Namun pada kenyataannya, telpon itu dialihkan langsung menuju ke arah radio kota alih-alih menuju ke Istana Negara.
Karenanya, secara mengejutkan semua orang dan bahkan para Elf yang takut jika Pihak Militer berkuasa, mulai turun ke jalanan kota.
Ratusan ribu warga ditambah dengan puluhan ribu Elf turun memenuhi jalanan kota. Membawa bendera bergaris merah dan putih ditangan dan saling menyerukan.
'Hidup Nusantara!'
'Hidup Nusantara!'
'Hidup Nusantara!'
Mereka bahkan berani untuk memblokade iring-iringan tank yang tengah bergerak dari satu sektor ke sektor-sektor penting lainnya.
'Kalian adalah Tentara kami!'
'Kalian adalah Tentara kami!'
Semua orang menyerukan hal itu berkali-kali dan bahkan ada yang berani naik ke atas tank dan berkata.
'Kalian adalah Tentara kami!'
Dengan ini dapat di pastikan, jika semua orang ikut turun ke jalan tanpa rasa takut. Namun disisi lain...
...*BOOM!*...
Tank-tank yang memblokade jalan raya utama Ibukota Pusat mulai menembak dan pembantaian terjadi. Bahkan tak sedikit tank yang mulai menabrak warga yang mencoba untuk menghalangi jalan dan melindasnya.
Karena hal itulah, kepanikan merajalela dan semua orang bersama saling melindungi satu sama lain dan bersiap untuk kemungkinan terburuk setelah perang dunia.
"MEDIS!!"
"MEDIS!!"
Para Tentara mulai menembaki warga sipil yang mengerumuni jalanan kota. Namun tak sedikit orang yang malah tetap bertahan di tengah jalan sambil tiarap alih-alih kabur bersama yang lain.
'Kalian adalah Tentara kami!'
Tak sedikit orang yang pada akhirnya mulai menangis. Melihat kerabat mereka tertembak oleh Tentara yang dulu pernah berjuang bersama untuk mempertahankan Ibukota.
Sedangkan di gedung Perlemen. Pesawat fighter mulai melakukan serangkaian pengeboman ke arah gedung itu. Mereka tahu bahwa ketiga organisasi besar bekas Mafia itu tengah berkumpul disana sebagai aksi solidaritas dan membawa banyak massa.
Masjid-masjid bergema, menyeru kepada semua orang untuk turun ke jalan. Bahkan dengungan lonceng Gereja dapat terdengar tanpa henti-hentinya, sebuah tanda bahwa jangan biarkan Pihak Militer mengambil alih kekuasaan atau kita semua akan mati karenanya.
Namun orang-orang juga tahu bahwa mustahil bagi mereka untuk menghentikan tank dengan menggunakan batu dan kayu.
Di lapangan bola, sambil menunggu pesawat terbang datang menjemput kami. Untuk pertama kalinya aku mulai menangis karena merasa dikhianati oleh orang-orangku sendiri.
Untungnya, karena terlalu gelap tak ada yang menyadari hal ini kecuali Victor yang selalu ada di dekatku.
Semuanya dalam kebingungan karena keterbatasan informasi sekarang, bahkan karena mentalku yang sudah sangat kacau membuatku sulit untuk berpikir, untungnya Victor berusaha untuk menenangkanku tak lama kemudian.
"Semua akan baik-baik saja," ucapnya.
Benar! Semua akan baik-baik saja, sama seperti yang Victor katakan barusan. Bukankah ini sedikit memalukan jadinya? Seorang Diktator menangis karena alasan yang cukup sepele.
Walaupun begitu, sekarang sudah jam 2:39 pagi dan informasi tak kunjung datang setelahnya. Mungkin Pihak Militer telah berhasil menguasai bandara dan membutuhkan waktu tambahan untuk membebaskannya.
...-...
...--...
...-...
Untuk kedua kalinya, semua orang berdiri dibawah panji bendera yang sama, merah dan putih. Tak peduli kau Manusia ataupun Elf, apa warna kulitmu, dan darimana asalmu. Semua orang menyerukan agar para Tentara untuk segera menyerah.
Bahkan ketika pesawat fighter mulai menukik ke arah kerumunan orang dan mulai menembaki mereka. Orang-orang tetap bertahan di jalanan Ibukota.
Disisi lain, gedung Perlemen untuk kesekian kalinya di bom oleh pesawat fighter. Namun pondasi gedung yang kokoh bahkan tak dapat merobohkannya.
"Pengkhianat! Pengkhianat! Pengkhianat!"
"Kalian semua pengkhianat!" seru orang-orang dari dalam gedung Perlemen yang terdiri dari 3 organisasi besar itu.
Ketika pihak Tentara mulai menembak untuk kesekian kalinya. Banyak orang mulai berlari pergi secara berkelompok. Tak boleh ada yang bergerak sendiri, bahkan ketika kau sudah tak dapat berlari sekalipun, yang lain akan berusaha sekuat tenaga untuk menggendongmu.
