Setelah meletakkan tubuh Luna di sofa, Barack pun membuang tubuhnya sendiri ke sofa tunggal. Karena saking lelahnya menggendong luna dan tubuhnya masih terasa lemas karena kekurangan oksigen saat di dalam lift, dia mencoba mengatur nafasnya yang masih agak terasa sesak.
Barack menghela nafas panjang. "Benar-benar, gembel ini berat sekali!" ucapnya lirih sambil melirik ke arah luna yang masih belum sadarkan diri.
Tidak lama setelah itu Luna pun sadar, dia membuka matanya perlahan dan melihat ke langit-langit yang tampak tidak asing baginya. Dia mulai bangun dan duduk di atas sofa sambil memegangi kepalanya.
"Aduuuh, kenapa kepala Gue jadi nyut nyutan gini?" Luna sambil melihat ke arah sekitar.
"Aku kira Kamu tidak akan bangun lagi," kata Barack ketus sembari membuang pandangan ke sekitarnya.
Luna menengok ke arah suara itu berasal. Terlihat kerutan di dahi saat melihat lelaki itu duduk di sofa. "Kenapa Kamu ada disini? Ini juga! Apaan ini?" Luna menjinjing jas milik Barack menggunakan ke dua jari yang masih menyelimuti tubuhnya. Kemudian dia melempar jas itu ke arah Barack.
BRUG!!!
Jas yang di lempar Luna mendarat tepat di kepala Barack hingga menutupi wajahnya. Dengan cepat Barack mengambil jas dan menatap tajam ke arah Luna.
"Hahahah. Hahahah ...," tawa Luna pecah melihatnya.
"Heh gembel, tidak bisa ya bilang terima kasih? Sudah badan beratnya minta ampun lagi, kaya karung beras?" Barack mulai emosi.
"Lagian siapa yang suruh gendong aku!" jawab Luna sepele.
"Kamu–" Barack kehabisan kata.
"Luna? Kamu baik-baik saja?" ucap Pak Cokro yang langsung masuk dan memotong pembicaraan.
Saking paniknya pak Cokro tidak menyadari kalau ada orang lain di ruangan itu.
"Iya, Ayah. Luna baik-baik saja," Luna mencoba menenangkan ayahnya.
Barack menatap aneh ke arah Luna, dia tidak menyangka kalau dia ternyata anak pemilik perusahaan itu.
"Serius Kamu tidak apa-apa? Tapi Ayah dengar Kamu tadi sempat pingsan? Lalu siapa yang menggendongmu kemari?" tanya Pak Cokro bertubi tubi.
"Tuh!" Luna sambil melirik ke arah Barack yang dari tadi hanya diam saja.
"Ya ampuunn, maaf, saya benar-benar tidak fokus karena saking paniknya, jadi tidak tahu kalau ada orang lain di sini, sebelumnya terima kasih, tapi ... maaf Kamu siapa ya?" Pak Cokro mengernyutkan dahinya.
"Barack," jawabnya pendek dengan senyum tipis sekali di wajahnya.
"Astagaaa., Pak Barack, maaf sekali saya benar-benar minta maaf, ini pertama kalinya datang ke kantor saya, tapi malah terjadi hal yang tidak mengenakkan seperti ini, sekali lagi saya benar-benar minta maaf." Pak Cokro menyesal sambil mengulurkan tanganya untuk menyalami Barack.
"Iya, saya mengerti," jawab barack singkat sambil menyambut uluran tangan Pak Cokro.
"Siapa dia, Ayah?" tanya Luna dengan nada jutek.
"Sshhh, tidak boleh bicara tidak sopan seperti itu sama orang asing, dia itu Pak Barack, dia CEO termuda dan terbaik di sini, dia sudah berhasil membangun perusahaannya sendiri di Paris dalam bidang fashion."
Makanya Ayah ingin mengajak dia bekerja sama untuk mengembangkan bisnis, siapa tahu nanti Ayah bisa punya anak perusahaan di luar negeri seperti pak Barack" Pak Cokro mulai membanggakan rekan bisnisnya.
"Owh." Luna acuh seolah olah meremehkan Barack.
"Oh ya, bisa kita mulai saja presentasinya, takut waktunya keburu sore." Barack melirik sinis ke arah Luna.
"Oh ya, ok-ok, dengar ya Lun Kamu bisa belajar sama Pak Barack tuh, Kamu kan pengen tu jadi perancang busana ternama, Kamu perlu belajar sama dia," bisik Pak Cokro kepada putrinya.
"Tidak mau!" sahutnya ketus.
"Husshh, ya udah. Ayah tinggal dulu ya, Kamu tunggu di ruangan Ayah, ada yang ingin Ayah bicarakan sama Kamu. ingat, jangan kabur!" Pak Cokro mengingatkan sambil berjalan keluar dari ruangan itu.
"Iya!" jawab Luna pendek.
"Ayo, Pak Barack." kata Pak Cokro mengajak Barack menuju ruang rapat.
Luna melirik ke arah Barack yang masih duduk di sofa, Barack mulai bangkit dari duduknya dan melirik ke arah Luna yang masih melihatnya dengan sinis.
"Ngapain Kamu masih disini?" cibir Luna dengan nada galak.
"Aku tidak habis fikir, bagaimana seorang seperti Pak Cokro memiliki anak gembel seperti kamu!" Barack berucap dengan nada dingin dan angkuh sambil melangkahkan kakinya menuju pintu keluar dan membiarkan jasnya menggantung di satu tangannya.
"Ha! Apa Kamu bilang? Gembel!! dasar laki-laki breng***!!! Awas aja Kamu." Luna mengumpat sambil melempar tas ranselnya ke arah Barack yang sudah pergi.
♡♡♡
Saat di ruang rapat Barack mulai mempresentasikan rancangan yang dia susun kemudian di susul dengan sekretaris Pak Ckkro.
Mereka saling bergantian mempresentasikan materinya masing masing.
Dan di sisi lain, Luna berjalan perlahan menuju ruangan Ayanya, lumayan jauh dari ruangan yang barusan dia tempati.
Sampai di ruangan itu Luna hanya duduk manis dan memainkan ponselnya sambil sesekali chat dengan Cici.
Dua jam kemudian rapat antara Barack dan Pak Cokro pun selesai.
Waktu menunjukkan pukul empat sore, Luna mulai bosan menunggu Ayahnya yang tidak kunjung selesai.
Saat Luna akan pergi untuk menemui Ayahnya di ruang rapat, dia mengurungkan niatnya karena yang ada malah Ayahnya sudah datang sendiri ke ruang kerjanya.
"Maaf Lun, Kamu menunggu lama ya? Rapatnya baru saja selesai," kata Pak Cokro sambil duduk di kursi kebanggaannya.
"Ayah, Luna hampir lumutan menunggu disini, sebenarnya apa yang pengen Ayah bicarakan sama Luna?"
"Ayah mau bilang, nanti malam jam 7 keluarga calon suami kamu akan datang pengen ketemu kamu, nanti kita mau makan malam bersama," kata Lak Cokro menjelaskan.
"Kok mendadak si? Jangan ah, Luna nggak mau ketemu sama mereka." Luna mulai mengambil tas ransel dan memakainya. "Kalau Ayah cuma mau bilang ini kenapa tidak lewat telepon saja, kenapa harus nyuruh luna datang ke kantor Ayah? Buang-buang waktu juga."
"Kalau Ayah bilang ini lewat telepon yang ada Kamu malah nggak pulang, malah kabur nanti, Ayah sengaja minta kamu datang kesini biar nanti pulangnya bareng sama Ayah."
"Nggak usah nyuruh Luna datang kemari pun kalau Luna mau kabur, Luna bisa saja kabur tuh! Dah Ayah." ucap Luna sambil berlari keluar dari ruang kerja Ayahnya.
"Luna tunggu!! Dasar ini anak!" Pak Cokro merasa geram sambil mengangkat telepon kantor dan menghubungi Satpam.
"Suruh anak buahmu menyusuri gedung ini kalau sampai melihat Luna bawa dia ke ruanganku," kata Pak Cokro mulai geram.
Luna berlari menuju pintu lift, tapi belum sampai dia di sana pintu liftnya tertutup lagi.
"Sialan!!!" umpatnya.
Dia terus berjalan dengan cepat.
Luna pergi ke arah lain untuk mencari lift yang mau membuka pintunya dengan cepat.
Dia terus mondar mandir kesana kemari,
sempat terfikirkan untuknya melewati tangga menuju ke lantai dasar.
Tapi Luna sudah membayangkan capeknya, dikira aja ini lantai tiga puluh.
Masak iya dia harus turun tangga sebanyak itu.
Luna melewati ruang rapat, dia berjalan semakin cepat sambil sesekali menengok ke arah belakang siapa tau ada satpam yang sedang mengejarnya.
Saking paniknya Luna tidak memperhatikan sekitar.
Sementara Barack sudah selesai urusannya dengan sekretaris Pak Cokro, dia membuka pintu dan langsung bertabrakan dengan Luna.
BRUG!!
Luna terpental dan jatuh terduduk setelah menabrak badan Barack yang keras dan bidang itu.
"Dasar, Kamu nggak punya mata ya, jalan nggak lihat-lihat!" maki Luna kepada cowok yang barusan dia tabrak, Luna pun mengangkat kepalanya.
Matanya terbelalak saat melihat bahwa orang yang dia tabrak adalah barack.
Tidak terlihat ekspresi apa pun di wajah Barack saat itu.
"Bodoh!! Kamu yang nabrak kamu yang marah, dasar cewek tidak berguna!" ucapnya lirih dengan nada yang datar, dan tatapan matanya yang sinis itu terus tertuju ke arah Luna, dia berjalan melewati Luna yang masih terduduk di lantai begitu saja.
"Aaaaarrggghhh, barusan bilang apa dia!! Tidak berguna, dasar cowok brengsek, ternyata ada cowok yang lebih parah dari Aryo," maki Luna.
Sambil memungut tas ranselnya bersamaan dengan itu Luna mendengar langkah kaki yang semakin mendekat dan mendengar percakapan mereka.
"Kita berpencar saja, biar lebih cepat menemukan Non Luna," kata laki laki tersebut, yang belum di ketahui identitasnya oleh Luna.
Batin Luna sudah tau kalau itu adalah satpam suruhan Ayahnya.
Tanpa berfikir panjang dia langsung berlari ke arah yang berlawanan dengan suara itu berasal.
Luna berusaha mencari pintu lift yang terbuka.
Dari satu pintu lift ke pintu lift yang lain, sambil mencoba menghindari satpam.
Akhirnya luna mendapati pintu lift yang baru terbuka.
Namun di sana banyak pegawai yang baru saja selesai jam kantor.
Dengan susah payah Luna masuk ke kerumunan orang-orang yang hendak masuk ke dalam lift, karena saat itu bebarengan dengan jam pulang kantor.
Setelah berhasil masuk ke dalam lift, Luna mengatur nafanya pelan pelan.
Nafasnya masih terus terengah engah.
Sesaat kemudian pintu lift terbuka dan Luna sudah sampai di lantai dasar.
Di resepsionis Barack sedang memastikan jadwal pertemuan berikutnya dengan Pak Cokro agar tidak berbenturan dengan jadwal Barack selanjutnya.
Di sisi lain Luna sudah merasa lega karena dia sudah bisa sampai lantai dasar tanpa tertangkap Satpam.
"Akhirnya, sampai di sini juga, tapi tunggu, aku belum bebas kalau belum bisa melewati pintu keluar itu." Luna terus berfikir bagaimana caranya keluar dari pintu utama bahwasannya pintu itu di jaga oleh kepala satpam.
Luna berfikir untuk membaur dengan kerumunan orang orang yang hendak pulang kerja.
Dia berjalan pelan-pelan mengikuti kerumunan tersebut sambil sesekali menutup wajahnya dengan tas ransel. Dan akhirnya Luna bisa keluar dari pintu lobi utama tanpa ketahuan Satpam. Dengan segera dia langsung menuju ke parkir VIP untuk mengambil motonya.
