Chapter 7

Dokter Octo memiliki rambut yang botak di tengah. Umurnya sekitar 73 tahun dan satu-satunya orang yang tak takut akan apapun. Bahkan ketika tangannya tanpa sengaja terkena pecahan gergaji besi, dia tak memperlihatkan ekspresi kesakitan walau sedikit.

Walaupun sudah cukup berumur, wajahnya masih terlihat muda dan tidak pikun. Berkaca mata dan sulit untuk menebak ekspresi wajahnya yang datar itu.

Satu-satunya kalimat yang masih aku ingat yang ia ucapkan adalah 'Ada begitu banyak sinyal radio yang berasal dari luar angkasa masuk menuju ke arah bumi dan para Ilmuwan sepakat untuk tidak pernah membalasnya kembali'.

Doni Saputra adalah Komandan yang angkuh. Di akademi militer dulu, dia adalah satu-satunya brandal yang berani berkelahi dengan para Senior, sering kabur, sekaligus mampu untuk memanfaatkan celah peraturan. Walaupun begitu, dirinya adalah orang yang sangat loyal terhadap temannya sendiri. Waktu itu aku pernah terlibat masalah dan Doni mau menutupi kesalahanku hingga dirinya lah yang dihukum kala itu.

Dia memiliki kulit sawo mateng, berambut ikal, perokok berat, dan satu-satunya Komandan yang telah banyak membunuh bawahannya sendiri karena alasan khusus. Satu-satunya doktrin yang dia pegang selama perang adalah 'Tidak ada yang boleh mundur'. Itulah mengapa banyak Prajurit lebih takut kembali ke belakang alih-alih maju ke depan karena konsekuensinya lebih tak manusiawi.

Evan Pratama merupakan anak Bangsawan. Berkulit putih, tegas, dan hidup di kalangan keluarga yang berpendidikan tinggi. Dia memiliki segalanya, pintar, dan keterampilannya sungguh di luar nalar. Mustahil untuk menyainginya selama masih satu akademi dengannya.

Namun dia terlibat berbagai macam skandal pelecehan seksual atau setidaknya orang-orang berencana untuk menjatuhkannya dengan cara yang seperti itu.

...-...

...--...

...-...

Aku tidak tahu secara pasti namun beberapa Elf telah berhasil menyelinap masuk ke dalam kota dan membunuh warga sipil. Sejauh ini sudah ada 8 orang yang tewas akibat mereka dan 12 lainnya terluka parah.

Oleh karena itu, jam malam kini mulai di berlakukan kembali dan semua orang dilarang menggunakan penutup kepala atau kain apapun untuk menutupi telinga mereka.

Beberapa hari dalam persiapan, pesawat pengebom kami pada akhirnya mulai mengudara dan secara acak mulai menjatuhkan bom ke beberapa titik koordinat yang dicurigai sebagai pemukiman Elf.

Namun serangan udara jelas tak cukup untuk menaklukkan mereka, apalagi karena keterbatasan visual membuat serangan udara kami kebanyakan meleset dari target.

"Foto yang diambil dari udara tak ada bedanya. Hanya ada pepohonan dan hijaunya dedaunan," gumamku.

"Aku akan memimpin langsung armada angkatan darat untuk memasuki hutan," ucap Doni.

"Serangan gerilya mereka cukup mematikan, mereka tak menggunakan sihir untuk menyerang Pasukan kita, malah menggunakannya untuk meningkatkankan kecepatan berlari mereka. Aku khawatir mereka akan melesat lebih cepat dari muntahan senjata api kita," jelas Evan.

"Jika mereka menggunakan sihir untuk melakukan buff dan menyergap Pasukan kita. Bisakah kau menggunakan sihir untuk mendeteksi keberadaan mereka?" tanyaku ke arah Evan.

"Entahlah, namun aku dapat mencobanya."

"Apa kau yakin? Jika iya, maka dua Pemimpin utama akan turun ke lapangan," ucap Doni.

"Tak perlu khawatir. Jika kalian mati, setidaknya patung berlapis emas akan aku bangun megah untuk kalian dan singgasana akan aku simpan untuk keturunanku sendiri," ledekku.

"Oh ... rupanya kalian ada di tempat ini," ucap Dokter Octo yang masuk ke dalam ruangan sambil memakai baju laboratorium. "Pesawat pengebom yang telah di modifikasi menggunakan bom api telah siap di terbangkan, akan tetapi kita hanya memiliki 3 pesawat saja yang telah di persiapkan. Walaupun begitu tak perlu khawatir dengan daya ledaknya. Aku pastikan api akan melahap sebagian hutan," lanjut Dokter Octo tersenyum puas.

"Baiklah, kalau begitu aku izinkan mereka untuk terbang dan membakar hutan ini. Cepat atau lambat para Elf akan mendapatkan hukuman atas apa yang telah mereka lakukan," ucapku yang langsung melangkah keluar setelahnya.

Kemudian aku langsung menuju ke ruanganku yang di dalamnya telah ada beberapa orang yang menunggu, yaitu Ajudanku dan beberapa orang Teknik Sipil.

"Bagaimana, Vic?" tanyaku ke arah Ajudanku itu.

Saat ini dirinya tengah merencanakan pembangunan kembali kota agar sesuai sekaligus fleksibel di tengah konflik.

Victor adalah ajudanku yang setia. Setidaknya, dia tak pernah sekalipun mempertanyakan atau membangkan apapun keputusanku. Bahkan ketika aku mulai melaksanakan pembersih politik, dirinya hanya dapat menurut dan melaksanakan perintah.

Apalagi dirinya tipikal cowok kutu buku yang berkaca mata. Selama perang berlangsung, aku selalu melihatnya ada di sekitarku. Bahkan ketika aku ketiduran di atas meja, dirinya terlihat berdiri di sebelahku. Atau setidaknya, aku tak pernah sama sekali melihatnya beristirahat selama bertugas.

"Kami berencana untuk menciptakan lingkungan yang hijau bagi Ibukota terbaru kita. Tata kelola kota terdahulu cukup buruk bagi kesehatan, sangat macet, sekaligus kumuh. Titik awalnya adalah dengan membangun jalan raya yang berukuran 6 kali lebih besar dari sebelumnya, tersedia lajur khusus pesepeda, pejalan kaki, dan angkutan umum termasuk bis, kereta, dan lain sebagainya. Walaupun begitu ada masalah untuk konsep awal ini," jelasnya memberikan sebuah gambaran awal tatanan kota di atas meja.

"Apa masalahnya?" tanyaku ragu.

"Pabrik semen, bahan baku, dan barang setengah jadi hanya tersedia di kota-kota kecil. Di Ibukota sendiri satu-satunya pabrik adalah sebuah gedung sekolah yang dialih fungsikan, sehingga butuh waktu bertahun-tahun untuk merealisasikan program pembangunan ulang yang seperti ini. Ditambah dengan terbatas pekerja serta sumber daya sepertinya akan memakan waktu sekitar 13 tahun lebih untuk pembangunan ulang kota," jelas Victor.

"Oh ... jangan khawatirkan jumlah pekerja dan sumber daya yang kita miliki. Di luar sana, terdapat banyak sekali lahan baru yang masih belum di eksploitasi," ucapku.

Apalagi tata kelola kota yang dikerjakan oleh Victor dan beberapa Teknik Sipil lainnya terlihat begitu menjanjikan. Sebuah kota yang berkelanjutan, memiliki akses transportasi yang sangat mudah, strategis, serta ramah lingkungan. Jelas harganya akan sangat tinggi di kemudian hari.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!