"Apa maksudmu Dokter Octo beserta dengan timnya telah menghilang?!" tanyaku geram dengan apa yang barusan aku dengar.
Ada sebanyak 1.769 korban jiwa dalam semalam dan sekarang Dokter Octo bersama dengan timnya tak dapat ditemukan dimana pun.
Bahkan para Pembelot yang sudah di interogasi memberikan pernyataan yang serupa, mereka berkata bahwa Tim yang ditugaskan untuk membersihkan laboratorium Octopus juga ikut menghilang bersama dengan Dokter Octo.
"Omong kosong macam apa ini?!" gumamku kesal.
Kerugian yang terjadi kali ini sangatlah besar. Mereka meledakkan rel kereta api, gedung kepolisian, dan beberapa jembatan kota yang baru dibangun.
Lalu di dalam gedung pengadilan tinggi negeri. Persidangan dilakukan oleh Mahkamah Agung. Kali ini, banyak orang yang menunggu di luar dan tak sedikit yang ikut menyaksikan di dalam.
Hasil sidang mengatakan bahwa mereka yang berpartisipasi dalam kudeta secara resmi mendapat hukuman mati dan memaafkan ratusan Junior di dalam tubuh Militer yang tak sanggup melawan perintah Seniornya.
"Pengkhianat!"
"Kalian semua adalah Pengkhianat!" teriak para warga sesaat para Prajurit yang diadili berbaris keluar.
Setelah persidangan selesai, pemakaman kenegaraan untuk mereka yang telah gugur termasuk Menteri Pertahanan beserta keluarganya dilaksanakan dan dihadiri oleh banyak orang.
Walaupun agendaku cukup melelahkan hari ini dan sama sekali belum sempat untuk beristirahat. Namun aku tak boleh berhenti melangkah, karena selanjutnya aku menghadiri barisan Militer untuk menyaksikan sumpah seumur hidup mereka untuk kedua kalinya.
'Kami berjanji untuk mengabdikan diri kepada Yang Mulia Agung, Negara, dan Masyarakat!'
'Kesetiaan kami adalah kehormatan kami!'
'Kesetiaanku adalah kehormatanku!'
Setelah selesai, penunjukan Perwira tinggi dilaksanakan. Beberapa orang baru terlihat untuk pertama kalinya dan mereka terlihat begitu menjanjikan untuk mengabdikan diri kepada negaranya.
Lalu ada sedikit waktu istirahat di Istana Negara. Saat makan siang diadakan, kami mengundang seluruh Menteri untuk datang bersama dengan tiga perwakilan organisasi.
"Kau tahu kenapa? Aku sedang berada di barat daya, melihat pantai. Jika saja mereka mengajakku, mana mungkin mereka gagal dalam semalam. Oh ya ngomong-ngomong adikku menangis terus karenanya. Haha lucu sekali~" ucap Doni dengan mulut yang penuh akan makanan dan duduk di kursi layaknya tengah makan di warteg.
"Huh..." ucapku menghela nafas.
Entah kenapa. Makanan yang ada di atas meja rasanya tak begitu enak kali ini.
"Aku ada di Istana Negara saat kudeta terjadi. Namun langsung menggunakan sihir untuk menghilang ketika para Tentara mulai masuk ke dalam," jelas Evan.
"Oh benarkah?" sahut beberapa Menteri merasa penasaran dengan kelanjutan ceritanya.
Lalu perbincangan mereka terjadi cukup lama. Namun anehnya, semuanya mulai menjadi gelap dan semakin gelap.
...*BRUK!*...
...-...
...--...
...-...
Aku terbangun dan menyadari bahwa saat ini sedang terbaring di atas sebuah kasur.
"Anda sudah siuman?" tanya Victor.
"Apa yang terjadi?" tanyaku bingung dalam keadaan kepala yang terasa sakit saat mulai memposisikan diri untuk duduk.
"Anda pingsan. Sepertinya kecapean," jawab Victor.
"Oh benarkah?" tanyaku ragu.
Namun tak lama kemudian Kaila masuk ke dalam sambil membawa makanan untukku. Wajahnya terlihat khawatir dan untuk pertama kalinya aku melihatnya sebagai seorang gadis yang sangat cantik.
...(Aneh! Apa ini karena efek obat-obatannya? Gadis yang terlihat begitu menyebalkan dan memuakkan tiba-tiba saja terlihat begitu cantik.)...
"Berapa lama aku pingsan?" tanyaku.
"Kurang dari tiga hari," jawab Kaila yang mulai duduk tepat di samping ranjangku. Padahal kupikir Victor lah yang akan menjawabnya.
"Lalu bagaimana dengan pemerintahan?" tanyaku ke arah Victor.
"Jangan khawatirkan itu. Khawatirkanlah dirimu sendiri," jawab Kaila yang kemudian mulai menyentuh dahiku untuk mengetahui kondisi tubuhku.
"Benar. Tiga Serangkai tidak bekerja sendirian," jawab Victor. "Saya izin undur diri," lanjutnya yang mulai melangkah pergi meninggalkan kami bedua.
...(Tiga Serangkai tidak bekerja sendirian huh?)...
"Aku bisa makan sendiri," ucapku ketika Kaila mulai mempersiapkan makanan ke arahku.
"Aaaaaaa!"
"Tck."
Pada akhirnya, sambil menahan rasa malu. Kaila lah yang mulai menyuapiku makanan secara perlahan.
"M-makasih," ucapku ragu.
"Hmm iya, cepet sembuh ya!"
...-...
...--...
...-...
Elf sebagai masyarakat kelas ketiga adalah budak milik negara, mereka diwajibkan untuk memenuhi segala panggilan negara jika sedang dibutuhkan.
Namun mereka diperbolehkan untuk mendapatkan pekerjaan lain selagi tak ada panggilan walaupun harus di gaji lebih rendah daripada Manusia. Setidaknya hak pekerja seperti tunjangan hari raya, hari libur, dan keselamatan pekerja tetap ditegakan.
Lalu Bank Nasional untuk pertama kalinya dibuka untuk umum. Siapapun boleh menabung dan meminjam uang modal dalam jumlah tertentu tanpa dikenakan bunga bank, namun karena hal itulah kami kecolongan dan beberapa Elf mulai melakukan pinjaman dalam jumlah yang cukup besar untuk membangun perusahaan pribadi.
Totalnya kini ada sekitar 1.300 pabrik baru yang telah dibangun dan 5%nya adalah milik para Elf. Aku yang mengetahui hal tersebut bahkan tak mencoba untuk menghentikannya, biarkan lapangan pekerjaan terbuka lebar dan ekonomi terus berputar karenanya.
Lagian, para Elf hanya mampu untuk menciptakan barang-barang yang cukup mendasar seperti peternakan atau pertanian saja. Sedangkan kita sudah lebih maju dan dapat menciptakan produk setengah jadi atau bahkan barang jadi.
Sehingga persaingan pasar tak akan begitu sulit untuk dilakukan, terlebih lagi reformasi pajak telah dilakukan dan kemungkinan besarnya pendapatan negara untuk pertama kali akan ikut mengalir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments