Chapter 15

Terjadi masalah di Ibukota. Pengeluaran kita jauh melebihi pendapatan yang bahkan tak ada sama sekali.

Memang tak ada peraturan yang mengatakan bahwa seluruh warga dilarang pergi meninggalkan Ibukota. Namun secara resmi, kami telah memperbolehkan mereka mengeksplorasi Hutan Suci dan bahkan melakukan eksploitasi atas nama pribadi di tempat itu.

Sehingga kegiatan perdagangan untuk pertama kalinya meledak. Meningkatkan perekonomian dan memulai industrialisasi besar-besaran bagi negeri ini.

Namun itu hanya terbatas bagi manusia saja. Karena para Elf tak digaji, kebanyakan dari mereka hanya dapat melakukan barter dengan barang yang mereka miliki untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.

Bahkan karena keterbatasan obat-obatan, rumah sakit yang tadinya gratis terpaksa kami ganti menjadi berbayar. Transportasi umum dan produksi sepeda juga mulai diuangkan.

Bahkan sebagian dari para Prajurit harus aku istirahat karena beban anggaran yang begitu tinggi. Namun karena keputusanku itulah, disaat aku tengah berlibur di sebuah villa yang terletak di luar Ibukota. Kudeta terjadi.

...-...

...--...

...-...

Malam ini aku duduk di teras villa sambil menatap bintang-bintang di atas langit. Aku tengah ditemani oleh adiknya Doni, dia sedikit berbeda dengan Kakaknya. Jika Kakaknya adalah seorang bad boy, dirinya malah terlihat seperti seorang soft boy yang memiliki skill sosial yang sedikit mines.

"Kakakmu pernah berkata padaku, jika dirimu adalah seorang Penulis di bumi," ucapku yang mulai menyeruput secangkir kopi susu yang telah disediakan di atas meja.

"Y-ya benar. Aku suka menulis namun aku tak suka membaca," jawabnya dengan nada yang terdengar sedikit bergetar. Layaknya tak siap untuk berkomunikasi denganku.

"Lho kenapa?" tanyaku penasaran.

"Soalnya, setiap kali aku membaca karya milik orang lain. Bukannya menikmati karya mereka, aku malah mulai merevisi setiap kosata paragrafnya," jawabnya kecewa.

"Oh ... sepertinya sulit menjadi seorang Penulis. Sama seperti Pelukis, akan sulit baginya untuk menikmati lukisan milik orang lain."

Tak lama setelah aku mengatakan hal itu. Secara mengejutkan Victor masuk bersama dengan beberapa Penjaga dibelakangnya.

"Pihak Militer melancarkan kudeta di Ibukota," ucap Victor mengejutkanku. "Al! Kau ditangkap atas tuduhan pengkhianatan," lanjutnya yang memerintahkan kepada para Penjaga untuk menangkap Alex.

"A-apa kenapa?" tanya Al terkejut dengan keputusan Victor.

"Kami tak tahu apakah Kakakmu terlibat dalam hal ini atau tidak. Namun kau ditangkap untuk batas waktu yang tidak ditentukan," jawab Victor.

"T-tunggu! Aku yakin Kakakku tak terlibat--" ucapnya. Namun belum sempat diselesaikan dirinya sudah ditarik pergi oleh para Penjaga yang menangkapnya.

"Apa kau yakin pihak Militer melakukan kudeta?" tanyaku ragu yang hanya dijawab dengan sebuah anggukan kecil olehnya. Dalam sekejap, tanganku langsung bergetar hebat karenanya.

...-...

...--...

...-...

Malam yang terasa begitu dingin dan menenangkan ini akan terasa sangat panjang sekarang.

Ketika semua orang telah mempertaruhkan segalanya untuk mempertahankan kedaulatan bangsa, pengkhianatan malah terjadi di Ibukota.

Saat ini, Pasukan militer dengan kendaraan lapis bajanya tengah memblokade jalan raya utama di Ibukota Pusat. Memutus mata rantai dan tanpa memberikan penjelasan apapun kenapa masyarakat yang ada disana.

Dengungan pesawat fighter dapat terdengar disetiap sudut kota dan secara mengejutkan.

...*BOOM!*...

Pesawat itu mengebom sebuah gedung yang kami yakini sebagai kantor kepolisian yang baru dibangun. Ledakannya memekakkan telinga dan menggetarkan tanah, membawa kepanikan sekaligus ketakutan bagi banyak orang.

Bahkan di kemacetan jalan raya, pesawat itu mulai terbang rendah seyara menunjukkan bahwa mereka telah menguasai langit.

Karena ada kebingungan diantara masyarakat, orang-orang mulai turun ke jalanan untuk mencaritahu apa yang sebenarnya sedang terjadi.

...*BOOM!*...

Secara mengejutkan pesawat fighter itu mulai mengebom kerumunan orang. Beruntung ledakannya meleset cukup jauh, namun sebagian orang terluka akibat serpihan bom itu.

Karena adanya kepanikan, korban jiwa tak terelakkan. Sebagian tewas karena terinjak-injak atau kehabisan nafas. Jalan raya yang baru dibangun kini penuh akan darah yang mengalir deras.

Ketika aku tengah membaca telegram yang baru masuk. Ada beberapa truk pengangkut Tentara yang mendatangi villa dan tak lama setelahnya baku tembak terjadi di halamannya.

Dengan cepat, aku dievakuasi melewati hutan. Karena gelap dan sulit untuk melihat aku bahkan sempat tersandung akar pohon.

"Aish sialan!" umpatku.

"Bagaimana bisa Pihak Militer melakukan hal ini? Kita telah bertempur bersama!" tanya Alex dalam keadaan khawatir sekaligus takut jikalau bebar Kakaknya juga ikut terlibat dalam kudeta yang tengah terjadi kali ini.

"Diamlah!" tegas Victor.

Lalu setelah berlari menjauh dari villa. Kami tiba hingga ke titik penjemputan, sekelompok Penjaga rupanya telah bersiap dengan mobil mereka dan kami mulai tancap gas sejauh mungkin hingga akhirnya tiba pada sebuah lapangan bola yang sangat luas.

"Kita akan menunggu pesawat penjemput datang," ucap Victor yang tak memberitahu apapun setelahnya.

Karena hal itulah, aku menjadi sedikit khawatir. Takut jika ada pengkhianat diantar orang-orang yang tengah bersamaku saat ini.

"Apa yang sedang mereka lakukan?" tanyaku saat melihat beberapa Penjaga tengah berurusan dengan l kabel san mulai memanjat pohon.

"Kami tengah membuat alat komunikasi darurat!" jawab Victor.

Lalu aku yang kekurangan informasi dan tal tahu akan apapun mulai menunggu selama berjam-jam di tempat ini dalam keadaan gelisah.

"Tuan! Kita telah tersambung dengan Dokter Octo," ucap Victor memberikan sebuah telepon kabel tepat ke arahku.

"H-halo?!" tanyaku ragu.

"Pihak Militer telah mengambil alih laboratorium dan yah ... ada sedikit masalah ditempat ini!" ucapnya panik. "Katakan apa yang ingin kau katakan, aku telah menyambungnya secara langsung menuju ke Istana Negara."

"A-apa?!" tanyaku ragu namun tak ada jawaban setelah itu.

...(Apa yang harus aku katakan? Ini begitu mendadak, aku bahkan tak siap.)...

"Pihak Militer tengah melakukan kudeta! Aku ulangi sekali lagi, Pihak Militer telah melakukan kudeta! Oleh sebab itu, aku memerintahkan kepada kalian semua agar turun ke jalanan dan gagalkan kudeta yang tengah terjadi!" ucapku di dalam telpon.

Jika Istana Negara belum diambil alih oleh Pihak Militer. Maka Pasukan cadangan yang fanatik akan sesegera mungkin menghentikan dan menggagalkan rencana mereka, namun jika telponku barusan tak masuk. Cepat atau lambat aku akan segera mati.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!