Dalam perjalanan pulang menuju rumah, Luna terus diam seribu bahasa, wajahnya cemberut, terlihat dari wajahnya kalau dia benar benar marah dengan sikap Barack.
Saat sampai di depan rumah, Barack menghentikan mobilnya. Dia berdiam diri menunggu Luna turun dari mobilnya.
"Besok tidak usah pakai acara jemput jemput segala!!!" Luna berucap dengan penuh emosi sambil keluar dari mobil kemudian menutup pintunya dengan keres.
BRAK!!!
Tanpa mangatakan sepatah kata pun Barack mengendarai mobilnya dengan cepat.
"Memang ya, benar benar brengsek kamu tuh!" Luna memaki maki Barack sambil menatap mobilnya yang mulai menghilang dari pandangan.
Dia berjalan masuk ke dalam rumah dengan emosi.
Terus berjalan masuk ke arah dalam sambil melewati kedua orang tuanya yang sedang ada di ruang tv tanpa menyapa.
Mamahnya hanya melihat tingkah Luna dengan penuh tanda tanya.
"Anakmu kenapa itu pah?" tanya Bu Cokro.
"Mana aku tahu, coba kamu hampiri dia, dan tanyakan kenapa" Pak Cokro terus sibuk menikmati acara tv.
Luna masuk kedalam kamar dan menutup pintu dengan kencang.
BRAK !!!
Melihat sikap Luna yang aneh Bu Cokro pun mencoba menghampiri Luna ke kamarnya.
TOK TOK TOK, ,
"Luuuun, , sayaaang, kamu baik baik saja?" Bu Cokro mulai mengkhawatirkan Luna.
Terdengar suara Luna dari dalam kamar.
"Iya Mah, Luna capek, mau tidur!" jawabnya sambil membenamkan wajahnya ke bantal.
"Tidak makan dulu, mamah siapin buat kamu ya"
"Tidak usah, Luna sudah kenyang, Luna pengen tidur mah!" suaranya terdengar kurang jelas karena tertutup bantal.
"Ya sudah, kamu istirahat" Bu Cokro kemudian meninggalkan Luna di kamarnya sendiri.
♡♡♡
Paginya aluna pamit berangkat kuliah, dia mulai berjalan keluar menuju pintu gerbang.
Seperti yang ada di pikirannya kalau Barack tidak akan datang menjemput dia saat itu.
Entah Laki lakinitu marah atau memang mencoba memenuhi keinginan Luna agar tidak menjemputnya lagi.
"Aku menyuruhnya untuk tidak menjemputku, karena waktu itu aku sedang emosi, masak iya! dia benar benar tidak jemput sih" Luna menggerutu sambil berdiri di luar pintu gerbang.
Tidak lama setelah itu dia berjalan sambil mencoba menghubungi taxi online.
Taxi yang di tumpangi luna berhenti di lampu merah, detik itu juga mobil Barack berhenti tepat di sebelahnya.
Luna melirik ke arah mobil Barack, dia melihat ada seorang wanita menggunakan pakaian formal yang duduk di sebelahnya, wanita itu berbicara dengan Barack sambil tersenyum manis di kursi belakang.
"Oooowwwhhh jadi begini, dia benar benar tidak menjemputku karena mau pergi sama wanita itu!"
Lampu berganti warna menjadi hijau, mobil Barack pergi terlebih dulu. Dan di susul taxi yang ditumpangi Luna.
♡♡♡
Sesampainya di kampus, Luna langsung mencari Cici di dalam kelas, tapi dia tidak menemukannya. Kemudian dia pergi ke perpustakaan, dari satu lorong buku ke lorong buku lainnya dan akhirnya di lorong ke 3 dia menemukan Cici sedang asyik membaca buku.
"Ci" bisik luna.
"Heeey, , gimana kemarin? pasti semalam tidak bisa tidur ya? terbayang bayang wajah Aryo" Cici menggoda luna sambil berbisik bisik karena sedang di perpustakaan.
"Keluar yuk, tidak enak kalau di sini, takut mengganggu yang lain"
Mereka berdua pun keluar dari perpustakaan.
"Coba bagaimana kemarin? cerita donk, kemana saja kalian?" Cici merasa tidak sabar mendengar cerita dari Luna.
"Yaaa, biasa seperti kalau sedang jalan sama kamu, makan, nonton, nongkrong gitu saja" ucap Luna dengan malas.
"Ko begitu? tapi kan beda donk, kali ini kamu jalan sama Aryo, pastinya perasaanmu saat jalan sama dia lebih menyenangkan, kenapa kamu malah jadi cemberut begitu? oh iya kemarin Barack menjemputmu ke sini"
"Iya aku tau, dia juga menghampiriku kemarin saat aku jalan sama Aryo" perempuan itu terlihat menekuk wajahnya.
"Hah, serius? aku tidak kasih tahu dia tuh kamu jalan kemana, dari sekian banyak tempat di sini, dia bisa menemukanmu? jangan jangan kalian memang berjodoh" cici merasa heran.
"Eh eh, , tu mulut kalau ngomong sembarangan!"
"Yee kali aja, namanya jodoh mah tidak ada yang tahu kan"
"Ih ci jangan gitu donk!"
Saat mereka sedang asyik mengobrol, Aryo pun datang menghampiri mereka.
"Lun, ,nanti malam jangan lupa ya, aku tunggu kamu lo" ucap laki laki itu.
"He??? owh iya, aku pasti datang" Luna merasa terkejut karena Aryo tiba tiba muncul dari arah belakang.
"Ya sudah aku tinggal dulu ya, oh ya ajak temanmu sekalian, oke" Aryo melirik ke arah Cici sambil memegang kepala luna lalu mengacak acak rambutnya.
Luna terpelongo melihat sikap Aryo yang benar benar berubah 180 derajat.
"Bagai mana dia bisa secepat itu berubah ya?" Cici merasa heran melihat Aryo yang bersikap aneh.
"Tuhan itu maha membolak balikkan perasaan manusia ci" Luna mulai sok bijak.
"Tapi kenapa ada yang aneh ya" Cici terus memandang ke arah Aryo yang mulai menghilang.
"Ah itu mah perasaan kamu saja, , eh ntar malem ikut ya" Luna berusaha memohon agar perempuan itu mau ikut dengannya.
"Ke pesta ulang tahunya Aryo??" Cici berucap untuk memastikan sekali lagi.
"Iya, kalo kamu tidak ikut masak aku sendirian?" Luna mulai merengek seperti anka kecil.
"Barack di ajak donk, dia kan tunangan kamu!" Cici mulai menyinggung nama laki laki iti.
"Tunangan apaan, sembarangan kalau ngomong"
"Tidak usah di tutup tutupin deh, tuh di jari kamu apaan" Cici sebenarnya dari kemarin sudah menyadari cincin itu melingkar di jari luna.
"Bukan, ini cuma cincin mainan, kekecilan nih jadi tidak bisa di lepas" Luna berucap sambil memegangi jarinya.
"Ya sudah sekarang kamu coba hubungi Barack, minta dia buat antar kamu nanti malam"
"Kenapa harus dia? aku merasa tidak enak Ci, masak iya tiba tiba aku ajak dia ke pesta ulang tahun Aryo, , nanti dia salah sangka lagi" luna mulai merasa kebingungan.
"Secara dia itu calon suami kamu, terlepas dari kesepatakan kalian itu, dia tetap calon suamimu paham" Cici terus mencoba untuk membujuk Luna, agar mau mengajak Barak.
"Kenapa kamu jadi cerewet seperti Mamahku sih" Luna mengeluarkan ponsel dan mencoba menghubungi Barack.
"tuuut,,,,tuuut,,,,tuuut,,,,tut tut tut tut"
"Tidak di angkat ci"
"Coba sekali lagi"
"tuuut,,,,tuuut,,,,tuuut,,,, tut tut tut"
"Tuh kan!" Luna merasa jengkel kemudian mematikan ponselnya.
"Kalian beranten gara gara masalah kemarin ya" cici mencoba menebak.
"Ya jelas aku marah lah ci, , wajar kan? tiba tiba dia datang dan merusak semuanya kemarin!!!" Luna tak bisa menahan emosinya.
"Kelihatan kali dari raut wajahmu, mending sekarang kamu datangi kantornya deh" Cici berusaha meyakinkan Luna agar mau membujuk Barack untuk ikut dengannya nanti malam.
"Memangnya tidak apa apa?" Luna mulai khawatir.
"Ya tidak kenapa napa lah, kamu kan calon istrinya" Cici berucap dengan santai namun terdengar menyebalkan di telinga Luna.
"Hhiiihhh, gitu mulu ngomongnya, ya sudah nih aku kesana" Luna pun bergegas pergi.
♡♡♡
Dalam perjalanan luna mencoba menghubungi Bu Bowo.
Dia mengambil ponselnya yang ada di dalam tas.
"Hallo tante"
"Iya Lun, gimana kabar kamu?" suara Bu Bowo terdengar lirih dari ujung ponselnya.
"Baik tante, e, , , sebenarnya cuma mau tanya, mmmm, makanan kesukaan Barack apa ya?"
"Makanan???, , , oh itu, kue, yang merah, red velved, iya benar red velved"
"Owh iya tante, makasih, iya daahh" Luna kemudian mematikan ponselnya.
Dia menyuruh supir untuk berhenti di depan toko kue.
