Luna masuk ke dalam rumah masih dengan menggunakan gaun yang semalam.
"Aku pulang mah" Luna melangkah menuju taman belakang melewati dapur, biasannya kalau hari minggu di jam jam seperti saat ini orang tua Luna menghabiskan waktunya di sana.
"Hai Lun,. kamu baru pulang? loh ko masih pakai gaun itu? kamu tidak pinjam baju milik Cici?" Bu cokro berucap sembari menyirami bunga bunganya.
"He? owh, e, , luna tidak enak sama Cici mah, , jadi luna pakai ini saja lagi" dia berusaha berbohong pada Mamahnya.
"Ya sudah sana kamu ganti baju dulu" Pak Cokro menambahkan, laki laki paruh baya itu sibuk memandangi layar laptop di depannya.
"Pah, , ini kan hari minggu, tumben masih sibuk aja?" Luna menyelidik kearah Papahnya
"Kemarin Papah dapat investor baru, alhamdulillah ada 4 orang. Jadi Papah hari ini nyambi bikin laporannya biar besok tidak mengecewakan mereka" Pak Cokro sibuk menggerakkan jarinya di atas kerboard.
"Papah keren ih,. mmmmuah" Luna mencium pipi Papahnya kemudian pergi kearah kamar.
ring ring ring
Pak Cokro mendapatkan email masuk di laptopnya.
Pak cokro langsung membukanya, ternyata email itu dari sekretarisnya.
Berisi kabar buruk dan sekretaris itu melampirkan sebuah link ke email tersebut.
Pak Cokro mengklik link tersebut dan keluarlah berita berjudul 'Ceo muda dari grub Wibowo terlibat baku hantam demi seorang gadis'.
Pak Cokro mencoba memperbesar di bagian foto yang ada di link tersebut, tapi foto gadis itu di bagian wajahnya telah di sensor semantara foto Barack terlihat sangat jelas.
Dalam benak Pak Cokro dia tau kalau foto gadis itu adalah Putrinya.
"Mah, panggil Luna suruh kemari!" ucap Pak Cokro sembari menatap layar itu dengan tajam, dia terlihat menahan emosinya yang menggebu.
"Bentar Pah, dia kan lagi ganti baju, nanti juga kesini" Bu Cokro berucap dengan lambut.
"Papah bilang sekarang!!!" mata Pak Cokro mulai memerah, memendam emosi yang tertahan.
"Ee, , iya pah" Bu Cokro berlari kecil menghampiri Luna.
Di sisi lain Pak Cokro mendapat email dari berbagai kalangan kolega bisnisnya.
Salah satunya yang dia baca dari investor baru, isinya menanyakan kebenaran tentang berita itu, karena rumor sudah beredar bahwa gadis itu adalah anak dari grub Cokro.
Terlihat dari wajah Pak Cokro kalau dia begitu kecewa dengan berita yang beredar luas di internet, dia melepaskan kaca matanya, kemudian menghela nafas panjang.
Tidak menunggu lama, Luna pun datang.
"Papah manggil Luna? kenapa Pah?" Luna duduk di kursi seberang meja.
Pak Cokro langsung mengarahkan laptop kearah Luna.
Luna menyelidik ke layar laptop.
"Apa ini Pah?"
"Baca saja dulu" Pak Cokro mendengus kesal.
Dengan segera Luna membaca artikel tersebut.
Terlihat dari wajah luna kalau dia tidak percaya dengan berita tentang dirinya di internet.
"Pah, ini apa?" Luna kembali bertanya dengan raut wajah kebingungan.
"Seharusnya Lapah yang tanya sama kamu, kenapa sampai bisa muncul berita seperti itu? kamu semalam mabuk?" Pak Cokro berusaha keras menahan emosinya.
"Tidak pah., Luna, sebenarnya, ini salah paham pah, Luna tidak tau kalau minuman itu beralkohol. Dan soal pertengkaran itu sebenarnya Barack mencoba" ucapan Luna terhenti dia teringat dengan Barack, kalau sampai Ayahnya Barack tau soal ini, bisa bisa dia menghajar Barack habis habisan.
Luna melihat ke arah artikel itu dan melihat jam berapa artikel itu di unggah ke internet.
"3 jam yang lalu?? jangan sampai Om Bowo tahu tentang ini, bisa bisa"
"Maaf Pah, Luna harus pergi, nanti Luna jelasin lagi soal ini, maaf Luna harus pergi" dia bergegas lari kearah garasi.
"Luna!!! kamu mau pergi kemana? Luna!!!" teriak Papahnya.
Luna segera mengambil kunci mobil di kotak kunci yang ada di garasi dan segera membuka pintu mobilnya.
Dia memang tidak pernah memakai mobil tapi untungnya dia bisa menyetir.
Dia bergegas masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesinnya, kemudian alaram sabuk pengamannya berbunyi terus menerus.
Luna tak menghiraukan itu, dia lalu menginjak gas, namun mobilnya tidak mau bergerak.
"Kenapa lagi ini mobil, ayo doonooonk pliss pliss plissss,. jalan! jalan!, ini lagi tat tit tut tat tit tut,!!, , tunggu tungggu" Luna teringat saat Barack mengingatkan dirinya soal alarm sabuk pengaman. Dia pun dengan segera memakai sabuk pengaman detik itu juga alarmnya berhenti berbunyi.
Mobilnya memang di set demi keamanan jadi kalau sabuk pengaman belum di pasang gas mobil tidak akan bekerja.
Luna langsung menginjak gas, dan mobil pun melaju dengan cepat.
Di perjalanan, Luna mencoba menghubungi Bu Bowo.
"Halo Tante? apa Om Bowo ada di rumah?" luna.
"Dia baru saja pergi Lun" suara Bu Bowo terdengar sedikit bergetar, dia seperti sedang ketakutan di seberang sana.
"Sudah pergi kemana Tan?" Luna berucap dengan nada penuh kekhawatiran.
"Ke apartemen Barack katanya, tapi Om Bowo terlihat sangat emosi, sebelumnya dia sudah sempat marah marah" ucap Bu Bowo.
"Pergi sambil marah marah???" Luna mengerutkan dahinya.
"Jangan jangan Om Bowo sudah baca artikel itu lagi!!"
"Iya Lun, Tante minta tolong kejar Om Bowo ke apartemen Barack, perasaan tante tidak enak soalnya" Bu Bowo semakin khawatir.
"Oke Tante aku cek kesana" Luna lalu mematikan ponselnya.
Tak lama dia berusaha menghubungi Cici.
"Ayo doooonk angkat Ciiii buruuuu!,, hallo Ci" sahutnya ketika panggilan itu terhubung.
"Iya Lun, kamu sudah lihat artikelnya belum?" dari ujung ponsel Luna, nada bicara Cici terdengar sangat khawatir
"Sudah Ci maka dari itu, aku hubungi kamu, aku mau nemuin Om Bowo, katanya tadi dia pergi ke apartemen Barack sambil marah marah, aku takut dia kenapa napa, sekarang bantu aku buat hapus artikel itu ya, pliss Ci" Luna berucap dengan nada menuntut
"Iya Lun tenang aja, aku sudah coba retas alamat internetnya kamu tenang aja." Cici memang terbilang jenius di banding Luna, maka dari itu dia sering menghabiskan waktunya membaca di perpustakaan.
"Yaudah nanti kabari aku lagi" Luna kemudian mematikan ponselnya.
Luna menginjak lagi gas mobilnya sehingga melaju lebih cepat.
Di perjalanan Luna sempat terkena macet, terlihat dari raut wajahnya kalau dia benar benar khawatir dengan Barack.
♡♡♡
Sementara di apartmen, Pak Bowo sudah terlihat berdiri di depan pintu.
ting tong, ,
Tidak lama Barack membukakan pintunya.
Dia tahu maksut kedatangn Ayahnya saat itu, karena sebelumnya dia sempat membaca artikel itu.
Barack berjalan ke ruang tv dan diikuti oleh Ayahnya dari arah belakang.
"Apa maksutnya ini!!!" Ayahnya melempar ponsel ke atas meja begitu saja
Barack hanya melirik kearah ponsel itu dan melihat artikel terpampang di layar ponsel itu.
Barack menghela nafas panjang.
"Iya malam itu memang aku berantem, tapi"
PLAK!!!!!
Pak Bowo menampar putranya.
"Mau berulah lagi kamu? heh!!! kamu tidak berfikir apa dampaknya bagi perusahaan?" Ayahnya berucap dengan penuh amarah di matanya.
"Maaf Ayah, malam itu aku hanya"
"Mau jadi apa kamu!!! umur kamu sudah lebih dari dewasa, tapi kamu tidak berfikir kelakuan kamu bisa membuat citra buruk ke perusahaan yang ayah bangun selama ini buat kamu!!! kamu bisa berfikir tidak?" Pak Bowo memotong pembicaraan, dia berucap dengan nada tinggi.
Pak Bowo pun melampiaskan amarahnya dengan mengobrak abrik ruang tv.
"Dasar tidak berguna" teriaknya sambil melempar hiasan kaca ke arah tv hingga pecah.
Barack hanya diam melihat aksi Ayahnya tersebut.
"Bisa kamu mengembalikan barang yang sudah pecah dan berantakan ini seperti semula!!" Pak Bowo berucap dengan nada penuh penekanan.
"Ayah?,, maaf" Barack mulai berkaca kaca.
"Maafmu sudah tidak berguna!!!" sahut Ayahnya.
Sementara di sisi lain Luna telah sampai di bestmen, dengan segera dia berlari ke arah lift.
"Berfikir Lun berfikir,. aprtemen Barack ada di lantai berapa ya, ayo Lun inget inget, lima??? iya bener lima" luna langsung menekan tombol 5.
Sesaat sampai di lantai 5, dia berusaha mengingat letak apartemennya. Luna berhenti di pertigaan lorong.
"Aduuuh yang mana ya, , kanan, apa kiri aduuuuhhhh aku benar benar tidak bisa mengingatnya" luna berucap frustasi sambil mengacak acak rambutnya.
Sayup sayup Luna mendengar suara Ayahnya Barack yang sedang marah. Dia pun berjalan ke arah suara itu berasal.
Di ruang tamu, Pak Bowo sedang mencengkeram kaos yang di kenakan Putranya.
"Dulu kamu sudah mencoba merusak dirimu sendiri, dan sekarang kamu berusaha merusak semua yang sudah Ayah bangun dari nol untuk kamu?!!! kenapa Barack?? kenapaaa!!!" Ayahnya semakin menaikkan nada bicaranya.
Barack hanya diam dan berusaha menahan emosinya, matanya semakin memerah, begitu juga dengan Ayahnya yang tidak bisa membendung air mata, tapi raut wajahnya terlihat penuh dengan amarah.
Barack tahu penjelasanya tidak akan membuat emosi Ayahnya mereda maka dari itu dia lebih memilih diam.
Saat itu akhirnya Luna menemukan dimana suara itu berasal, beruntung pintu apartemennya tidak tertutup rapat sehingga dia langsung bisa masuk.
Barang barang berserakan di lantai, luna langsung masuk dan mendapati Om Bowo sedang mencengkeram kaos Barack.
Luna berlari ke arah mereka.
"Om om tunggu om, Luna bisa jelasin, pliss om lepasin Barack, Barack sama sekali tidak bersalah, pliss Mm plisss" Luna berucap sembari menangkupkan kedua tanganya dan terus memohon di depan Pak Bowo dengan berlinangan air mata.
Pak bowo yang melihat Luna sedang menangis pun melepaskan Barack.
Pak bowo menghela nafas panjang.
"Dengarkan Luna Om, barack tidak bersalah, malam itu Luna yang memaksanya untuk ikut ke sana, dan soal perkelahian itu Barack mencoba nyelametin Luna, jadi semua itu benar benar salah Luna Om pliiisss jangan seperti ini Om, Luna mohooon " Luna terus berbicara dengan air matanya yang mengalir membasahi pipi karena dia tak bisa menahannya, Luna berhara Om Bowo mereda emosinya.
Pak Bowo meraih pundak Luna.
"Lun, , Om sudah anggap kamu seperti anak Om sendiri, jadi Om mohon jangan menangis Lagi ya" Pak Bowo menenangkan Luna yang masih menangis terisak isak.
"Kamu sebagai laki laki seharusnya menjaga calon istrimu dengan baik!" Pak Bowo berucap kepada Barack.
Barack hanya diam dengan tatapan mata kosong.
"Sudah Ayah putuskan, dengan segera akan Ayah umumkan soal perjodohan kalian ini untuk manepis berita kamu itu" Pak Bowo berucap mengancam ke pada Barack.
"Kalau sampai di umumkan, gimana nasib Barack dan ceweknya nanti, bisa bisa tambah ribet"
"Jangan Om!,," sahut Luna
"Kenapa?" Pak Bowo mengerutkan dahinya.
"Eee, Luna belum siap kalau sampai semua orang tau, tentang hubunganku dengan Barack, jadi Om, , , Luna mohon"
"Nanti om pikirkan lagi,, Luna, om minta maaf ya"
"Tidak om, seharusnya luna yang minta maaf"
"Mmmm, , om juga minta maaf" Pak Bowo pun memeluk perempuan itu.
"kalau begitu, Mm pergi dulu, tolong kamu jaga Barack ya?" laki laki paruh bayah itu menghela nafas, setelahnya melirik kearah Barack sebelum berjalan ke arah pintu.
Luna menganggukkan kepala dan mengantar Pak Bowo keluar.
Luna berjalan kembali ke ruang tv, dia melihat Barack sedang membereskan barang barangnya yang berserakan.
Dia mulai membantu Barack dengan membereskan tempat itu.
"Hentikan!!!" Barack berucap meminta Luna untuk tidak membantunya.
Tapi Luna tak bergeming.
"Aku bilang berhenti!" laki laki itu menaikkan nada bicaranya.
Luna hanya diam, dia masih tetap terus membantunya. Dia mulai mengambil hiasan kaca yang pecah dan berserakan di lantai.
"Kamu tuli ya! aku bilang berhenti!!!, tidak usah membantuku!!!" Barack menarik pecahan kaca dari genggaman tangan kiri Luna.
kress, , , pecahan kaca itu melukai telapak tangannya hingga darah pun bercucuran ke lantai.
"Aauuu!!!" Luna memegangi tangannya yang terluka.
Barack hanya terdiam melihat darah yang keluar dari tangan Luna dan bercucuran di lantai
Luna meringis kesakitan, dia berlari kearah dapur dan segera membasuh lukanya dengan air.
Luna mengambil tisu untuk mengusap darah yang sedikit mengental di telapak tangannya.
Namun darahnya masih tak mau berhenti, dia mencoba membuka kulkas dan mengambil es batu dan segera menggenggamnya, berharap itu bisa menghentikan darah yang terus keluar.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 396 Episodes
Comments
Syinta Azmi
kresss suara ayam goreng dibaluterigu yg biasa di kategorikan friedchiken🤭
2021-12-11
0
La Tahzan
kresss,, suara tangan luna yg kepotong kya suara ayam keremes yg digigit 😁😁
2020-08-28
6
Okha Rokaeni
knp krakter luna'y bodoh sih thor.
2020-08-19
2