20. Jihan Terluka

Ambulance melaju kencang kerumah sakit, hanya butuh 10 menit untuk menempuhnya.

Sesampai dirumah sakit, pintu belakang ambulance langsung dengan cepat dibuka, mengeluarkan tubuh Jihan dan dengan sigap disambut para perawat. Para perawat itu terperanjat melihat kondisi Jihan, terperangah semuanya.

"Cepat bawa ke UGD...! Tunggu apa lagi....!" terlihat wajah Rans memerah menahan amarah.

Para perawat yang terbengong pun kaget mendengar bentakan Rans. Mereka segera menaikkan Jihan dikasur dorong dan begitu juga dengan Cely.

"Buk Cely ini hanya pingsan karena shock melihat sahabat nya," Rans memberitahukan kondisi Cely, dengan maksud mereka lebih mengutamakan Jihan, walaupun Cely cukup populer seantero kota.

Terlihat Aletris istri Rans, berjalan terburu-buru menuju UGD dan sambil bertanya pada Rans saat berpapasan.

"Korban apa ini Pah?" Aletris terus melangkah

"Telefortasi, dia sahabat Cely...! selamatkan dia semampu mu!" Rans menjawab secepat kilat.

Aletris memeriksa sekujur tubuh Jihan, selang pernapasan langsung dipasang dihidung Jihan. Luka-luka Jihan masih mengeluarkan darah, walaupun tidak sederas tadi.

"Bawa langsung keruang operasi! Siapkan segalanya." Aletris melirik salah satu perawat yang menangani Jihan sejak tadi dan Aletris melepaskan steteskop dari telinganya setelah memeriksa detak jantung dan nadi Jihan.

Tidak sampai 3 menit perawat tadi kembali

"Ruang operasi siap Dok..!" perawat menginfokan

"Oke, ayo sorong pindahkan keruang operasi dan sebagain tangani pasien satunya, dia hanya pingsan karena shock...!" dokter Aletris memerintah perawat, setelah Aletris memeriksa kondisi Cely.

Enam orang perawat langsung menyorong Jihan yang berada dikasur sorong, melewati beberapa koridor dan mengundang banyak perhatian para pengunjung, mereka pun tak jauh terperangah seperti para perawat tadi saat pertama kali melihat tubuh Jihan.

Sesampai diruang operasi, Aletris dan teamnya, tanpa bla bla langsung mengoperasi Jihan. Monitor detak jantung Jihan terlihat naik turun, sesekali bergaris horizontal. Aletris yang sudah terbilang terbiasa menghadapi pasien seperti itu pun masih terlihat khawatir. Yang membuatn khawatir Aletris itu adalah pasien itu korban dari portal karya Rans & Ayah Cely, jika itu pasien lain tidak sekhawatir saat ini.

Fikiran Aletris kalut, takut bisa-bisa nyawa Jihan tak tertolong.

"Pisau..!"

"Bor...!"

"Pen...!"

"Gunting...!"

"Benang...!"

Terdengar suara Aletris meminta segala sesuatu yang dibutuhkan pada asistennya. Matanya sesekali menatap monitor.

Tut... Tut... Tut... Tuuut... Tuuuuuuuutttt....!!

Suara dimonitor seketika berubah drastis, tampilannya menjadi garis merah panjang. Itu artinya, Jihan telah... Tiada.

"Nyalakan hentakan listrik...! cepattt...!" dengan panik Aletris memerintah asistennya.

Hentakan listrik berulang kali ditekankan didada Jihan. Namun tidak membuahkan hasil, tetapi Aletris tidak menyerah, meski pun asisten dan yang lainnya sudah pasrah. Mereka tertunduk lesuh, merasa gagal menyelamatkan nyawa seorang pasien.

"Gak... Gak... Ini gak mungkin...!" Aletris seakan tidak percaya pasiennya telah tiada, dia pandangi kedua tangannya yang masih berlumuran darah. Aletris lemas, hingga terduduk dilantai, netranya berkaca-kaca berusaha untuk tidak menjatuhkan buliran bening.

Sekitar tiga menit susana ruang operasi menjadi hening, tidak ada yang berani angkat suara.

Keajaiban pun terjadi, tubuh Jihan yang penuh luka, secara perlahan mulai menyembuhkan lukanya sendiri, kejadian itu di saksikan salah seorang asisten yang masih berdiri membeku disamping tubuh Jihan.

"Dok..! dokter...! ayo berdiri lihat ini...!" mata asisten itu berbinar-binar melihat keajaiban tersebut.

Aletris berdiri dan melihat dengan seksama keajaiban yang ada di depan mata kepalanya sendiri, ia raba denyut nadinya yang ada dileher dan tangan.

"Sudah mulai berdenyut.. Alhamdulillah...!" Aletris tersenyum puas dan penuh rasa syukur.

Layar dimonitor pun kembali menyala memperlihatkan tanda detak jantung Jihan telah kembali.

"Subhanallah...!" serempak mereka mengungkapkan kegembiraannya.

"Bagaimana mungkin, lukanya bisa sembuh sendiri. Ini mustahil, jika memang iya,,,, ini berarti percobaan Rans dan ayah Cely berhasil!" Aletris dengan liar memindai setiap mili tubuh Jihan.

"Sempurna...! ini luar biasa...!" Aletris merasa bangga pada suaminya dan ayah Cely, itu artinya percobaan mereka selama hampir seperempat abad tidak sia-sia.

Para asisten dan perawat yang hadir disitu pun turut gembira, mereka saling berpelukan, terlihat senyum merekah dibibir mereka.

"Cepat bersihkan tubuh pasien, setelah itu bawa keruang intensif untuk penanganan selanjutnya!" Aletris memberi perintah dan dia melangkah keluar terburu-buru untuk menemui suaminya.

Diruang tunggu Rans berjalan mondar mandir tidak karuan, sekali-kali duduk dan .....

"Pah.. Pah.. Kamu berhasil pah....!" Aletris berlari kecil dan langsung memeluk Rans. Rans kebingungan dengan sikap istrinya itu.

"Salah satu penemuan mu dan ayah Cely, telah terbukti dan aku menyaksikan sendiri bersama dengan para asistenku!" Aletris menatap lekat wajah suaminya dengan senyuman penuh tanda tanya bagi Rans.

"Apa yang terjadi?" Rans masih belum mengerti.

"Teman Cely bisa menyembuhkan lukanya yang parah dengan sendirinya Pah..!" Aletris menyampaikan berita itu dengan mimik serius.

"Apa??? kamu serius??? Allahuakbar..! Allahuakbar..!" Rans berdiri kaku, rasanya seperti mimpi.

Aletris mengangguk menanggapi pertanyaan Rans.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!