7. Mengungkap Tabir Jihan II

Mereka pun berjalan memasuki rumah Asraf dan langsung menuju kamar Jihan.

Saat sudah didepan pintu kamar Jihan, dan Flora hendak mengetuk pintunya, Flora kelihatan ragu. Ia malah beralih memandang wajah Lolita. Lolita pun mengangguk, memberi isyarat.

Tok tok tok.. Tok tok tok..

"Jihan.., Han..! ini aku Flora mah Anggi, buka pintunya Han..!" Flora memanggil Jihan, namun Jihan tak kunjung membuka pintunya.

Berkali-kali Flora dan Anggi silih berganti mengetuk pintu kamar Jihan dan berbagai rayuan dilontarkan para penghuni rumah Asraf termasuk Flora dan Anggi, namun tak kunjung juga membuat Jihan membuka pintu kamarnya.

Sebenarnya bisa saja mereka membuka paksa pintu kamar Jihan, namun Asraf melarangnya, ia teringat kejadian saat Jihan dengan entengnya melemparkan Asraf hingga mengenai tembok, padahal waktu itu Jihan masih kecil dan itu membuat Asraf rada-rada trauma.

Cklek...!

Tiba-tiba pintu kamar Jihan terbuka, Jihan dengan kaku berjalan keruang tengah dan langsung duduk dengan tatapan kosong.

Lolita langsung memeluk Jihan

"Kamu kenapa Nak..?" Lolita langsung memeluk dan menciumi Jihan, air matanya uda tidak bisa lagi dibendung. Namun Jihan masih tetap membisu dan kaku, seperti tidak memperdulikan semuanya.

"Kenapa selama ini kalian merahasiakan identitasku..?" Tiba-tiba Jihan bersuara dan suaranya mendominasi semuanya. Mereka saling pandang, kebingungan, dan tidak mengerti apa yang dimaksud Jihan, kecuali Asraf, Lolita, Flora, dan Anggi.

Spontan Asraf kelihatan tegang, ia berfikir apakah Jihan sudah mengetahui semuanya? kalau pun tahu siapa yang memberi tahunya? Padahal sewaktu Asraf dan Lolita menemukan Jihan tidak ada satupun orang yang tahu. Asraf bingung harus dari mana dia memulai ceritanya.

"Jihan..! kam..," Lolita ingin menjawab, tapi buru-buru distop oleh Jihan.

"Stop Mi..! aku uda tau semuanya, aku bukan putri kandung kalian kan? aku cuma anak adopsi bukan? Kenapa selama ini kalian gak jujur ke aku? kenapa harus ditutup-tutupi? aku uda tau dari mana asalku," dengan berlinang air mata yang bercucuran, Jihan membongkar tabir tentang dirinya dihadapan semua orang.

Asraf terdiam membisu mendengar penjelasan Jihan, begitu juga Lolita, hanya isak tangis Lolita dan Jihan yang terdengar.

"Jihan..! Jihan Taylor..!" Asraf akhirnya membuka suaranya, setelah sekian menit diam saja.

"Jihan..! Kamu memang anak adopsi kami, tapi kami menganggap kamu seperti anak kandung kami sendiri, layaknya seperti Inka adikmu. Demi Allah..! kami tidak berniat merahasiakan ini selamanya, cuma belum tepat saja kami menyampaikannya," jelas Asraf.

"Saat ini kami merahasiakan identitasmu itu agar kamu nyaman hidup bersama kami, apa lagi saat kamu kami marahi, agar kamu tidak merasa minder apa lagi merasa dianak tirikan. Semua itu uda kami fikirkan," imbuh Asraf lagi panjang lebar, mencoba memberikan pengertian pada pada putri adopsinya itu.

Namun Asraf tidak memberikan tahukan tentang dirinya yang memiliki kekuatan luar biasa pada saat masih kecil.

Fikir Asraf lagi, biarlah tentang kekuatan Jihan tetap disembunyikan saja. Padahal Jihan sudah mengetahuinya sendiri juga.

Jihan menangis lagi dan memeluk Lolita, Inka serasa tidak percaya. Bagi Inka, bagaimana mungkin kakaknya yang selama ini tinggal bersama mereka, ternyata bukanlah kakak kandungnya. Fikiran Inka menjadi bermacam-macam.

Inka perhatikan wajah Asraf, Lolita, dan Jihan, memang benar Jihan bukan kakak kandungnya. Itu terbukti tidak ada kemiripan sama sekali dengan Abi dan Umminya.

"Abi...!" Inka memegang kedua pundak Asraf dan mengguncang-guncangkan tubuhnya, namun Asraf terlihat pasrah saja.

"Semuanya ini memang benar Ka, saatnya ini kamu juga harus ta," Asraf menjelaskan tanpa memandang Inka, Asraf merasa kedua putrinya itu sudah cukup dewasa untuk mengerti semua ini.

Walaupun Jihan anak adopsi dan rada-rada badung, tapi kasih sayang yang diberikannya tidak ada perbedaan sama sekali dengan Inka dan itu sudah disadari sejak dulu oleh Jihan dan Inka. Itulah yang menyebabkan Jihan tidak menyangka jika dia seorang anak adopsi.

Disaat Susana haru itu, bik Endah tiba-tiba mengeluarkan suara.

"Nak Jihan, Inka..! yang terpenting kalian selama ini tidak dibeda-bedakan dalam kasih sayang yang diberikan oleh Pak Asraf dan Ibuk Lolita, bukankah kalian selama ini rukun damai? bukankah selama ini juga Abi dan Ummi Jihan Inka selalu ada buat kalian?" tutur bik Endah menenangkan suasana.

Jihan dan Inka lama termenung, entah apa yang ada didalam fikiran dua gadis itu.

Tiba-tiba Jihan berkata

"Bik Endah benar...! selama ini aku berkecukupan dalam hal apapun, itu karena aku mempunyai orang-orang yang aku cintai, ada Abi, Ummi, Inka, bik Endah, dan juga dua sahabatku, Flora dan Anggi..!" Jihan bangkit berdiri penuh senyum, dan menatap satu persatu orang-orang yang ada diruangan itu.

Jihan pun memeluk satu persatu orang-orang yang disayanginya itu.

"Makasih Abi Ummi, yang selama ini cukup sabar menghadapi sifat dan tingkahku," Jihan peluk kedua orang kesayangannya itu. Lalu berlanjut keInka.

"Maafin Kakak ya Inka yang selama ini uda sering buat kamu kesel kekakak." Jihan menciumi kening Inka, Inka tidak bisa berkata apapun, hanya buliran bening yang mengalir disudut pelupuk korneanya. Inka hanya mengangguk penuh bahagia.

"Bik..!" Jihan langsung memeluk bik Endah, tanpa mengatakan apapun, karena bik Endah ini udah seperti Umminya sendiri, jasa tidak bisa dihitung lagi dalam merawat Jihan sedari kecil.

"Flo... Gi..! kalian sahabat terthe bestku lah pokoknya, tetap seperti ini ya..! selamanya," mereka bertiga pun berpelukan erat, hanya isakan tangis yang terdengar.

Momentum itu berlangsung hampir satu jam, tidak terasa waktu uda siang. Cacing diperut mereka uda pada demo dan yang paling kuat suara dari perut Jihan.

Kruk.. kruk.. kruk

"Waaa... kayaknya ada yang kelaparan nih..!" Lolita memecahkan suasana dan menyindir Jihan dengan tersenyum-senyum. Jihan pun tertawa lepas.

"Ha ha ha ha," tawanya membenarkan perkataan Umminya, Lolita.

Asraf tiba-tiba bersuara

"Hari ini kita tamasya bersama, tidak ada yang boleh menolak, pokoknya semuanya harus ikut," tegas Asraf, sok-sok meniru gaya para militer.

"Siaap Komandan!" serempak mereka menjawab.

Setelah selesai sholat dzuhur mereka pun berangkat, perjalanannya tidak terlalu jauh dari rumah Asraf. Sampailah mereka ditepi sungai yang apik sekali pemandangannya, mereka membentangkan tikar dipohon.

Jihan tertegun sejenak melihat pohon dan sungai itu, Asraf maupun Lolita belum pernah mengajak Jihan dan yang lainnya ketempat ini.

"Ada apa Han?" Flora berbisik, Flora juga menyikut Anggi pertanda kode.

Jihan menarik nafas panjang, matanya dipejamkan sejenak.

"Hemm.., dibawah pohon inilah aku ditemukan Abi dan Ummiku," balas Jihan juga dengan berbisik pada kedua sahabatnya itu. Jihan mengetahuinya dari mata bathinnya saat mereka melakukan ritual kemarin dikampusnya.

"Oooo...!" Flora dan Anggi serempak.

Terpopuler

Comments

Tander

Tander

Semangat kak

2023-07-25

0

Tander

Tander

Semangat²

2023-07-25

0

Danau _Lenting

Danau _Lenting

semangat menulis kka😊

2023-07-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!