Jihan dan pria itu menghampiri Cely.
"Gimana uda dimaafin temanku belum?" Cely bertanya pada pria itu, sambil menyeruput minuman hangatnya.
"Iih Cely, apa-apaan sih Cel!" Jihan menjawil lengan Cely
"Iya uda kok kak!" pria itu tersenyum, pria itu melambaikan tangannya, memanggil pelayan untuk memesan minuman.
Tidak berapa lama pesanan pria itu datang.
"Lho Derry kamu gak pesan makanan sekalian? tegur Jihan, ternyata nama pria itu Derry.
"Gak Han, aku belum lapar, nanti juga sarapan dirumah!" sahut Derry, matanya masih sibuk mengecek fhoto yang baru diambilnya.
"Hemm...! ada yang dapat kenalan nih..!" Cely melirik Jihan dan Derry.
"Oiya kenalin, namaku Derry kak!" Derry tersenyum dan mengulurkan tangannya, tapi Cely tidak menyambutnya, hanya memberi kode maaf dari tangannya. Derry pun paham.
"Oiya maaf kak," ucap Derry dan menarik kembali tangannya.
"E iya kak, gak apa-apa..! namaku Cely Olivia, panggil aja Cely..!" Cely memperkenalkan dirinya dan dengan pandangan rada menunduk.
Mereka pun makan dan minum pesanan masing-masing, Derry masih saja sibuk dengan kameranya dan sesekali meneguk minuman hangatnya.
Tidak sampai 20 menit makanan dan minuman Jihan dan Cely sudah habis, setelah Cely selesai melakukan pembayaran. Mereka berdua pun berpamitan dengan Derry untuk pergi, Derry terlihat menahan mereka sejenak. Tapi Cely sepertinya tidak terlalu nyaman jika berdekatan dengan seorang laki-laki yang bukan muhrimnya.
"Jihan boleh aku minta nomor ponsel kamu? biar nanti aku kirimkan fhoto-fhoto kamu tadi!" Derry berusaha untuk akrab dengan Jihan maupun Cely.
"Bukan aku gak mau ngasih nomor ponselku, tapi saat ini aku gak punya ponsel, jika kamu mau minta saja nomor ponsel Cely!" Jihan malah mengalihkan pandangannya ke Cely, untuk persetujuannya.
Derry melangkah mendekati Cely yang sudah berada diatas kuda besinya dan siap-siap untuk pergi.
"Cely...! tunggu bentar, boleh aku minta nomor ponsel kamu? aku pengen share file fhoto-fhoto Jihan," Derry berharap Cely mau membagi nomor ponselnya.
"Nggak, gak boleh...! jika kamu mau, ada emailku. Ambil ponselmu, catat emailku. Buruan...! aku gak akan ngasih kesempatan dua kali!" sikap Cely terlihat sedikit privasi dan membatasin.
Derry heran dengan sikap Cely, Cely begitu dingin pada Derry sejak tadi. Tapi demi biar bisa mengirimkan file fhoto-fhoto Jihan, Derry berusaha tetap kelihatan ramah didepan Cely.
"Okay..! gak apa-apa, apa nama email kamu? biar aku catat diponselku," Derry minta email Cely dengan rada kesal, namun tetap tersenyum.
Setelah Cely memberikan alamat emailnya, Cely bersama Jihan langsung pergi, tanpa perlu lagi membiarkan Derry banyak bertanya kepada mereka berdua.
Dunia Jingga memang indah, tiada duanya. Sepanjang perjalanan Jihan sibuk melihat kanan kiri tiada henti, Cely senyum-senyum saja melihat tingkah Jihan. Cely sengaja membawa Jihan berkeliling didunia jingganya.
Mata Jihan terpana ketika melihat sebuah bangunan yang sangat megah, belum pernah dia melihat bangunan seperti itu didunianya mau sebelumnya didunia jingga.
"Cel... Cely..! stop dulu didepan gedung megah itu!" Jihan heboh dan secara mendadak menyuruh Cely menghentikan motornya. Cely yang lagi fokus menyetir kuda besinya pun kaget dan spontan mengerem motornya, Jihan dan Cely terhempas kedepan, walaupun tidak sampai jatuh.
"Ya Allah Jihannnn....!" kamu ini lho, buat aku terkejut aja. Untungnya kita gak sampai jatuh..!" Cely mengomel.
"E e e maaf Cel, hehehe...! itu lho Cel, aku pengen kegedung megah itu, kira-kira diizinkan gak ya..!" Jihan sebenarnya masih ragu, tapi rasa penasarannya tidak bisa dibendung.
Cely cuma geleng-geleng kepala, lalu dia menjitak kepala Jihan karena kesal oleh perbuatan Jihan, yang hampir saja mereka kecelakaan tunggal.
Cely malah menjawab
"Jangankan cuma singgah Han, nginap digedung itu sekalian kamu beranak pinak digedung itu gak ada yang melarang Han," Cely sepertinya sok tau tentang gedung itu, padahal dia memang tahu segalanya tentang gedung itu.
Ternyata gedung itu milik Cely, peninggalan orang tuanya. Gedung itu sangat lengkap segalanya, gedung termegah dan mewah dikota itu, walaupun posisinya dipinggir kota.
Cely tinggal diapartemen, karena ingin hidup sederhana dan Cely ingin melupakan bayang-bayangan kedua orang tuanya setiap kali melihat gedung itu. Cely tidak ingin hidup penuh dengan memori masa lalu, yang hanya akan menambah beban fikiranya. Kini, gedung itu dijadikan Cely sebagai pusat bisnisnya.
"Ah masa iya Cel, gak yakin aku tuh..!?" Jihan menganggap Cely sedang bercanda pada dirinya.
"Gedung ini milikku Han, gedung ini peninggalan Ayah dan Ibuku..! sudah beberapa tahun ini aku tidak tinggal digedung ini, sejak nenekku meninggal!" Cely terlihat sedih ketika menjelaskan pada Jihan perihal gedung milik Cely.
"Ha???? yang benar Cel??? kamu gak bercandakan??" Jihan seakan tidak percaya dengan penjelasan singkat Cely, bagaimana mungkin gadis yang penampilannya sederhana itu ternyata seorang milyarder.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments