Chapter 8

Setelah ekspedisi militer dilaksanakan selama beberapa hari. Pasukan kami berhasil mengambil alih sebagian lahan milik para Elf dan mendorong mereka masuk hingga ke pinggiran hutan.

Namun, Doni sedikit maniak di lapangan. Ketika pasukan berkuda milik musuh mulai menyerang, dengan entengnya dia mulai membantai mereka dengan menggunakan tank. Sehingga pertempuran melawan para Elf tidak lebih seperti latihan uji coba bagi Resimen baru kita.

Namun dari informasi yang aku dapatkan, sepertinya terjadi perselisihan diantara Evan dan Doni untuk kesekian kalinya.

"Oh astaga ... bisakah mereka seirama walaupun sebentar?" gumamku ketika keduanya dengan tergesa-gesa masuk ke dalam ruangan.

Padahal aku bersama dengan Victor tengah mempersiapkan beberapa hal yang cukup mendesak. Namun siapa sangka jika keberadaan mereka berdua kini sebagai variabel lain yang harus di prioritaskan.

"Kau tahu apa yang dia lakukan disana?!" tanya Evan dengan nada yang terdengar penuh emosi sambil menunjuk ke arah Doni.

"Ada apa?" tanyaku penasaran yang kemudian mempersilahkan Victor pergi sambil membawa beberapa dokumennya.

"Kami menemukan dua desa. Desa pertama, seluruh penduduknya dibantai olehnya--"

"Itu adalah balasan yang pantas. Mereka! Mahluk rendahan itu telah membunuh warga kita," potong Doni membenarkan segala tindakannya itu.

"Oh benarkah?!" cibir Evan. "Lalu di desa kedua. Seluruh Pasukannya melakukan kekerasan seksual, Doni sendiri tahu akan hal itu namun tidak berbuat banyak untuk menghentikannya!" lanjut Evan menuding Doni.

"Sepertinya Evan telah dicuci otaknya," ucap Doni dengan sangat santainya. "Apakah kau ingat dengan gadis Elf yang linglung itu? Ketika gadis Elf itu sedang di interogasi. Satu-satunya Petinggi yang peduli terhadapnya hanyalah kau, Evan. Aku khawatir, jika dirimu telah di manipulasi oleh gadis itu--"

"Omong kosong macam apa itu?! Jangan coba-coba untuk mengalihkan pembicaraan--"

"Tidak! Kaulah satu-satunya orang yang berusaha untuk menutupi tindakanmu sendiri. Gadis itu ... kau telah melecehkannya bukan?" ucap Doni menuduh sekaligus menyudutkan Evan.

"A-apa maksudmu bedebah!!!"

"CUKUP!" ucapku menghentikan keduanya. "Oh astaga..." gumamku sedikit menghela nafas panjang setelahnya.

"Ho~ Aku mendengar keributan di luar dan tak menyangka akan ada perdebatan di dalam," ucap Dokter Octo. Datang sambil mendorong Penyihir tua yang duduk di atas kursi roda.

"Seharusnya para Elf bersyukur karena dapat menjadi satu dengan orang-orang yang berasal dari dunia para Dewa," sahut Penyihir tua.

"Ah iya aku baru ingat. Aku tak menyangka jika sistem sosial di dalam Elf memaksa para pria untuk bekerja di dapur dan tulang punggung keluarga ada pada para wanitanya, sehingga tak heran jika para prianya sedikit lebih feminim dari yang aku bayangkan. Itulah mengapa aku berencana untuk memperbudak mereka," ucap Doni seraya memberikan sebuah solusi mengenai permasalahan tenaga kerja yang terjadi di dalam kota.

"Apa kau gila?!" tanya Evan tak percaya dengan apa yang dia dengar barusan.

"Lalu mau kau apakan mereka?! Memberi mereka makan, minum, dan tempat tidur yang nyaman disaat kita sendiri sedang bekerja membangun kembali kota?" ucap Doni terpancing emosi.

"Cukup!" tegasku. Karena mereka berdua, kini kepalaku langsung terasa pening.

Dalam sekejap semuanya terdiam dalam keadaan canggung dengan suasana yang terasa begitu mencekam.

"Aku tak ingin membenarkan hal ini, namun di dunia ini. Penyakit menular seksual memang tidak ada," ucap Dokter Octo disaat suasana ruangan terasa hening.

"Terima kasih informasinya. Tapi kita sedang tak membicarakan tentang hal itu," ucapku.

"Oh benarkah? Namun ada seorang Prajurit yang memberitahuku bahwa selama ekspedisi berlangsung. Para Elf menjadi korban kekerasan seksual berulang kali, sekiranya ada yang sebanyak 70 sampai 80 kali. Bahkan ketika mereka telah menyerah dan tak melawan, setidaknya ada 100.000 Elf yang diyakini telah dipaksa untuk melayani nafsu para Prajurit dengan perkiraan 10.000 Elf meninggal setelahnya," jelas Dokter Octo.

"Para Elf sangat cantik. Tak heran jika setelah perang berakhir mereka tak lebih sebagai alat pemuas nafsu," sambung Penyihir tua.

"Apa ini? ... Kenapa aku baru tahu akan hal itu?!" tanyaku geram menatap ke arah Evan dan Doni.

"Memangnya siapa lagi yang berusaha untuk menutupi informasi di lapangan," keluh Evan dengan nada yang terdengar penuh emosi seraya berusaha untuk menyalahkan Doni atas apa yang terjadi.

"Don..." ucapku menuntut sebuah penjelasan.

Namun setelah mendengar perkataanku itu. Doni mulai melangkah mendekat ke arah jendela dan menutup tirainya.

"Sebagai seorang Pemimpin, kau harus memahami jika seorang Prajurit yang telah melintasi ribuan kilometer mempertaruhkan nyawanya demi banyak orang di kota ini lalu memutuskan untuk bersenang-senang dengan para Elf atau bahkan melakukan hal sepele kepada mereka. Aku terlalu banyak memberikan perintah, biarkan mereka memiliki inisiatif atas apa yang ingin mereka lakukan. Apalagi, para Elf yang menyerah termasuk ke dalam rampasan perang sehingga kita berhak melakukan apapun terhadap para Elf itu," jawab Doni.

"Dih najis! Apa kau berencana untuk membenarkan segala tindakan kriminalmu itu?!" sahut Evan.

"Dan satu lagi," ucap Doni yang kemudian melangkah keluar selama beberapa saat sebelum akhirnya kembali sambil membawa seorang gadis Elf. "Salah seorang Pemimpin Suku berhasil kami tangkap. Selanjutnya terserah padamu, wahai Pemimpin Agung... " ucapnya yang kemudian mulai membakar cerutu.

Gadis itu terlihat cantik, hanya mengenakan dedaunan untuk menutupi sebagian tubuhnya. Kaki dan tangannya di ikat erat sehingga dirinya hanya dapat duduk di atas lantai dalam keadaan pasrah.

"Kalian semua monster!!!" ucap Elf itu yang menangis hebat setelahnya. "Kalian membantai yang tua dan memaksa anak-anak untuk melayani nafsu bejat kalian!" lanjutnya histeris.

"Anak-anak katamu? Walaupun terlihat seperti anak-anak, namun mereka telah berumur lebih dari 45 tahun--"

"K-kau! Ini semua karena perintahmu!! Dasar sampah!!" sahut Elf itu menatap Doni dengan sebuah tatapan kebencian.

"Ya kau benar! Aku adalah seorang sampah dan karena itu aku sarankan padamu wahai Pemimpin Agung untuk mengeksekusi mati dirinya tepat dihadapan para Elf yang menyerah," ucap Doni memberikan sarannya padaku.

"Aku menolak! Kita adalah negeri pedagang, wilayah jajahan kita sudah membentang jauh sampai ke negeri Eropa. Membunuh pimpinan mereka akan menyulut perang berkepanjangan, lebih baik mengasingkan gadis ini ke tempat lain untuk meredam perjuangan para Elf," sahut Evan menentang Doni.

"Apa kau tahu berapa banyak Prajuritku yang mati karena mereka?!" tanya Doni merasa kesal.

"Aku ulangi sekali lagi. Kita adalah sekelompok manusia, bukan seorang predator ataupun penjegal. Apa kau paham dengan ucapan manusiawiku barusan?!" ucap Evan yang berniat untuk memukul Doni.

"Cukup. Perang berkepanjangan akan merugikan kita," ucapku yang mulai melangkah mendekati gadis itu.

Setelah jarak kami berdekatan, tanganku mulai menyetuh wajahnya. Namun Elf itu hanya dapat menatapku dengan sebuah tatapan kebencian yang mendalam.

"Nona. Jika kau tak menurut ucapanku nanti, aku khawatir akan ada banyak Elf yang dibantai di kemudian hari."

"Kau! Berani sekali manusia rendahan seperti kalian membuat pemukiman di Hutan Suci ini dan bahkan membakarnya! Kalian semua akan dikutuk oleh para Dewa!" ucapnya.

"Pfffft~ Whahaha! Bahkan ketika para Dewa mencoba untuk menghentikan kami, maka dengan senang hati kami akan melawan mereka!" ucapku merendahkan. "Penggal beberapa Elf dan disiplinkan orang-orangmu lagi!" perintahku ke arah Doni.

"A-apa maksudmu memenggal beberapa Elf?!" tanya gadis Elf itu yang terlihat syok saat mendengar perkataanku barusan. Namun aku hanya dapat mengabaikannya dan mulai melangkah keluar menuju ke arah ruangan yang lainnya.

Terpopuler

Comments

calliga

calliga

Next thor mangatz

2023-07-14

1

calliga

calliga

Ini beneran?, kalo ya biadab banget sih

2023-07-14

1

calliga

calliga

Pasukan biadab

2023-07-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!