Kabar duka datang dari Menteri Pertahanan yang telah ditangkap dan seluruh keluarganya telah dihabisi. Para Tentara yang berjaga di jalan raya utama mulai membidik siapa saja yang mereka lihat, bahkan pengendara motor yang berencana untuk menabrak mereka telah berhasil ditembak oleh sniper dari kejauhan.
Seluruh orang mulai mengendap-endap dari satu gedung ke gedung lain, dalam sekejap kerumunan orang menghilang dari jalan raya utama dan bersembunyi ke pesisir jalan.
'Jangan ada yang menunjukkan kepala kalian!'
'Medis!!'
'Medis! Ada yang terluka!'
'Siapapun tolong dia!'
'Tenanglah! Hentikan pendarahannya!'
'Kita akan menolongnya!'
Dalam keputusan yang sangat singkat. Semua orang saling membantu, menghentikan pendarahan dan bahkan memindahkan mereka yang terluka.
Pihak Militer telah menguasai bandara dan menangkap para pilot yang tengah memanaskan mesin terbangnya.
Jalanan kota menjadi sangat macet karena blokade militer di sejumlah jalanan kota yang strategis. Namun karena hal itulah informasi dengan cepat menyebar, memaksa orang-orang untuk turun dari kendaraan atau kereta kudanya dan mengikuti sekelompok massa yang tengah melangkah menuju ke arah bandara.
Mereka, mulai melangkah menuju ke arah bandara Ibukota. Membentangkan bendera merah putih tanpa membawa senjata apapun.
Pihak Militer yang tertekan akan massa yang terus berdatangan memutuskan untuk menyerah dan tak menembak. Bahkan karenanya, mereka berhasil membebaskan para pilot dan secara bersama-sama memutuskan untuk menjaga bandara hingga pesawat yang dinaiki Yang Mulia Agung mendarat dengan selamat.
Lalu di jam 5 pagi. Pesawat milik Yang Mulia Agung mendarat di bandara dan iring-iringan massa menyambut kedatangannya dengan sangat antusias.
"Hidup Yang Mulia Agung!"
"Hidup Nusantara!"
"Hidup Yang Mulia Agung!"
"Hidup Nusantara!"
"Hidup Yang Mulia Agung!"
"Hidup Nusantara!"
Para warga yang telah berhasil merebut senjata milik Tentara yang menyerah mulai berjaga dengan sangat antusias dan bahkan mengendarai tank-tanknya.
Lalu di hadapan kerumunan banyak orang. Yang Mulia Agung mulai berpidato dengan semangat yang berapi-api dengan wajah yang terlihat sangat lelah.
"Kita akan hentikan para Pengkhianat itu hari ini!" ucapnya singkat yang diakhiri oleh sorakan massa.
"Hidup Yang Mulia Agung!"
"Hidup Nusantara!"
"Hidup Yang Mulia Agung!"
"Hidup Nusantara!"
"Hidup Yang Mulia Agung!"
"Hidup Nusantara!"
Pagi harinya, letupan senjata masih dapat terdengar dibeberapa sudut kota. Pesawat fighter masih mengebom beberapa tempat sebelum akhirnya terjadi pertempuran udara karena sebagian Tentara yang setia memutuskan untuk membelot dari Peletonnya.
'Semuanya menunduk!'
Para Tentara mulai memburu mereka, namun bukannya lari salah seorang warga malah mulai merakit bom molotov dan berhasil membakar sebuah tank.
Ketika cahaya matahari secara perlahan mulai terlihat dari sela-sela awan yang menutupi, semakin banyak orang yang turun ke jalanan kota. Memaksa para Tentara yang setidaknya memiliki mental yang lemah untuk segera menyerah.
'Kalian adalah Tentara kami!'
'Serahkan senjata kalian! Kalian adalah Tentara kami!'
Karena merasa bahwa tak mendapat dukungan dari rakyat. Banyak Perwira yang mulai menyerah, berjalan mendekati kerumunan orang sambil mengangkat kedua tangannya.
'Aku menyerah!'
Sedangkan para warga yang melihat hal itu bukannya merasa marah. Mereka malah mulai memeluk Perwira itu sambil menangis.
'Selamat datang kembali, nak!'
Karena hal itu, semakin banyak Tentara yang menyerah dan di tangkap oleh para warga. Hingga akhirnya, Yang Mulia Agung berhasil sampai ke Istana Negara dengan selamat bersama dengan iring-iringan massa dan memberikan pidato resminya dihadapan setengah juta masyarakat yang berhasil mengagalkan kudeta yang terjadi.
"Kepada seluruh Rakyatku yang aku sayangi dan aku banggakan! Kita telah berhasil mengagalkan kudeta! Kita telah menunjukkan kepada mereka bahwa kitalah yang memegang kendali!" ucapku yang membuat semua orang bersorak bahagia.
'Hidup Yang Mulia Agung!'
'Hidup Nusantara!'
'Hidup Yang Mulia Agung!'
'Hidup Nusantara!"
Dan untuk pertama kalinya air mata kebahagiaan mengalir deras tanpa pemberitahuan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments