lagi liatin salep apa yang di oles ke jari ku, jangan jangan bukan salep tapi lem!! ntar yang ada jariku jadi satu lagi" kata luna nerocos terus.
Barack hanya menatap tajam ke arah mata luna.
Sedangkan saat itu luna membuang pandanganya ke ajari manis barack dan dia tidak melihat cincin itu ada di jarinya.
"Ee, cincinmu kemana?" tanya luna.
"kenapa? tidak penting ini, jadi aku tidak harus memakainya kan?" kata barack dengan nada ketus.
"I, iya juga sih, , lagi pula kalau jariku tidak bengkak juga pasti sudah aku lepas!" kata luna.
Barack pun melanjutkan perjalanannya menuju kampus.
Saat sampai di kampus luna terdiam, pandangannya tertuju pada aryo yang sedang bergurau dengan teman ceweknya.
Sedangkan barack hanya diam melihat ke arah luna yang tak kunjung turun dari mobil.
"Hei! bukanya turun malah melamun" barack mencoba mengagetkan luna.
"Dia" kata luna terus melihat ke arah aryo.
Barack pun mengarahkan pandangnnya kearah di mana luna sedang memandang.
Terlihat seorang laki laki sedang bercanda gurau bersama dengan teman teman ceweknya.
"Jadi cowok itu yang namanya aryo?" tanya barack.
"Ko kamu bisa tahu?? kan aku belum kasih tahu kamu" luna melirik ke arah barack.
"Kelihatan jelas dari wajahmu! cowok seperti itu yang kamu sukai?" tanya barack dengan nada meremehkan.
"Kaya gitu gimana maksutnya?" tanya luna.
"Cowok playboy kaya gitu? sudah siap buat sakit hati?" tanya barack memastikan.
"Sudah makanan ku setiap ketemu sama dia kali, lebih dari 3 tahun aku mencoba mendekati dia, jadi hatiku ini sudah kebal sama perlakuannya ke pada ku, sekarang tugasmu gimana caranya bantu aku dapetin dia!" tanya luna.
Barack menghela nafas panjang.
"Kaluar kamu" kata barack.
"Loh" tanya luna kebingungan.
"Dengarkan dan ikuti semua kata kataku! tidak ada pertanyaan! paham" kata barack.
Dia pun keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk luna.
Saat itu aryo yang berdiri tidak jauh dari mobil barack pun melihat ke arah luna yang baru saja turun dari mobil.
"Waaahhh, , baru kemarin dia menangis nangis memohon minta kesempatan sama kamu, tapi sekarang dia sudah bisa dapet yang lebih dari kamu yo" kata stela, salah satu temen cewek aryo.
"Eh tapi si cupu kelihatan agak manis hari ini, hahahahaha" saut karin salah satu temen cewek aryo yang lainnya.
"Sialan!!! aku jadi bahan tawaan gara gara tu anak, lihat saja nanti" dalam hati aryo.
Setelah turun dari mobil, barack langsung menggandeng tangan luna dan berjalan melewati aryo.
Luna merasa tidak percaya diri tapi barack menguatkan luna dengan mengencangkan gandengan tangannya.
Barack mengantarnya sampai ke depan pintu masuk.
"Kemarikan ponsel mu?" kata barack sambil mengulurkan tangannya ke arah luna.
Luna menuruti saja apa kata barack,
"Buat apa?" tanya luna sambil mengeluarkan ponselnya.
Barack langsung meraih ponsel dari tangan luna, dia langsung mengetikkan nomor dan menghubungi nomor itu.
dreeeet dreeet, , ponsel barack bergetar.
"Ini nomorku, pulang kuliah aku jemput" barack mencoba menghela nafas panjang.
"Sebenarnya aku malas banget, tapi mamahku yang maksa, jadi selesai jam kuliah, hubungi aku!!!" kata barack setengah mengancam kepada luna.
Barack pun pergi meninggalkan luna. Sedangkan luna masih terus berdiri sambil melihat ke arah barack yang memunggunginya.
"Hayoooo!!!" cici mengageti luna dari arah belakang.
"Hhiiihhhh, , bikin jantungan tau nggak!" kata luna sambil berjalan masuk ke dalam kelas.
"Cie cie, , aryo mau di kemanain bu?" cici mulai menggoda luna.
"Apaan sih, ya nggak di kemana kemanain lah, masih tetep disini" kata luna sambil menunjuk ke arah dadanya.
"Yang bener lun, tapi tadi sepertinya seneng banget di anter sama barack" cici terus menggodanya.
"Kita tuh sudah sepakat ya mau bantu satu sama lain, dia janji bakal bantu aku dapetin aryo" kata luna menjelaskan sambil duduk di bangkunya.
"Serius kamu? ko bisa? gimna ceritanya?" cici di penuh rasa penasaran.
Tanpa berfikir panjang luna langsung menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.
"Ooh jadi begitu ceritanya, trus trus sekarang kenapa kamu kelihatan cantik banget hari ini, karena aryo apa karena mas barack? hahahah" cici terus meledek luna.
"Apaan sih" kata luna sambil menepuk kepala cici.
"Aduh sakit tau" kata cici sambil mengelus elus kepalanya.
Aryo pun masuk ke kelas dan menghampiri luna yang masih sibuk bergurau dengan cici.
"Hei" aryo mencoba menyapa luna dan mengambil kursi lalu duduk di depan luna.
Luna dan cici hanya saling lempar pandang, mereka merasa aneh, aneh sekali karena selama ini aryo tidak pernah menyapa terlebih dulu.
"Hei juga" luna merasa kurang percaya diri.
"Hari ini ada yang beda sama kamu" aryo mulai mengeluarkan jurus gombalnya.
"He? perasaan aku biasa saja" kata luna sambil terus menahan rasa malunya karena seumur umur baru kali pertama ini aryo berinisiatif mengajaknya berbicara terlebih dulu.
Sesekali luna membenarkan rambutnya.
"Uya, ,tidak tau kenapa kamu lebih enak saja di lihat, oh ya nanti selesai kuliah mau jalan sama aku?" aryo terus menggoda luna.
"Jalan? kemana?" tanya luna kebingungan karena pasalnya dia tidak pernah jalan keluar dengan cowok sekali pun.
"Ya terserah, makan kek nonton, atau yang lainnya, terserah kamu maunya gimana" kata aryo.
Luna masih tidak percaya dengan semua ini.
Wajahnya dipenuh rasa kebingungan.
Hanya sekali barack membantunya, aryo langsung mendekatinya.
Dia berfikir kenapa tidak dari dulu barack muncul di dalam hidupnya.
"Jadi kamu ngasih kesempatan sama aku buat dekat sama kamu nih?" tanya luna penasaran.
"Iya" jawab aryo pendek.
"Ee, aku, gimana ya" kata luna kebingungan.
"Iya maukan" kata aryo terus memaksa luna.
"Iya aku mau" jawab luna dengan senyum lebar di wajahnya.
"Oke nanti setelah selesai kuliah aku tunggu di depan" aryo meninggalkan luna dengan melempar senyum manis ke arah luna.
"Ya ampun ci, , coba dengerkan detak jantungku, sumpah, rasanya mau copot, ini beneran tidak mimpi kan" kata luna terus memegangi dadanya.
Cici yang sedari tadi di sebelah luna pun menjitak kepalaluna.
plak
"Aduh kok beneran mukulnya! sakit tahu" kata luna memegangi kepalanya.
"Berarti kamu tidak sedang bermimpi dong!" kata cici sambil menatap sebel ke arah luna.
"Kenapa mukamu seperti itu? tidak suka melihat temanmu seneng ya" kata luna.
"Bukan begitu lun, cuma kamu serius mau jalan sama aryo?" cici meyakinkan.
"Ya iyalah ci, ini kesempatan yang aku tunggu selama bertahun tahun. Kamu gila apa nanya aku serius atau tidak" kata luna.
"Yaudah sih, kalau kamu senang mah, aku juga ikut senang" kata cici.
"Nah begitu dong, jadi teman harus saling mendukung" luna.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 396 Episodes
Comments
Salma Akib
Luna kok gak cantik2 si
2021-11-16
0
Mpii🐯💜
gila gila gila deehh nih si Luna greget q
2020-11-05
0
Iring
kesel deh sama luna arrhgggg😏
2020-09-19
4