Luna memakai helem, setelah itu mencari kunci motornya di dalam tas.
Namun Luna tidak menemukan kuncinya.
Dahinya berkerut saat ingatannya mengudara kembali, dimana dia meletakkan kunci motor itu.
Sesaat Luna teringat bahwa kunci motornya dia berikan kepada satpam tadi siang saat di suruh memarkirkan motonya.
"Aduh, ya ampuuun, bagaimana ini, masak iya aku minta kuncinya sama mereka, yang ada aku di tangkap nanti, adduuuhh, udah kaya maling aja nih. Seenggaknya sekarang aku harus keluar dari sini, kalau aku berjalan menuju jalan utama yang ada nanti ketahuan dong, aduh gimana ini ya," Luna mulai panik.
Sementara saat itu Barack keluar dari pintu lobi dan berjalan menuju parkiran VIP. Barack memencet remot mobil dari kejauhan.
CIT CIT !!
Mobil Barack pun sudah terbuka kuncinya, atau bisa di bilang pintu mobilnya bisa di buka tanpa alarmnya berbunyi.
Luna yang ada di sebelah mobil Barack berfikir untuk masuk ke dalam mobil itu, dia akan masuk ke mobil secara diam diam.
Dia hanya butuh tumpangan sampai jalan raya, dimana dia bisa mendapatkan taksi.
Tanpa berfikir panjang Luna langsung melepas helem dan membuka pintu belakang lalu bersembunyi di belakang kursi supir.
Greb!!!
Terdengar Barak menutup pintu mobil, dengan segera dia memakai sabuk pengaman lalu langsung menancap gas mobilnya agar melaju dengan cepat.
Misi pertama adalah keluar dari kantor ayahnya dulu, dan misi itu berhasil dengan mulus.
Dan misi yang kedua dia harus keluar dari jalan lingkar utama, karena di jalan itu hanya ada mobil pribadi dan truk truk muatan besar yang lewat.
Jadi kalau sampai ketahuan sama si pemilik mobil dan Luna di suruh turun maka tidak akan ada mobil yang memberikan tumpangan padanya.
Di pertengahan jalan ponsel Barack berdering.
Dia mengangkatnya dengan ragu, karena tau kalau ayahnya yang menelepon.
"Ya halo, aku masih di jalan, iya sekitar 1jam lagi aku sampai rumah, kenapa mendadak sekali? Tidak bisa di undur besok malam? Iya baiklah, kalian berangkat lebih dulu, nanti aku menyusul. Aku janji, tinggal kirim alamatnya, nanti aku akan langsung dateng kesana, ok." Barak lalu menutup teleponnya.
Aura wajahnya menggelap tatapan matanya tajam dan penuh dengan emosi setelah mendapat telepon dari ayahnya.
Perasaan Barack terus berkecamuk saat itu.
"Breng***!" umpatnya sambil memukul ke arah setir.
Sontak Luna yang sembunyi di belakang kursi merasa terkejut dan hampir saja berteriak.
Tapi dia segera menutup mulutnya sendiri rapat-rapat dengan ke dua tangan.
Luna hanya berfikir bawasannya dia merasa tidak asing dengan suara orang itu.
Dia memberanikan diri untuk mengintip perlahan lahan wajah orang yang sedang menyetir itu melalui kaca sepion depan.
Tapi saat Luna melihat ke arah sepion depan, matanya berpapasan dengan mata Barack yang juga melihat ke arah sepion depan.
Deg!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 396 Episodes
Comments
Tara
kok ganti ya jadi papah 🤔🤔🤔 sebelumnya kayanya ayah dech
2022-10-07
0
Sarini Sadjam
mungkin luna berpenapilan kya gitu pengen cari orang yg bener2 cinta sama dia tampa liat klg nya yg kaya
2022-09-27
0
Mien Mey
jdi inget dakor😂😂ada afegan nylinap ke mobil s cwo gnteng nan tjir tp angkuh
2020-10-30
1