Luna bergegas pergi masuk ke dalam toko itu dan membeli kue kesukaan Barack.
Tidak ada maksut lain dia cuma ingin mencoba berbaikan dengan laki laki itu.
Sesampainya di lantai 10 pintu lift terbuka, Luna berjalan menuju ruang kerja milik Barack, dia berhenti di depan pintu yang tertulis 'Ceo grub wibowo'
tok tok tok
Pintu langsung terbuka secara otomatis.
Barack membuang pandangannya kearah pintu masuk dan melihat Luna yang sedang berdiri disana dengan membawa sebuah paperbag.
Luna hanya berdiam diri ketika melihat Barack terus menatapnya.
"Kenapa berdiri di situ!" ucap Barack dengan nada ketus.
Dia melanjutkan kerjanya, menandatangani berkas barkas di atas mejanya.
Dengan perasaan ragu Luna melangkah masuk.
Dia bermaksut untuk duduk di kursi seberang meja, namun laki laki itu melarangnya.
"Siapa yang menyuruh kamu duduk di situ?" ucapnya dengan ketus.
"He!!!?" Luna langsung berdiri lagi sebelum sempat duduk di kursi itu.
Wajahnya terlihat memerah, dia salah tingkah di depan Barack.
Laki laki itu beranjak dari kursi dan berjalan melewati Luna.
"Ikut aku!" perintahnya.
Aura wajah Barack terasa dingin dan mengerikan.
Sepertinya dia masih menyimpan rasa jengkel atas kejadian kemarin.
Sampai di sebuah ruangan, Barack menyuruh Luna untuk duduk.
Tempat itu bisa di sebut ruang tamu yang masih satu ruang dengan ruang kerja itu, hanya terbatas oleh bifet besar di tengahnya.
Barack duduk dengan kedua kakinya di silangkan layaknya seorang perempuan anggun yang sedang duduk.
Namun dia duduk seperti itu dengan gaya lelakinya, sehingga membuat kesan lebih gagah saat dia juga melebarkan salah satu tangannya merangkul dinding sofa.
Dadanya yang terlihat bidang itu terbalut kemeja dengan rompi berwarna merah padam serta setelan jas yang senada dengan warna rompi.
Luna langsung duduk sembari sesekali melirik Barack yang terus melihat kearahnya seperti sedang menunggu Luna untuk mengatakan apa sebenarnya maksut kedatangannya saat itu.
"Mau apa kesini?" suaranya terdengar berat seperti biasanya.
Luna merasa salah tingkah ketika Barack terus memandangnya. Ekspresi wajah Barack tak bisa di tebak.
Marah atau tidak, luna tidak bisa membacanya.
"Eee, , soal kemarin, , aku minta maaf".
Barack hanya diam, mendengar Luna mengatakan hal itu. Dia tidak bergeming sedikit pun.
Barack hanya menghela nafas pelan.
"Kenapa harus minta maaf?" pertanyaan itu keluar dari mulutnya dengan nada datar, dan mengisyaratkan seolah olah kalau Luna harus mengakui kesalahannya.
Mata Luna berputar, menyapu setiap sudut ruangan di sekitarnya.
"Maaf, , iya aku salah, lalu, , kenapa tadi pagi, kamu benar benar tidak menjemputku? aku juga melihat kamu bersama perempuan di lampu merah tadi pagi" Luna mencoba mengalihkan pembicaraan.
Sebenarnya dia tidak harus menanyakan hal itu.
Karena memang hubungan mereka seharusnya tidak boleh sampai sejauh itu.
Namun Barack dulu yang memulainya, dia seperti harus mengetahui semua kegiatan Luna, maka darinitu dia juga harus mengetahui semua kegiatan Barack.
Barack terus menatap ke arah Luna, namun lagi lagi ekspresi wajahnya tidak bisa di tebak.
"Semalam bukannya kamu yang melarangku! dan sekarang kamu tanya kenapa aku tidak menjemputmu? , , terus soal wanita tadi pagi di mobil?? bahkan saat dilihat dari penampilannya saja, Ayahmu juga sudah tahu kalau wanita itu sekretarisku!" Barack berucap dengan nada datar.
Wajah Luna memerah, dia juga merasa bodoh kenapa harus menanyakan hal itu.
"Ee, , mana aku tahu, kalau itu sekretarismu" suara Luna terdengar melemah, karena merasa malu saat mengetahui bahwa wanita itu adalah sekretarisnya.
Sekali lagi Barack melihat ke arah Luna, tetapi kali ini dengan tatapan mata yang terlihat aneh.
"Lagi pula, apa aku harus minta ijin dulu saat pergi dengan sekretarisku? kamu juga belum menjawab pertanyaanku, kenapa kamu datang ke sini?" sekali lagi Barack mengingatkan Luna dengan pertanyaan yang belum sempat dijawab olehnya..
"Tentu saja itu bukan urusanku, masalah pergi dengan sekretaris juga itu urusanmu, aku hanya bertanya" Luna berucap dengan sedikit menantang kali ini.
Barack menghela nafas lagi.
"Kamu belum menjawab pertanyaanku? kenapa, kamu datang ke sini?".
Nada bicaranya seperti terdengar sedang menyuruh Luna untuk cepat cepat menyelesaikan urusannya.
"Ee, nanti malam Aryo mengajakku ke pesta ulang tahunnya, kamu bisa menemaniku tidak?" Luna sedikit merasa malu saat harus mengatakan hal itu.
"Kenapa tidak bilang lewat telepon?" Ekspresi wajah Barack kali ini terlihat seolah sedang berkata kepada Luna, kenapa harus buang buang waktu hanya untuk mengatakan hal itu.
"Aku udah mencoba hubungimu, tapi tidak di angkat, eee , , ini dari tante, tadi katanya nitip kue ini buat kamu" Luna menyodorkan kotak bungkusan kue kearah Barack.
Luna terpaksa berbohong karena merasa takut dan sedikit aneh kalau tiba tiba datang ke kantor dengan membawa makanan kesukaan Barack.
Yang ada nanti laki laki itu malah berfikir yang bukan bukan.
Barack mengalihkan pandangannya kearah paperbag di atas meja.
Dia membukanya dan mengambil sekotak kue dari dalamnya.
Isinya adalah red velved.
Dia hanya tersenyum sinis saat melihat kue di depannya itu.
Senyumnya hampir terlihat sadis.
"Serius ini dari mamahku?" Barack seperti sedang mencurigai sesuatu.
"Ya iyalah, Tante yang beli sendiri kok"luna mencoba meyakinkan Barack
Sunyumnya terlihat menghilang dari wajahnya.
"Sepertinya Mamahku lupa bilang ya, kalau aku tidak suka coklat!" Barack mencoba memancing Luna.
"Ha??? serius? tapi tadi Tante tidak bilang kalau kamu tidak suka coklat, jadi" Luna terdiam, dia mulai sadar kalau Barack sengaja memancingnya untuk mengatakan yang sesungguhnya.
"Sebenarnya tadi tante nyuruh aku buat" Luna mencoba menyembunyikan kebenaran bahwa dia yang telah membeli kuenya.
"Ternyata suka bohong juga" Barack menghardik kepada Luna.
"Aku tidak bohong, cuma" bibir Luna terpaku saat melihat Barack melahap kue itu sembari menyingkirkan coklatnya.
Barack langsung berhenti makan saat menyadari Luna menatap kearahnya.
"Soal ulang tahun si playboy, mending kamu tidak usah datang!" Barack meletakkan kue dan beranjak kembali ke meja kerjanya.
"Kok begitu, aku sudah berbesar hati loh, bilang sama kamu kalau aku mau datang ke pestanya, kalau kamu ikut kan orang tua kita tidak curiga. Kenapa tidak boleh!!" Luna berucap sambil berjalan mengikuti Barack dari arah belakang.
"Aku bilang tidak boleh ya tidak boleh!!!, tidak usah tanya alasanya kenapa!" jawab barack dengan nada galak.
"Kenapa jadi seperti seorang anak minta ijin ke bapaknya sih!!"
"Pokoknya aku mau pergi, kamu sudah janji kalau akan membantuku kan, kenapa malah jadi melarangku dekat sama Aryo?" luna menaikkan nada bicaranya.
"Aku rasa Aryo bukan laki laki yang baik"
"Terus yang baik itu yang kaya gimana? kaya kamu??? aku minta tolong sama kamu buat ngdeketin aku sama dia, bukan malah menjauhkan aku dari dia. Aku tidak mau tahu!! pokoknya nanti malam aku mau datang! dengan atau tanpa kamu!" Luna melangkah pergi keluar dari kantor barack.
Sementara Barack hanya menghela nafas dengan kasar.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 396 Episodes
Comments
Astrii Zahra
keras kepala.. biarin pergi ajj sendiri, biar tau rasa 😌
2021-04-02
0
Ririn Ariani
sebodoh bodohnya cewe tau juga kale kalo cwo itu gg bener meskipun cinta bertahun tahun lamanya tapi jangan sampe otak dongkol (masak udah di permaluin,di maki pake kata2 kasar masak gg bisa mikir jernih yah memang seperti pepatah cinta itu buta tapi jngan beneran di buta butain kale ) 😒😒😒😒 semangat berkarya Thor 💕
2020-08-31
5
La Tahzan
luna biar q ajj yg anter,, lumayan makan kue geratis😅😅😅😅😅
2020-08-27
0